
NEWS TANGERANG– Bali selama ini dikenal sebagai destinasi wisata kelas dunia, namun dalam beberapa tahun terakhir, pulau ini juga menarik minat banyak pekerja, pengusaha, hingga digital nomad yang ingin menetap dan bekerja dari “surga tropis”. Didukung oleh berkembangnya infrastruktur kerja dan kemudahan akses informasi, kini semakin banyak pencari kerja yang memanfaatkan platform lokal seperti JobBali untuk menemukan peluang karier di berbagai sektor di Bali.
Fenomena ini mencerminkan pergeseran cara pandang terhadap Bali: bukan hanya sebagai tempat liburan, tetapi juga sebagai tempat untuk membangun kehidupan yang lebih seimbang antara pekerjaan dan gaya hidup.
Sejak pandemi COVID-19 mereda, Bali mengalami peningkatan signifikan dalam jumlah warga domestik maupun ekspatriat yang memilih menetap. Data dari beberapa penyedia akomodasi jangka panjang menunjukkan peningkatan penyewaan vila dan rumah tinggal di wilayah seperti Canggu, Ubud, dan Jimbaran.
Tak hanya pekerja asing, warga lokal dari kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya juga mulai mempertimbangkan Bali sebagai tempat tinggal permanen atau semi-permanen. Faktor seperti biaya hidup yang lebih fleksibel, lingkungan yang tenang, serta peluang kerja di bidang pariwisata dan industri kreatif menjadi daya tarik utama.
Meski sektor pariwisata masih menjadi tulang punggung utama ekonomi Bali, peluang kerja kini tidak hanya terbatas pada hotel atau restoran. Posisi seperti content creator, digital marketing specialist, barista, admin hotel, hingga guru bahasa Inggris terus dibutuhkan.
Untuk itu, situs seperti JobBali hadir sebagai penghubung antara pencari kerja dan perusahaan lokal. Tidak hanya memuat lowongan kerja yang aktif, platform ini juga menyajikan tips karier dan panduan seputar pembuatan CV, interview, hingga cara beradaptasi dengan budaya kerja di Bali.
Satu hal yang sering disalahpahami adalah bahwa tinggal di Bali selalu murah. Faktanya, biaya hidup bisa sangat bervariasi tergantung gaya hidup. Untuk tinggal nyaman di wilayah seperti Kuta atau Canggu, seseorang bisa menghabiskan antara Rp4 juta hingga Rp15 juta per bulan, termasuk sewa, makan, dan transportasi.
Makanan lokal masih tergolong terjangkau, namun gaya hidup modern seperti makan di kafe, bekerja dari coworking space, dan langganan gym dapat menambah pengeluaran. Perencanaan keuangan yang baik tetap diperlukan agar hidup di Bali tetap stabil secara ekonomi.
Salah satu keunggulan tinggal di Bali adalah komunitasnya yang inklusif dan aktif. Banyak event komunitas, workshop, hingga meet-up profesional diadakan rutin oleh ekspatriat maupun penduduk lokal. Ini membuka peluang besar untuk networking, kolaborasi, hingga membangun usaha sendiri.
Beberapa daerah bahkan sudah mengembangkan ekosistem digital yang mendukung gaya hidup remote working, seperti coworking space dengan koneksi internet cepat, komunitas teknologi, hingga event kreatif bulanan.
Meski terlihat ideal, hidup di Bali juga memiliki tantangan. Infrastruktur di beberapa wilayah masih belum merata, lalu lintas di kawasan pariwisata bisa padat, dan adaptasi terhadap budaya lokal menjadi proses penting yang tidak bisa diabaikan. Selain itu, peluang kerja bisa bersifat musiman dan kompetitif, terutama di sektor hospitality.
Hidup di Bali bisa menjadi pilihan ideal bagi mereka yang menginginkan keseimbangan antara karier dan kehidupan pribadi. Dengan dukungan platform seperti JobBali untuk mencari kerja, serta kesiapan mental dan finansial yang baik, siapa pun bisa membangun kehidupan yang produktif di tengah keindahan Pulau Dewata.
Namun, penting untuk diingat bahwa tinggal di Bali bukan sekadar tentang pantai dan matahari — tapi juga soal kesiapan menghadapi dinamika baru dalam hidup dan karier.
Penulis: Santika Reja
Editor: Santika Reja
Terakhir disunting: Juli 7, 2025