160 x 600 AD PLACEMENT
160 x 600 AD PLACEMENT
160 x 600 AD PLACEMENT
160 x 600 AD PLACEMENT

Gasifikasi Batu Bara: Negara Mana Saja yang Melakukannya?

NEWS TANGERANG– Isu gasifikasi batu bara kembali menjadi perbincangan hangat, terutama di tengah kondisi harga komoditas yang mulai melandai. Kini, giliran para pengusaha di sektor tambang yang bersuara, mendesak pemerintah agar segera mempercepat realisasi proyek gasifikasi batu bara yang dinilai memiliki potensi besar.

Rencana pemerintah terkait gasifikasi batu bara, atau yang sering disebut sebagai proyek Dimetil Eter (DME), memang sempat mengalami pasang surut. Padahal, gagasan tentang hilirisasi batu bara ini sudah pernah diusulkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sejak tahun 2009. Namun, seiring waktu, proyek ini nyaris tidak terdengar lagi gaungnya. Dorongan kuat untuk menghidupkannya kembali muncul saat harga batu bara global mengalami tekanan, menekankan urgensi untuk mencari nilai tambah dari komoditas ini.

Di kancah global, sejumlah negara sudah lebih dulu melangkah maju dalam mengembangkan hilirisasi batu bara dalam skala besar. Fokus pengembangannya pun bervariasi, mulai dari produksi listrik, pemanfaatan dalam bidang kimia, hingga penciptaan bahan bakar alternatif yang inovatif. Mari kita lihat daftar negara-negara yang telah sukses (atau pernah mencoba) menjalankan gasifikasi batu bara:

Cina

Melansir dari laman Titan Mining Energy, Cina merupakan salah satu pionir yang sudah memulai gasifikasi batu bara sejak tahun 2002. Perusahaan asal Jepang, Toyo Engineering Corporation (TOYO), turut berperan penting dengan membangun pabrik DME pertamanya di Cina. Pabrik ini didirikan atas permintaan Lutianhua Group Inc, sebuah pabrik pupuk raksasa di Provinsi Sichuan, yang awalnya menggunakan gas alam sebagai bahan baku. Kemudian, TOYO berhasil menggantinya dengan gas yang berasal dari batu bara sebagai bahan utama. Tak heran jika Cina, seperti dikutip dari situs Fortunes Business Insight, kini menjadi produsen DME terbesar di dunia.

Afrika Selatan

Kisah sukses dalam proses gasifikasi batu bara tak bisa dilepaskan dari South African Coal Oil and Gas Corporation, atau yang lebih dikenal dengan Sasol di Afrika Selatan. Pada tahun 2016, Sasol tercatat mampu memproduksi gas sintetik sebesar 55 juta Nm3 per hari menggunakan penggas Lurgi. Selain itu, mereka juga menghasilkan minyak sintetik sebanyak 150 ribu barel per hari melalui sintesis Fischer-Tropsch. Kontribusi Sasol terhadap perekonomian Afrika Selatan sangat signifikan, menyumbang 4 persen GDP atau sekitar US$ 7 miliar. Bahkan, pada waktu itu Sasol mampu menyuplai 40 persen kebutuhan BBM dalam negeri Afrika Selatan, di mana 28 persen di antaranya berasal dari batu bara. Sebuah pencapaian yang mengagumkan!

India

Dilansir dari laman forestdigest, India juga menunjukkan keseriusannya dalam pengembangan gasifikasi batu bara. Negara ini telah menyiapkan misi nasional dengan merancang langkah-langkah strategis yang terukur. Sebagai langkah awal penerapannya, India sudah memulai pembangunan pabrik percontohan di negara bagian Odisha. Ini menunjukkan komitmen India untuk diversifikasi energi dan nilai tambah batu bara.

Amerika Serikat, Belanda, dan Australia

Berbeda dengan negara-negara di atas, ketiga negara besar ini – Amerika Serikat, Belanda, dan Australia – memiliki cerita yang sedikit berbeda. Meski sempat mengembangkan gasifikasi batu bara, seperti dikutip dari laman forestdigest, proyek-proyek mereka justru menunjukkan kemunduran. Alasannya cukup jelas: biaya produksi yang sangat tinggi, terutama dalam menghasilkan metanol dan bahan kimia lainnya dari batu bara, menjadi penghalang utama. Faktor ekonomi yang kurang kompetitif, ditambah dengan tekanan regulasi lingkungan yang sangat ketat, membuat proyek gasifikasi batu bara sulit untuk berlanjut dan berkembang pesat di ketiga negara tersebut.

Nandito Putra berkontribusi dalam artikel ini.

Ringkasan

Isu gasifikasi batu bara, atau proyek Dimetil Eter (DME), kembali menjadi fokus perbincangan dan didesak percepatannya oleh para pengusaha tambang, terutama di tengah kondisi harga komoditas yang melandai. Gagasan hilirisasi batu bara ini, yang telah diusulkan sejak 2009, kini kembali relevan untuk mencari nilai tambah dari komoditas ini.

Secara global, beberapa negara telah melangkah maju dalam pengembangan gasifikasi batu bara dengan berbagai hasil. Cina adalah pionir dan produsen DME terbesar di dunia, sementara Afrika Selatan melalui Sasol sukses besar memproduksi gas dan minyak sintetik, berkontribusi signifikan pada ekonomi negara tersebut. India juga menunjukkan komitmen serius dengan misi nasional dan pembangunan pabrik percontohan. Namun, Amerika Serikat, Belanda, dan Australia justru mengalami kemunduran dalam proyek mereka karena tingginya biaya produksi dan ketatnya regulasi lingkungan.

Penulis: Santika Reja

Editor: Santika Reja

Terakhir disunting: Juni 1, 2025

Kamu mungkin juga suka ini!