160 x 600 AD PLACEMENT
160 x 600 AD PLACEMENT
160 x 600 AD PLACEMENT
160 x 600 AD PLACEMENT

Cemas Berlebihan? Trauma Masa Kecil Jadi Biang Keladi!

NEWS TANGERANGMasa Kecil: Tempat Segalanya Dimulai

Bagi sebagian besar dari kita, masa kecil sering kali hanya diingat sebagai deretan momen sederhana: serunya bersepeda keliling komplek, asyiknya menonton kartun sore hari, atau antusiasnya membuka bungkus ciki demi mainan kejutan di dalamnya.

Namun, di balik semua kenangan manis itu, tersembunyi banyak momen kecil yang tanpa kita sadari, secara diam-diam membentuk cara berpikir, merasakan, dan berinteraksi kita dengan orang lain hingga saat ini.

Coba ingat, misalnya, saat kita merasa sedih namun malah dimarahi karena menangis. Atau ketika kita berhasil melakukan sesuatu, tetapi tidak pernah mendapatkan pujian yang layak.

Kejadian-kejadian seperti itu, sekecil apa pun, bisa tertanam dalam benak dan memengaruhi cara kita memandang diri sendiri saat dewasa.

Jejak Luka Masa Kecil yang Tak Disadari

Pernahkah kamu tiba-tiba bertanya pada diri sendiri, “Kenapa ya aku begitu mudah merasa takut ditinggalkan?” atau “Mengapa rasanya sulit sekali untuk mengungkapkan perasaanku yang sebenarnya?”

Terkadang, kita bingung sendiri mencari jawabannya. Padahal, banyak dari pola emosi dan perilaku yang kita tunjukkan saat ini ternyata berakar dari pengalaman-pengalaman masa kecil yang mungkin belum sempat kita pahami secara penuh.

Bisa jadi, dulu kita belajar bahwa kita harus selalu “menjadi anak yang baik” agar tidak dimarahi atau agar diterima.

Atau, mungkin kita diajari sejak dini bahwa kebutuhan dan perasaan kita tidaklah sepenting kebutuhan orang lain. Akibatnya, kita tumbuh menjadi orang dewasa yang sering merasa bersalah, bahkan untuk hal-hal yang sebenarnya sangat kecil atau tidak signifikan.

Masa Lalu Juga Meninggalkan Jejak Positif

Kabar baiknya, masa kecil tidak melulu meninggalkan bekas luka. Sebaliknya, masa-masa itu juga bisa menyisakan jejak-jejak positif yang sangat berharga.

Apabila kita tumbuh dalam lingkungan atau memiliki orang tua yang senantiasa mendengarkan, memvalidasi perasaan kita, dan percaya pada potensi kita, kemungkinan besar saat ini kita adalah pribadi yang lebih stabil dan tahu bagaimana cara menyayangi diri sendiri.

Empati yang tinggi, rasa aman yang mendalam, dan kepercayaan diri yang kokoh, semua itu bisa menjadi “oleh-oleh” manis dari masa lalu yang penuh dukungan dan kasih sayang.

Langkah Awal Menuju Penyembuhan Diri

Jika saat ini kamu sering merasa kewalahan, terlalu sensitif, atau kurang percaya diri, coba luangkan waktu sejenak untuk bertanya pada dirimu sendiri:

“Apakah ini perasaan yang muncul hari ini saja, ataukah ini adalah luka lama dari masa lalu yang belum sepenuhnya tuntas?”

Mulailah dengan memahami polamu, tanpa perlu buru-buru menghakimi diri sendiri. Ingatlah, setiap orang tumbuh dari pengalaman yang berbeda-beda, dan proses penyembuhan diri tidak harus dilakukan secara terburu-buru.

Kadang, penyembuhan cukup dimulai dari mengakui sebuah fakta sederhana: “Iya, aku merasa capek,” dan pahami bahwa perasaan itu sama sekali tidak apa-apa.

Bukan Menyalahkan, Melainkan Memahami Diri

Membahas kembali pengalaman masa kecil bukanlah tentang mencari siapa yang salah atau menyalahkan pihak mana pun.

Sebaliknya, ini adalah tentang memahami mengapa kita menjadi pribadi seperti sekarang, dan bagaimana kita bisa membentuk versi diri yang lebih sehat dan damai.

Masa lalu memang tidak bisa kita ubah. Namun, cara kita memperlakukan diri sendiri hari ini, keputusan untuk memahami dan menyembuhkan, itu semua bisa kita pilih dan ubah. Dan perubahan itu, sungguh sangat berharga.

Ringkasan

Pengalaman masa kecil, sekecil apa pun, secara signifikan membentuk pola pikir, perasaan, dan interaksi seseorang di masa dewasa. Trauma yang tidak disadari dari masa kecil, seperti dimarahi saat menangis atau perasaan yang tidak divalidasi, dapat memengaruhi pola emosi dan perilaku saat ini, seperti rasa takut ditinggalkan atau kesulitan mengungkapkan perasaan.

Sebaliknya, masa kecil yang didukung dan penuh kasih sayang dapat menghasilkan individu dewasa yang stabil, percaya diri, dan memiliki empati tinggi. Memahami jejak masa lalu bukan untuk menyalahkan, melainkan untuk memahami diri dan membentuk versi diri yang lebih sehat. Proses penyembuhan diri dimulai dari mengakui dan memahami pola-pola yang terbentuk dari pengalaman masa lalu tersebut.

Penulis: Santika Reja

Editor: Santika Reja

Terakhir disunting: Juni 27, 2025