NEWS TANGERANG– Jakarta – Kabar mengejutkan datang dari Kedoya Selatan, Jakarta Barat. Seorang ibu rumah tangga berinisial S (49) ditemukan tak bernyawa di dalam rumahnya sendiri pada Selasa, 23 September 2025. Yang bikin gak habis pikir, terduga pelaku pembunuhan ini adalah suaminya sendiri, W (55).
Tragedi ini pertama kali terkuak saat sang anak, KS (29), pulang kerja. Ia mendapati pemandangan yang bikin syok dan hati remuk: ibunya sudah tergeletak tak bernyawa di rumah mereka yang seharusnya menjadi tempat paling aman.
"Benar, korban ditemukan siang hari ketika anaknya pulang kerja. Pas buka pintu, ibunya sudah meninggal," ungkap Ajun Komisaris Polisi Ganda Jaya Sibarani, Kepala Unit Reserse Kriminal Polsek Kebon Jeruk, Rabu, 24 September 2025. Penemuan tragis ini sontak menggemparkan warga sekitar.
Suami Serahkan Diri, Mengaku Terlibat
Tak lama setelah penemuan jasad, drama berlanjut. Sang suami, W, yang kini menjadi terduga pelaku, mendatangi Polsek Kembangan. Ia menyerahkan diri, seolah tak sanggup lagi menanggung beban perbuatannya.
Polisi segera menjemput W dari Polsek Kembangan dan membawanya ke Polsek Kebon Jeruk untuk pemeriksaan intensif. "Pelaku sudah menyerahkan diri. Pelaku suami dari korban," tambah Ganda, mengonfirmasi dugaan yang beredar.
Penyerahan diri ini menjadi titik terang awal dalam kasus yang so sad ini. Pihak kepolisian kini fokus menggali keterangan dari W untuk mengungkap motif dan kronologi sebenarnya di balik kematian S.
Isu Perselingkuhan, Pemicu Tragedi Rumah Tangga?
Dugaan sementara, tragedi berdarah ini dipicu oleh persoalan rumah tangga yang sudah memanas. Beredar kabar adanya isu perselingkuhan yang menyeret nama korban, S. Isu ini menjadi salah satu fokus utama penyelidikan polisi.
"Karena diduga korban ada perselingkuhan. Kami masih dalami lagi, benar atau tidak informasi itu. Kita kroscek dengan data penyelidikan," jelas Ganda. Jika benar, ini menjadi gambaran betapa rumitnya konflik rumah tangga yang bisa berujung pada kekerasan fatal.
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) memang kerap kali berawal dari masalah komunikasi atau kecurigaan. Namun, apapun alasannya, tindakan menghilangkan nyawa seseorang jelas tidak bisa dibenarkan.
Bukti Awal dan Menanti Hasil Autopsi
Tim kepolisian langsung melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) di rumah korban. Dari hasil pemeriksaan awal, polisi menemukan seutas tali tas. Tali ini diduga kuat menjadi alat yang digunakan pelaku untuk mengakhiri nyawa S.
Penemuan tali tas ini memberikan petunjuk penting bagi penyidik. Namun, untuk memastikan penyebab pasti kematian S, polisi masih menunggu hasil autopsi dari tim forensik Rumah Sakit Polri Kramat Jati.
"Kita tunggu hasil pemeriksaan dokter," kata Ganda. Hasil autopsi akan memberikan gambaran medis yang akurat mengenai luka-luka pada tubuh korban dan bagaimana kematian itu terjadi. Ini akan menjadi bukti krusial dalam proses hukum selanjutnya.
Dampak dan Langkah Selanjutnya
Kasus ini tentu saja menyisakan duka mendalam bagi keluarga dan kerabat korban. Lingkungan sekitar pun turut terkejut dengan insiden yang terjadi di tengah mereka. Tragedi ini menjadi pengingat pahit akan bahaya konflik rumah tangga yang tidak terselesaikan dengan baik.
Penyelidikan akan terus berlanjut. Polisi akan memeriksa saksi-saksi lain, mengumpulkan bukti tambahan, dan mendalami motif sebenarnya dari W. Proses hukum akan berjalan sesuai ketentuan yang berlaku untuk mengungkap kebenaran dan memberikan keadilan bagi korban.
Semoga kasus ini bisa segera terungkap secara tuntas dan menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Kekerasan, apalagi dalam lingkup keluarga, bukanlah solusi. So sad melihat rumah tangga yang seharusnya menjadi tempat berlindung justru berubah menjadi lokasi tragedi.
Penulis: Dyandra
Editor: Santika Reja
Terakhir disunting: Oktober 1, 2025