NEWS TNG – Siapa sih yang nggak kenal McDonald’s? Restoran cepat saji ikonik dengan "Golden Arches" ini udah jadi raja di mana-mana, punya puluhan ribu cabang di seluruh dunia. Tapi, coba tebak? Ternyata ada lho beberapa negara yang sama sekali nggak punya gerai McD!
Padahal, McD dikenal sebagai salah satu brand paling mendunia dan selalu ekspansif. Lantas, kenapa ya mereka "ogah" atau bahkan nggak bisa masuk ke negara-negara ini?
Jawabannya bukan cuma soal ekonomi, tapi juga budaya, politik, bahkan sampai preferensi lokal yang unik. Faktor-faktor ini bikin kehadiran McD terhambat di sejumlah wilayah.
Penasaran negara mana saja dan apa alasannya? Yuk, kita bedah satu per satu, dilansir dari Reader Digest.
1. Islandia: Dulu Ada, Sekarang Nggak!
Kamu mungkin kaget, tapi Islandia itu sebenarnya pernah punya McDonald’s, lho! Gerai pertamanya dibuka di Reykjavík pada tahun 1993, dan sempat jadi favorit banyak orang.
Namun, krisis keuangan global yang melanda di tahun 2007-2008 mengubah segalanya. Biaya impor bahan baku untuk McD jadi membengkak parah, bikin mereka kesulitan menjaga keuntungan.
Akhirnya, pada tahun 2009, semua gerai McDonald’s di Islandia terpaksa ditutup. Posisinya kemudian digantikan oleh Metro, restoran cepat saji lokal yang menawarkan menu mirip tapi dengan bahan baku dari dalam negeri.
Krisis Ekonomi dan Cinta Produk Lokal
Meski kondisi ekonomi Islandia sudah membaik sekarang, preferensi masyarakatnya justru berubah total. Orang Islandia kini lebih bangga menikmati makanan dengan bahan segar dari pertanian lokal.
Kebiasaan ini bikin kehadiran McDonald’s dianggap kurang relevan dengan tren konsumsi yang mengutamakan kualitas dan keberlanjutan. Jadi, McD pun nggak kembali lagi ke sana.
2. Rusia: Simbol Perdamaian yang Berakhir Perang
McD pertama kali membuka cabang di Moskow pada tahun 1990. Pembukaan ini bukan cuma soal burger, tapi juga jadi simbol membaiknya hubungan antara Amerika Serikat dan Rusia pasca-Perang Dingin.
Selama tiga dekade, restoran ini berkembang pesat dan jadi salah satu yang paling populer, melayani jutaan pelanggan setiap hari. McD di Rusia adalah bukti nyata globalisasi.
Namun, pada tahun 2022, perang Rusia-Ukraina mengubah segalanya. McDonald’s memutuskan untuk menghentikan operasinya dan kemudian keluar sepenuhnya dari pasar Rusia sebagai bentuk protes.
Lahirnya Vkusno & Tochka
Gerai-gerai McD yang ditinggalkan itu kemudian diambil alih dan berganti nama menjadi Vkusno & Tochka, yang artinya "Enak & Itu Saja". Anehnya, perubahan ini nggak mengurangi antusiasme warga.
Merek baru tersebut tetap populer dan mampu melayani sekitar dua juta pelanggan setiap hari. Jadi, meski namanya beda, esensi makanan cepat saji ala Barat tetap dicari di Rusia.
3. Zimbabwe: Terhalang Krisis dan Memilih Tradisi
Zimbabwe, sebuah negara di Afrika, sebenarnya sempat hampir memiliki McDonald’s pada awal tahun 2000-an. Namun, rencana itu batal total karena krisis ekonomi berkepanjangan yang melanda negara tersebut.
Menurut para pakar pangan Afrika, biaya operasional yang tinggi, infrastruktur yang tidak stabil, dan daya beli masyarakat yang rendah membuat Zimbabwe kurang menarik bagi jaringan cepat saji global seperti McD.
Berkah di Balik Absennya McD
Meski begitu, absennya McDonald’s justru membawa dampak positif bagi Zimbabwe. Kehadiran rantai makanan cepat saji sering dianggap bisa mengikis budaya kuliner lokal dan mendorong pola makan yang seragam.
Zimbabwe kini justru dipandang memiliki peluang emas untuk memperkuat tradisi kuliner, melindungi pedagang kecil, dan menjaga warisan budaya makanan tradisionalnya. Ini adalah pilihan yang unik dan patut diacungi jempol.
4. Bhutan: Menjaga Budaya dan Kesehatan
Di Kerajaan Bhutan, yang dijuluki "Negeri Naga Guntur", kehadiran McDonald’s tidak pernah terwujud. Bahkan, proposal dari McD pun ditolak mentah-mentah oleh pemerintah setempat.
Beberapa faktor menjadi alasan utama, seperti populasi yang kecil, biaya tinggi untuk mengimpor bahan baku, serta tradisi masyarakat Buddha yang lebih membatasi konsumsi daging.
Filosofi Hidup yang Berbeda
Pemerintah Bhutan juga menolak proposal McDonald’s karena alasan kesehatan. Lebih jauh, konstitusi Bhutan mewajibkan warganya menjaga budaya, lingkungan, dan warisan leluhur mereka.
Hal ini membuat masyarakat enggan menerima produk makanan cepat saji asing yang dianggap tidak sejalan dengan nilai-nilai lokal. Bhutan memilih jalur yang berbeda demi menjaga keasliannya.
5. Korea Utara: Politik Lebih Kuat dari Burger
Secara hukum, sebenarnya tidak ada larangan bagi McDonald’s untuk beroperasi di Korea Utara. Bahkan, pernah muncul laporan bahwa Kim Jong Un membuka peluang bagi merek makanan cepat saji Barat masuk ke Pyongyang.
Namun, realitas politik dan kondisi negara membuat hal itu nyaris mustahil. Iklim otoriter, krisis pangan yang sering terjadi, dan sentimen anti-Amerika yang jelas, sangat bertentangan dengan citra ceria McDonald’s.
Burger Rahasia Para Elite
Pemerintah Amerika Serikat juga melarang warganya bepergian ke Korea Utara, sehingga semakin kecil peluang ekspansi bagi perusahaan AS. Jadi, McD di Korea Utara hanya tinggal mimpi.
Meski begitu, jangan salah! Kabarnya, para pejabat elite Korea Utara tetap bisa mencicipi menu McDonald’s, lho. Mereka khusus mendatangkannya secara pribadi dari China. Mewah banget, kan?
Jadi, ternyata alasan di balik absennya McDonald’s di negara-negara ini sangat beragam dan unik. Mulai dari krisis ekonomi, perang, hingga komitmen kuat menjaga budaya dan kesehatan. Bikin mikir, ya!
Penulis: Tammy
Editor: Santika Reja
Terakhir disunting: September 18, 2025