Seedbacklink affiliate
Hukum  

Dendam Berdarah di Pacitan: Mantan Suami Ngamuk, Satu Tewas, Pelaku Buron di Hutan!

Garis polisi di sekitar siluet tubuh korban pembunuhan di TKP, bukti dan saksi mata.
Ilustrasi TKP pembunuhan sadis di Pacitan. Polisi terus melakukan penyelidikan.
banner 120x600

NEWS TANGERANG– Sabtu malam, 20 September 2025, menjadi saksi bisu sebuah tragedi mengerikan di Dusun Drono, Desa Temon, Kecamatan Arjosari, Pacitan, Jawa Timur. Suasana damai mendadak berubah mencekam ketika seorang pria nekat melancarkan serangan brutal terhadap keluarga mantan istrinya, meninggalkan duka dan ketakutan yang mendalam.

Aparat TNI dan Polri, bersama puluhan warga yang resah, segera bersiaga penuh. Mereka bahu-membahu melakukan pencarian intensif terhadap AS, terduga pelaku pembunuhan yang melarikan diri ke hutan usai melancarkan aksinya.

Horor yang Tak Terduga

Sekitar pukul 19.00 WIB, ketenangan Dusun Drono pecah oleh amukan AS, seorang pria dari Desa Kayen, Kecamatan Kebonagung. Tanpa peringatan, ia mendatangi rumah mantan istrinya, Miswati, membawa senjata tajam yang siap menebar petaka.

Amarah yang membara di dadanya langsung meledak, mengubah rumah tangga itu menjadi medan pertempuran. Ia menyerang membabi buta, tanpa ampun, menyasar siapa saja yang ada di hadapannya.

Korban Berjatuhan, Nyawa Melayang

Dalam sekejap, Timi, mantan mertua pelaku, menjadi korban pertama yang tak berdaya. Luka sayatan di bagian lehernya begitu parah, merenggut nyawanya seketika di lokasi kejadian, meninggalkan duka mendalam bagi keluarga dan seluruh warga.

Tak hanya Timi, empat anggota keluarga lainnya juga tak luput dari keganasan AS. Miswati, mantan istrinya, Miskun, mantan mertua laki-laki, Eky, saudara ipar, dan Arga, keponakan korban, semuanya mengalami luka serius dan membutuhkan pertolongan segera.

Mereka segera dilarikan ke RSUD dr. Darsono Pacitan, berjuang melawan luka-luka yang mengancam jiwa. Sementara itu, Bima, seorang anggota keluarga lain, ditemukan bersembunyi ketakutan di dekat rumah, syok melihat kekejaman yang terjadi di depan matanya.

Jeritan Kades dan Saksi Mata

Kepala Desa Temon, Jamiatin, mengungkapkan kengerian yang ia saksikan. "Awalnya itu informasinya ada pengancaman, terus laporan lagi ada pembacokan," ujarnya, menggambarkan bagaimana situasi memburuk begitu cepat dan tak terduga.

Jamiatin langsung bergegas menuju lokasi kejadian dan mendapati dua orang tergeletak dengan kondisi yang sangat parah. Pemandangan itu tentu saja menyisakan trauma mendalam bagi siapa pun yang menyaksikannya, termasuk para petugas yang datang.

Api Dendam yang Membakar

Diduga kuat, aksi keji ini berakar dari rasa sakit hati yang mendalam setelah perceraian AS dan Miswati sekitar empat bulan lalu. Perpisahan yang seharusnya menjadi jalan keluar, justru memicu dendam yang mematikan dan tak terkendali.

Puncak kemarahan AS semakin tak terkendali ketika ia mengetahui mantan istrinya berencana untuk menikah lagi. Kabar itu seolah menyulut api cemburu dan keputusasaan, mendorongnya melakukan tindakan yang tak terpikirkan dan berujung pada tragedi.

Rasa memiliki yang berlebihan, ditambah dengan penolakan dan rasa kehilangan, tampaknya telah menguasai pikiran AS. Ia mungkin merasa dunianya runtuh, dan satu-satunya cara untuk ‘membalas’ adalah dengan kekerasan ekstrem yang merenggut nyawa.

Pelaku Kabur ke Hutan, Perburuan Dimulai

Setelah melancarkan serangan brutalnya, AS tak tinggal diam. Ia segera melarikan diri, menghilang ke dalam lebatnya hutan di sekitar desa, meninggalkan jejak kekerasan dan ketakutan yang mendalam bagi warga.

Tak butuh waktu lama, aparat kepolisian dan TNI segera bergerak cepat. Bersama puluhan warga yang resah, mereka membentuk tim pencari, menyisir setiap sudut hutan demi menemukan pelaku yang kini berstatus buron.

"Ya usai melakukan itu kemudian pelaku kabur ke hutan, ini tentunya masih proses pencarian," imbuh Jamiatin, menunjukkan betapa seriusnya upaya penangkapan ini. Tim gabungan bekerja tanpa henti, bahkan di tengah gelapnya malam, demi memastikan pelaku segera tertangkap.

Ketegangan di Dusun Drono

Keberadaan AS yang masih bebas berkeliaran di hutan menimbulkan kekhawatiran besar di kalangan masyarakat Dusun Drono dan sekitarnya. Setiap bayangan di kegelapan, setiap suara di semak-semak, bisa jadi adalah AS yang sedang bersembunyi, siap melancarkan aksi lagi.

Pihak kepolisian mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan segera melapor jika mengetahui keberadaan pelaku. Pesan ini bukan hanya sekadar imbauan, melainkan seruan untuk menjaga keselamatan bersama dan membantu aparat dalam tugas berat ini.

Medan hutan yang sulit dan gelap menjadi tantangan tersendiri bagi tim pencari. Namun, semangat untuk menegakkan keadilan dan mengamankan desa tidak pernah padam, meskipun mereka harus menghadapi risiko dan kelelahan yang luar biasa.

Refleksi Tragedi dan Harapan Keadilan

Tragedi ini menjadi pengingat pahit akan bahaya dendam dan kekerasan dalam rumah tangga yang tak terselesaikan. Konflik personal yang tidak ditangani dengan bijak bisa berujung pada malapetaka yang tak terbayangkan, merenggut nyawa dan meninggalkan luka abadi.

Keluarga korban kini tak hanya berduka atas kehilangan Timi, tetapi juga harus menghadapi trauma mendalam dan proses penyembuhan luka fisik serta mental. Mereka membutuhkan dukungan penuh dari semua pihak, baik moral maupun material, untuk bisa bangkit kembali.

Hingga saat ini, perburuan AS masih terus berlangsung. Seluruh elemen masyarakat dan aparat berharap pelaku segera tertangkap dan mempertanggungjawabkan perbuatannya di mata hukum. Hanya dengan begitu, ketenangan dan keadilan bisa kembali dirasakan di Dusun Drono yang kini diselimuti ketakutan.

Penulis: Dyandra

Editor: Santika Reja

Terakhir disunting: September 24, 2025

Promo Akad Nikah Makeup