NEWS TANGERANG– Kamis, 25 September 2025 – 12:13 WIB
Surabaya digegerkan dengan peristiwa memilukan yang membuat hati siapa pun miris. Dua bocah perempuan, yang masih berusia 7 dan 10 tahun, harus menanggung trauma mendalam setelah menjadi korban pencabulan oleh seorang pria berusia 52 tahun berinisial MU. Peristiwa ini tak hanya menyisakan luka fisik, tapi juga batin yang begitu berat.
Kondisi kedua korban sungguh memprihatinkan. Mereka kini enggan bersekolah dan bahkan menolak untuk mengaji. Rasa malu dan ketakutan yang luar biasa menghantui hari-hari mereka, semua gara-gara perbuatan bejat pelaku di wilayah Sukolilo, Surabaya.
Aksi Bejat di Balik Kedok Polos
Kasus ini terungkap berkat keberanian salah satu korban. Bocah pemberani itu akhirnya menceritakan kejadian mengerikan yang menimpanya kepada orang tuanya, membuka tabir kejahatan yang selama ini tersembunyi. Ngerinya, aksi pelaku disebut-sebut dilakukan di beberapa lokasi berbeda yang cukup tersembunyi.
Salah satu lokasi yang bikin geleng-geleng kepala adalah ruang wudhu perempuan di sebuah masjid di Sukolilo. Gak habis pikir, tempat ibadah yang seharusnya aman justru dijadikan lokasi kejahatan. Peristiwa memilukan ini terjadi pada awal September 2025, meninggalkan jejak kelam bagi para korban dan keluarga.
Sosok Pelaku: Penjaga Kos Tanpa Pekerjaan Tetap
Pelaku, MU, adalah warga asli Sukolilo. Menurut keterangan polisi, pria berusia 52 tahun ini tidak memiliki pekerjaan tetap. Sehari-harinya, ia hanya mengandalkan upah dari menjaga kos dan kontrakan di sekitar wilayah tersebut.
Sosok yang seharusnya bisa dipercaya dan menjadi bagian dari komunitas, justru tega melakukan tindakan keji terhadap anak-anak. Ironisnya, perannya sebagai penjaga kos dan kontrakan mungkin memberinya akses dan kesempatan untuk melancarkan aksinya di lingkungan yang seharusnya aman.
Amarah Warga Memuncak, Pelaku Nyaris Dihakimi Massa
Ketika kabar pencabulan ini menyebar, amarah warga Sukolilo tak terbendung. Massa yang geram berhasil mengamankan MU dan nyaris saja menghakiminya di tempat. Situasi saat itu sangat mencekam, menunjukkan betapa besar kemarahan dan kekecewaan masyarakat terhadap perbuatan pelaku.
Beruntung, amarah massa berhasil diredam setelah pihak kepolisian tiba di lokasi kejadian. MU kemudian diserahkan ke Polsek Sukolilo untuk proses lebih lanjut. Tindakan cepat polisi ini mencegah terjadinya main hakim sendiri, meski kemarahan warga sangat bisa dimengerti.
Penyelidikan Intensif di Polrestabes Surabaya
Setelah diamankan, MU langsung dibawa ke Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polrestabes Surabaya. Di sana, penyelidikan intensif mulai dilakukan untuk mengungkap seluruh fakta di balik kasus ini. Polisi berkomitmen untuk menindak tegas pelaku kejahatan anak.
"Iya, pelaku sudah kami terima dari Polsek Sukolilo. Saat ini masih dalam tahap penyelidikan," ujar Iptu Eddy Oktavianus Mamoto, Kanit PPA Polrestabes Surabaya, dilansir dari berbagai sumber. Pernyataan ini menegaskan bahwa kasus ini ditangani serius oleh pihak berwajib.
Imbauan Penting dari Kepolisian: Jangan Takut Melapor!
Melihat modus operandi pelaku dan fakta bahwa ia berinteraksi dengan banyak orang di lingkungan kos dan kontrakan, kepolisian mengimbau masyarakat agar tidak ragu melaporkan jika ada anak lain yang menjadi korban. Ada kekhawatiran bahwa kedua bocah ini bukanlah satu-satunya korban kebejatan MU.
"Polrestabes Surabaya tegaskan bagi warga yang anaknya ada yang menjadi korban perilaku menyimpang tersangka harap melaporkan ke Unit PPA Polrestabes Surabaya atau melalui polsek terdekat untuk diproses lebih lanjut," tegas Iptu Eddy. Ia menambahkan, "Karena tidak menutup kemungkinan ada korban lain selain kedua korban."
Dampak Trauma yang Mendalam dan Pentingnya Perlindungan Anak
Kondisi kedua bocah yang trauma berat hingga enggan bersekolah dan mengaji adalah pengingat betapa dahsyatnya dampak kejahatan seksual pada anak. Mereka tidak hanya kehilangan masa kecil yang ceria, tetapi juga harus berjuang melawan rasa takut, malu, dan ketidakpercayaan terhadap lingkungan sekitar. So sad, melihat masa depan mereka terancam karena ulah satu orang.
Kasus ini menjadi alarm bagi kita semua untuk lebih meningkatkan kewaspadaan dan perlindungan terhadap anak-anak. Pentingnya edukasi seksualitas anak, pengawasan orang tua, serta peran aktif masyarakat dalam melaporkan indikasi kejahatan semacam ini menjadi krusial. Mari kita ciptakan lingkungan yang aman bagi anak-anak kita, agar tidak ada lagi kisah pilu seperti ini di kemudian hari.
Penulis: Dyandra
Editor: Santika Reja
Terakhir disunting: Oktober 2, 2025