
NEWS TANGERANG– Kabar gembira bagi nelayan di pesisir utara Tangerang! Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI akhirnya menjadwalkan kembali pembongkaran pagar laut yang masih tersisa di perairan Kabupaten Tangerang setelah sempat tertunda selama bulan Ramadan.
Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PDKP) KKP, Pung Nugroho Laksono memastikan bahwa pembongkaran akan dimulai pada Rabu (16/4/2025).
“Rencana hari Rabu, 16 April 2025 besok kami akan mulai lagi pembongkaran pagar laut,” ungkap Nugroho saat dikonfirmasi, Minggu (13/4/2025).
Baca Juga: Harga Pagar Panel Beton di Tangerang: Temukan Penawaran Terbaik untuk Keamanan Properti Sobat!
Pejabat KKP tersebut menjelaskan bahwa pembongkaran pagar laut sebelumnya terpaksa dihentikan selama bulan suci Ramadan. Alasannya cukup masuk akal, karena tim yang bertugas sedang menjalankan ibadah puasa.
“Setelah kemarin kami hentikan pencabutanya karena bulan Ramadan. Karena personil kami melaksankan ibadah puasa,” jelas Nugroho.
Selain faktor ibadah, tim KKP juga menghadapi kendala teknis yang cukup menantang. Ternyata, cerucuk bambu yang tertancap di dalam air sangat sulit untuk dicabut.
Sebelumnya, nelayan di kawasan tersebut mengaku kaget dan kecewa. Pasalnya, pagar laut di Desa Kohod, Pakuhaji, Kabupaten Tangerang yang diklaim telah dibongkar, ternyata masih berdiri kokoh di beberapa titik.
“Kita pikir mau semua kan. Biar sekalian selesai. Enggak taunya enggak semua,” ucap Marto, nelayan Alat Jiban dari Kohod, dengan nada kecewa saat diwawancarai, Jumat (14/3/2025).
Dilansir dari Tribun Tangerang, berdasarkan citra satelit yang didapat, masih terdapat pagar bambu yang berdiri tegak sepanjang 812,99 meter di bibir pantai.
Pagar laut yang belum terbongkar tersebut berbentuk kavling, sehingga membuat nelayan yang bergerak dari arah Timur masih harus meliuk-liuk menghindari cerucuk pagar laut.
Kondisi ini tentu menghambat pergerakan nelayan dan berpotensi membahayakan keselamatan mereka, terutama ketika melaut di malam hari atau saat kondisi cuaca kurang baik.
“Kapal kita jadi harus putar-putar dulu, Sob. Padahal waktu itu perahuku sempat dipinjam oleh pihak PSDKP untuk survei. Aku bahkan sempat dimintai keterangan testimoni,” tambah Marto.
Marto mengungkapkan kebingungannya lantaran ada perbedaan antara klaim pemerintah dengan kondisi di lapangan.
“Kurang dari seminggu di sini. Nyewa kapal saya. Pas di sini cuma PSDKP doang,” ujar Marto yang mengaku kaget bercampur sedih setelah mendengar informasi di media massa maupun media sosial bahwa pemerintah mengklaim telah mencabuti seluruh pagar bambu di perairan Utara Tangerang.
Untuk Kamu yang belum tahu, pagar laut sebenarnya adalah praktik yang tidak diperbolehkan karena beberapa alasan:
Jika Kamu melihat adanya pemasangan pagar laut ilegal di sekitar wilayah Tangerang, jangan ragu untuk melaporkannya melalui:
Bagaimana pengalamanmu, Sobat Tangerang? Apakah keberadaan pagar laut ini juga mengganggu aktivitasmu di sekitar pesisir? Jangan ragu untuk berbagi pengalaman atau laporanmu melalui Formulir Warga di website kami. Bersama-sama kita jaga kelestarian laut dan kesejahteraan nelayan di pesisir Tangerang!
#TangerangUpdate #BeritaTNG #NelayanTangerang #InfoPakuhaji #PesisirTangerang
Penulis: Titis Yunita
Editor: Santika Reja
Terakhir disunting: April 13, 2025