7 Strategi Branding dan Positioning untuk UMKM Tangerang yang Terbukti Meningkatkan Penjualan 300%

Santika Reja

A close-up shot of a hand reviewing various logo designs on paper, ideal for business concepts.
Foto: Pexels/Roman Pohorecki

NEWS TNG– Pernah dengar UMKM yang omzetnya naik tiga kali lipat cuma dalam setahun? Rahasianya nggak selalu soal modal besar, tapi tentang strategi branding dan positioning yang tepat. Di era digital kayak sekarang, cara brand tampil dan “dikenal” jauh lebih penting dari sekadar jualan barang.

Kalau kamu pengin brand-mu dikenal dan disayang pelanggan, ini tujuh langkah yang terbukti bisa bikin bisnis kecil tampil big league.

1. Kenali DNA Brand Kamu Sendiri

Sebelum ngeluarin uang buat promosi, tanya dulu: “Sebenarnya brand gue ini siapa?”
Branding bukan cuma logo dan warna, tapi identitas yang bikin pelanggan nempel secara emosional.

Contohnya, Janji Jiwa berhasil naik karena positioning-nya jelas: kopi lokal rasa urban, harga terjangkau, vibe anak muda. Jadi, mulai dari visi, tone komunikasi, sampai desain feed Instagram — semuanya nyambung.

Buat brand statement singkat, misalnya: “Kami membantu orang sibuk menikmati kopi berkualitas tanpa ribet.” Simpel tapi ngena.

2. Tentukan Target Pasar Secara Spesifik

“Semua orang bisa jadi pelanggan” adalah kalimat paling berbahaya buat bisnis kecil.
Positioning kuat justru muncul saat kamu tahu siapa yang nggak kamu layani.

Kalau kamu jual skincare handmade, jangan buru-buru bilang targetmu semua perempuan. Fokus aja ke, misalnya, perempuan usia 20–30 tahun dengan kulit sensitif yang suka produk natural.

Menurut data dari Katadata, 70% konsumen Gen Z lebih loyal ke brand yang bisa memahami kebutuhan spesifik mereka. So, the more niche, the better.

3. Bangun Cerita, Bukan Sekadar Produk

Orang nggak cuma beli barang, tapi juga cerita di baliknya.
Contohnya, Eiger bukan cuma jual tas gunung — mereka jual semangat petualangan dan eksplorasi.

Coba buat narasi sederhana tentang kenapa brand kamu ada. Apa masalah yang kamu selesaikan? Kenapa kamu peduli?
Gunakan media sosial buat storytelling yang jujur, bukan template promosi kaku.

Misal: “Kami bikin sabun alami karena kami capek lihat teman-teman alergi sama bahan kimia di produk massal.”
Autentik itu magnet.

4. Konsisten di Semua Kanal Digital

Pernah lihat brand yang gaya bahasanya beda antara Instagram, website, dan marketplace? Nah, itu bikin bingung.
Konsistensi visual dan tone komunikasi penting banget buat ngebangun trust.

Gunakan brand guideline sederhana: warna, font, gaya foto, dan bahasa yang mencerminkan kepribadian brand.
Kalau kamu pengin tampil friendly, jangan tiba-tiba formal di deskripsi produk.

Selain itu, update secara rutin. Algoritma suka yang aktif, tapi pelanggan lebih suka yang konsisten.

5. Kolaborasi Biar Nambah Kredibilitas

Strategi branding dan positioning nggak harus dikerjain sendirian. Kolaborasi bisa jadi jalan pintas buat dikenal lebih luas.
Coba gandeng influencer mikro, komunitas, atau bahkan UMKM lain yang punya nilai serupa.

Contoh sukses? Makaroni Ngehe x GrabFood. Kolaborasi itu bukan cuma soal exposure, tapi tentang memperkuat persepsi brand sebagai bagian dari budaya pop urban.

Kolaborasi = mutual growth, bukan cuma numpang terkenal.

6. Gunakan Data untuk Menguatkan Positioning

Data bukan cuma urusan perusahaan besar. Sekarang, UMKM pun bisa pakai insight dari media sosial dan marketplace buat ngerti perilaku konsumen.

Cek postingan mana yang paling banyak disimpan, jam aktif audiens, atau kata kunci apa yang paling sering dicari.
Dari situ kamu bisa tahu apa yang sebenarnya dicintai pelanggan dan gimana cara mereka memandang brand kamu.

Menurut laporan We Are Social 2025, 62% konsumen muda menilai kredibilitas brand dari interaksi online-nya. Jadi, positioning digital itu non-negotiable.

7. Gunakan Suara untuk Memperkuat Branding

Inavoice talents

Brand yang kuat bukan cuma terlihat — tapi juga terdengar. Dalam dunia digital marketing, suara punya kekuatan besar buat ngebentuk persepsi audiens.
Dari video promosi, podcast, sampai konten Reels, semuanya bisa terdengar lebih profesional kalau kamu pakai Voice Over Talent yang sesuai karakter brand.

Misalnya, brand dengan vibe santai bisa pakai suara yang hangat dan ramah, sementara produk teknologi bisa pakai tone yang modern dan tegas.
Selain itu, kalau kamu ingin tahu lebih dalam soal bagaimana memilih penyedia Jasa Voice Over yang tepat, kamu bisa pelajari panduan lengkapnya di blog Inavoice.

Nah, di Indonesia sendiri, sudah banyak Voice Over Agency profesional seperti Inavoice yang bisa bantu brand UMKM terdengar lebih kredibel dan punya karakter kuat.

Intinya, suara bisa jadi elemen branding yang sering dilupakan — padahal efeknya bisa sekuat visual.

Branding Bukan Sekali Jadi

Branding dan positioning itu proses, bukan proyek semalam.
Kadang kamu harus trial and error dulu sebelum nemu formula yang pas. Tapi selama kamu konsisten, relevan, dan jujur sama nilai brand, hasilnya akan balik ke penjualan yang stabil — bahkan bisa naik 300%.

Jadi, kamu udah siap bikin brand kamu bukan cuma dikenal, tapi diingat?

Disunting oleh: S. Reja

Terakhir disunting: November 12, 2025

Komentar Pembaca

    pos terkait