Seedbacklink affiliate
Hukum  

Geger! Pembunuhan Kacab BRI: Keluarga Curiga Target Asli Ratusan Miliar, Jaringan Pembobol Bank Terlibat?

Tersangka kasus pembunuhan Kepala Cabang BRI Cempaka Putih dengan tangan terborgol.
Para tersangka pembunuhan Kepala Cabang BRI, diduga incar dana ratusan miliar.
banner 120x600

NEWS TANGERANG– Keluarga Muhammad Ilham Pradipta, Kepala Cabang BRI Cempaka Putih yang menjadi korban penculikan dan pembunuhan sadis, kini buka suara dengan dugaan mengejutkan. Mereka yakin motif di balik kejahatan keji ini jauh lebih besar dan terorganisir, bukan sekadar mengincar "rekening dormant" atau rekening pasif. Ada indikasi kuat, target sebenarnya adalah dana fantastis, bahkan mencapai ratusan miliar rupiah.

Bukan Sekadar Rekening "Tidur"

Boyamin Saiman, kuasa hukum keluarga korban, mengungkapkan kecurigaan mendalam ini. Menurutnya, sangat tidak masuk akal jika kelompok pelaku yang terorganisir ini hanya mengincar rekening dormant, yang pada umumnya berisi tabungan kecil milik pensiunan. "Dormant itu biasanya tabungan kecil, misalnya milik pensiunan. Ini terlalu kecil untuk motif kejahatan sekeji ini," tegas Boyamin di Polda Metro Jaya.

Kecurigaan Boyamin semakin kuat karena ada dugaan bahwa kelompok pelaku ini bukan pemain baru dalam dunia kejahatan perbankan. Ia mengindikasikan bahwa mereka mungkin sudah pernah membobol bank lain dengan modus operandi serupa, dan berhasil menggasak dana hingga ratusan miliar rupiah. "Saya tidak terlalu percaya soal rekening dormant," tambahnya, menunjukkan keyakinannya bahwa ada agenda yang lebih besar.

Modus Operandi "Kelas Kakap" Terkuak

Sebagai seorang yang berpengalaman dalam melacak kasus, Boyamin mengaku telah melakukan penyelidikan awal selama dua hari terakhir, bertindak layaknya "detektif partikelir." Dari hasil penelusuran awal itu, ia mendapat dugaan kuat bahwa jaringan yang diduga terlibat dalam kasus Ilham ini pernah mencatat keberhasilan pembobolan besar pada bank lain. "Nilainya bahkan ratusan miliar," ungkapnya.

Oleh karena itu, Boyamin mendesak penyidik untuk tidak terpaku hanya pada narasi rekening dormant. Jika targetnya adalah rekening besar, pola operasinya pasti berbeda dan jauh lebih canggih. Ini melibatkan otorisasi dari pimpinan cabang atau "orang dalam" bank, penempatan dana ke rekening penampungan, lalu pemindahan dana ke luar negeri dengan cepat dan terstruktur.

Peran "Orang Dalam" yang Krusial

Boyamin menjelaskan, jika pelaku bekerja sama dengan "orang dalam" bank, mekanisme yang dipakai bukan sekadar manipulasi teller yang sederhana. Melainkan, mereka akan memalsukan kuasa atau otorisasi penting yang hanya bisa dilakukan oleh pejabat bank. Dengan begitu, pemindahan dana dalam jumlah besar bisa dieksekusi dengan cepat dan tanpa banyak hambatan.

"Kalau bekerja dengan orang dalam itu konvensional misalnya memalsu tanda tangan kuasa, untuk underlying bisa memindahkan uang dari rekening yang besar tadi," jelasnya. Ini menunjukkan betapa terorganisirnya kejahatan ini, mengindikasikan adanya sindikat profesional.

