NEWS TANGERANG– Keluarga Muhammad Ilham Pradipta (37), Kepala Cabang BRI Cempaka Putih yang jadi korban penculikan dan pembunuhan sadis, punya kecurigaan besar. Mereka menduga motif para pelaku jauh lebih dari sekadar "mencari rekening dormant" alias rekening pasif yang jarang digunakan.
Boyamin Saiman, kuasa hukum keluarga korban, menegaskan ada indikasi kuat di balik kasus tragis ini. Kelompok pelaku diduga mengincar rekening dengan nilai fantastis, bahkan bisa mencapai ratusan miliar rupiah. Wah, ngeri banget, kan?
Menurut Boyamin, bukan tidak mungkin jaringan kejahatan ini sudah pernah membobol bank lain dengan modus yang mirip. Modus operandi mereka sepertinya sudah terstruktur dan terencana matang, jauh dari kesan kejahatan spontan.
"Saya tidak terlalu percaya soal rekening dormant. Dormant itu biasanya tabungan kecil, misalnya milik pensiunan. Sementara ada indikasi kelompok ini pernah membobol bank lain dengan nilai ratusan miliar," ungkap Boyamin di Polda Metro Jaya, dilansir dari sebuah situs berita pada Kamis, 18 September 2025.
Jejak Detektif Partikelir Ungkap Dugaan Baru
Boyamin mengaku, dirinya sudah "turun gunung" menjadi detektif partikelir selama dua hari terakhir. Dari hasil penelusuran awalnya, ia menemukan dugaan kuat bahwa kelompok yang terlibat dalam kasus Ilham ini punya rekam jejak pembobolan bank besar sebelumnya.
Makanya, menurut Boyamin, penyidik gak boleh cuma terpaku pada narasi rekening dormant. Ada skenario yang jauh lebih besar dan terorganisir di balik kasus ini, yang perlu diungkap tuntas.
"Nah, sebagai yang biasa detektif partikelir, saya juga melacak 2 hari ini. Ada dugaan bahwa kelompok ini juga sudah pernah membobol bank lain. Nilainya bahkan ratusan miliar. Kita tunggu nanti apakah ini sudah di tangan penyidik segala macam," kata Boyamin, penuh harap agar dugaan ini segera ditindaklanjuti.
Ia menjelaskan, jika targetnya adalah rekening jumbo, pola operasinya pasti beda jauh. Ini melibatkan otorisasi dari pimpinan cabang atau "orang dalam" bank, penempatan rekening penampungan, lalu dana dipindahkan ke luar negeri. Gak habis pikir, kan, betapa canggihnya modus mereka?
Modus Operandi yang Lebih Canggih dan Terencana
Boyamin juga menyoroti, jika pelaku bekerja sama dengan "orang dalam," mekanisme yang dipakai bukan cuma manipulasi teller biasa. Tapi, ini lebih ke pemalsuan kuasa atau otorisasi. Dengan begitu, pemindahan dana besar bisa dilakukan dengan cepat dan mulus tanpa terdeteksi.
"Kalau bekerja dengan orang dalam itu konvensional misalnya memalsu tanda tangan kuasa, untuk underlying bisa memindahkan uang dari rekening yang besar tadi," jelasnya, membongkar dugaan modus canggih para pelaku yang melibatkan celah sistem perbankan.
Bukti Tak Terbantahkan: Kartu Nama Korban
Ada satu bukti kecil tapi menurut Boyamin sangat determinan: kartu nama almarhum yang diduga ada di tangan pelaku. Kartu nama itu bukan "jatuh dari langit," lho.
Ilham pasti memberikannya langsung saat menawarkan layanan bisnis, seperti pemasangan EDC atau QRIS, kepada pihak yang sudah dikenal. Ini jelas menunjukkan ada komunikasi dan target yang sudah ditetapkan sebelumnya, bukan korban acak.
"Kartu nama itu diberikan langsung oleh almarhum ketika menawarkan kerja sama bisnis. Jadi jelas, ada komunikasi sebelumnya. Itu membuktikan target sudah ditetapkan," ujar Boyamin, menekankan pentingnya bukti ini sebagai petunjuk awal.
Kecurigaan makin bertambah saat ada seorang pelaku yang datang ke kantor cabang. Dia mengaku ingin membuat ATM tapi tanpa membawa KTP dan tanpa rekening, namun bersikukuh ingin bertemu pimpinan cabang. Dih, aneh banget, kan, tingkah laku yang mencurigakan ini?
"Kalau ini random, tidak mungkin seperti itu. Jelas sudah ada incaran," tambah Boyamin, memperkuat dugaan bahwa korban memang sudah diincar dan menjadi target utama kelompok kejahatan ini.
Desakan untuk Penyidik: Bongkar Rekam Komunikasi!
Boyamin mendesak penyidik untuk segera mengungkap seluruh rekam komunikasi antara korban dan para tersangka. Termasuk juga meminta bantuan operator telekomunikasi untuk melacak jejak digital.
Ini penting untuk menunjukkan apakah ada perencanaan yang sudah disusun jauh sebelum aksi penculikan itu terjadi. Boyamin optimis, jika data telekomunikasi dibuka, pola komunikasi dan kemungkinan adanya aktor intelektual akan terlihat jelas.
"Kalau dibuka, akan terlihat jelas bagaimana rencana kejahatan ini disusun," tegas Boyamin. Ia juga menyarankan agar ada kerja sama dengan provider seluler untuk melacak panggilan dan pesan yang bisa menunjang dugaan perencanaan sejak awal.
Mengapa Jakarta, Bukan Ponorogo?
Boyamin juga mempertanyakan, kenapa sih pelaku memilih sasaran di kota besar seperti Jakarta? Kenapa bukan daerah pelosok, misalnya di Ponorogo yang diduga punya simpanan jauh lebih kecil?
Menurutnya, ini makin memperkuat hipotesis bahwa motif utama mereka adalah menguras rekening besar. Bukan cuma sekadar mengambil simpanan dormant yang nilainya recehan dan tidak seberapa.
"Kenapa mereka tidak nyasar di Ponorogo? Ya nggak ada, itu paling satu miliar-dua miliar. Maka ini yang disasar kenapa di kota? Ya rekening besar," ujar Boyamin, menegaskan dugaan motif ekonomi yang sangat besar dan terencana.
Tuntutan Keluarga: Keadilan Harus Tegak!
Selain menyoroti aspek motif ekonomi, Boyamin juga mengonfirmasi bahwa keluarga tetap menuntut kepastian hukum atas penyelidikan ini. Mereka ingin prosesnya transparan dan tuntas, tanpa ada yang ditutup-tutupi.
Ia menyatakan akan terus berkomunikasi dengan penyidik dan menyerahkan pembuktian hukum kepada proses penyidikan. Termasuk jika perlu, akan mendorong penerapan pasal yang lebih berat bila bukti mendukung unsur perencanaan dan keterlibatan terorganisir.
"Saya datang ke Polda Metro untuk berdiskusi dengan penyidik. Kami ingin prosesnya jelas, jangan dipotong-potong. Kalau semua bukti mengarah pada perencanaan dan keterlibatan banyak pihak, kami akan minta penerapan pasal yang sesuai," ujarnya, menutup pernyataan. Keluarga berharap keadilan bisa ditegakkan seadil-adilnya untuk almarhum Ilham dan mencegah kasus serupa terulang.
Penulis: Dyandra
Editor: Santika Reja
Terakhir disunting: Oktober 2, 2025