Petunjuk Penting: Kartu Nama dan Gerak-Gerik Mencurigakan

Kecurigaan keluarga semakin kuat dengan adanya bukti kecil namun bersifat determinan: kartu nama almarhum Ilham yang diduga berada dalam kepemilikan pelaku. Kartu nama itu, menurut Boyamin, bukan jatuh begitu saja dari langit, melainkan pernah diberikan langsung oleh Ilham ketika menawarkan layanan atau kerja sama bisnis (misalnya pemasangan EDC atau QRIS) kepada pihak yang dikenal.

"Kartu nama itu diberikan langsung oleh almarhum ketika menawarkan kerja sama bisnis. Jadi jelas, ada komunikasi sebelumnya. Itu membuktikan target sudah ditetapkan," ujar Boyamin. Ini adalah bukti konkret bahwa korban sudah diincar dan bukan target acak.

Pelaku yang Mencurigakan di Kantor Bank

Ada lagi kejanggalan lain yang memperkuat dugaan perencanaan matang. Seorang pelaku disebut pernah datang ke kantor cabang BRI, mengaku ingin membuat ATM. Namun, ia datang tanpa membawa KTP dan tanpa memiliki rekening, anehnya bersikukuh ingin bertemu langsung dengan pimpinan cabang, yaitu Ilham.

"Kalau ini random, tidak mungkin seperti itu. Jelas sudah ada incaran," tambah Boyamin. Perilaku yang tidak lazim ini semakin memperkuat dugaan bahwa Ilham memang sudah diintai dan menjadi target utama sejak lama.

Desakan untuk Bongkar Rekam Jejak Komunikasi

Melihat semua kejanggalan ini, Boyamin mendesak penyidik untuk mengungkap seluruh rekam komunikasi antara korban dan para tersangka. Ini termasuk data panggilan dan pesan dari operator telekomunikasi. Ia optimistis, jika data telekomunikasi dibuka, pola komunikasi dan kemungkinan adanya aktor intelektual akan terlihat jelas.

"Kalau dibuka, akan terlihat jelas bagaimana rencana kejahatan ini disusun," tegas Boyamin. Ia menyarankan kerja sama erat dengan provider seluler untuk melacak panggilan dan pesan yang menunjang dugaan perencanaan sejak awal, demi mengungkap dalang di balik kasus ini.

Mengapa Jakarta, Bukan Pelosok?

Boyamin juga mempertanyakan mengapa pelaku memilih sasaran di kota besar seperti Jakarta, bukannya menargetkan daerah pelosok, misalnya di Ponorogo, yang diduga memiliki simpanan jauh lebih kecil. "Kenapa mereka tidak nyasar di Ponorogo? Ya nggak ada, itu paling satu miliar-dua miliar," katanya.

Menurutnya, pilihan lokasi ini semakin memperkuat hipotesis bahwa motif utama adalah menguras rekening besar. Di kota-kota besar, potensi rekening dengan nilai fantastis jauh lebih tinggi dibandingkan di daerah, menjadikan Jakarta sebagai target yang lebih "menggiurkan."

Keluarga Tuntut Keadilan dan Proses Hukum Tuntas

Selain menekan aspek motif ekonomi yang tersembunyi, Boyamin mengonfirmasi bahwa keluarga tetap menuntut kepastian hukum atas penyelidikan kasus ini. Ia menyatakan akan terus berkomunikasi intensif dengan penyidik dan menyerahkan sepenuhnya proses pembuktian hukum.

Keluarga berharap proses penyidikan berjalan transparan dan tidak "dipotong-potong." Bila semua bukti mengarah pada perencanaan matang dan keterlibatan banyak pihak yang terorganisir, keluarga akan mendorong penerapan pasal yang lebih berat sesuai dengan tingkat kejahatan yang dilakukan. "Kami ingin prosesnya jelas, jangan dipotong-potong. Kalau semua bukti mengarah pada perencanaan dan keterlibatan banyak pihak, kami akan minta penerapan pasal yang sesuai," pungkas Boyamin, menegaskan komitmen keluarga untuk mencari keadilan.

Penulis: Dyandra

Editor: Santika Reja

Terakhir disunting: September 18, 2025

Promo Akad Nikah Makeup