NEWS TANGERANG– Siapa sangka, dari sebuah lapak kaki lima sederhana di pinggir jalan, sepasang suami istri asal Malaysia berhasil mengguncang dunia kuliner dengan penjualan kepiting raja. Kisah mereka bukan hanya tentang omzet fantastis, tapi juga tentang inovasi, keberanian, dan bagaimana ide brilian bisa lahir dari hal yang paling tak terduga. Bersiaplah terinspirasi oleh perjalanan Mohamad Ikhmal Nur Hakim Mohamad Yusof dan Nurul Al Fatonah Awang yang mengubah kepiting raja menjadi santapan mewah yang merakyat.
Awal Mula Ide Brilian: Dari Ngidam Jadi Cuan Jutaan
Semuanya bermula dari sebuah keinginan sederhana. Nurul Al Fatonah Awang, sang istri, sedang mengidam kepiting raja, hidangan laut premium yang biasanya hanya bisa dinikmati di restoran kelas atas dengan harga selangit. Suaminya, Mohamad Ikhmal Nur Hakim Mohamad Yusof, tentu saja memenuhi keinginan sang istri tercinta.
Namun, di sinilah keajaiban itu terjadi. Setelah menikmati hidangan mewah tersebut, Nurul justru punya ide gila: bagaimana jika mereka menjual kepiting raja ini dengan harga yang lebih terjangkau? Tujuannya jelas, agar lebih banyak orang bisa merasakan sensasi makan kepiting raja tanpa harus menguras dompet terlalu dalam.
Ide itu awalnya terdengar nekat. Menjual kepiting raja, yang dikenal mahal dan eksklusif, di lapak kaki lima? Tapi pasangan ini melihat peluang besar. Mereka ingin mendemokratisasi makanan mewah, membuatnya bisa diakses oleh semua kalangan.
Dari situlah tekad mereka bulat. Mereka memutuskan untuk memulai usaha ini, berbekal keberanian dan keyakinan pada konsep "mewah yang merakyat." Awalnya, mereka hanya menerima pesanan dari rumah dan mengantarkannya langsung ke pelanggan, sebuah cara sederhana untuk menguji pasar.
Namun, respons yang didapat sungguh di luar dugaan. Permintaan terus membludak, melebihi kapasitas mereka untuk mengantar pesanan satu per satu. Pasangan ini menyadari bahwa sudah saatnya mereka melangkah lebih jauh, membuka lapak fisik di pinggir jalan agar bisa menjangkau lebih banyak pelanggan.
Kekuatan Media Sosial: Dari TikTok Hingga Antrean Mengular
Lapak kaki lima mereka akhirnya dibuka di Kota Bharu, Kelantan, Malaysia. Ini bukan sembarang lapak, melainkan lapak yang menjajakan kepiting raja, sebuah pemandangan yang jarang terlihat. Untuk menarik perhatian, Ikhmal dan Nurul memanfaatkan kekuatan media sosial, khususnya TikTok dan Facebook.
Mereka mulai mempromosikan dagangan mereka dengan konten-konten menarik yang menunjukkan kepiting raja segar dan proses memasaknya yang menggugah selera. Video-video singkat dan foto-foto menggoda itu dengan cepat menyebar, menciptakan kehebohan di kalangan warganet. Orang-orang penasaran, ingin membuktikan sendiri apakah benar kepiting raja bisa didapatkan dengan harga kaki lima.
Tak butuh waktu lama, lapak mereka pun viral. Sejak hari pertama dibuka, antrean panjang sudah terlihat mengular bahkan sebelum gerai resmi dibuka pada pukul 16.00. Fenomena ini menunjukkan betapa dahsyatnya kekuatan media sosial dalam mengubah sebuah usaha kecil menjadi sorotan publik.
Dan hasilnya? Sungguh bikin melongo! Pada hari pertama berjualan, pasangan ini mencatat omzet lebih dari RM 12.000, atau setara dengan sekitar Rp 48 juta, hanya dalam waktu 15 menit! Bayangkan, dalam seperempat jam saja, mereka berhasil menjual habis 150 ekor kepiting raja yang dibanderol RM 85 (sekitar Rp 350.000) per ekor. Sebuah pencapaian yang luar biasa dan hampir tidak masuk akal untuk sebuah lapak kaki lima.
Bukan Sekadar Kepiting: Rahasia di Balik Saus Spesial dan Konsep Siap Santap
Apa yang membuat kepiting raja mereka begitu istimewa dan ludes diserbu pelanggan? Rahasianya tidak hanya terletak pada harga yang terjangkau, tetapi juga pada konsep penyajian yang cerdas dan cita rasa yang tak tertandingi. Pasangan ini tidak menjual kepiting mentah, melainkan kepiting raja yang sudah dimasak sempurna.
Ini adalah poin penting yang membedakan mereka dari banyak penjual seafood lainnya. Pelanggan tidak perlu repot memasak atau khawatir soal kesegaran, karena kepiting sudah siap santap. Konsep "ready-to-eat" ini sangat disukai, terutama oleh anak muda dan keluarga yang mencari kepraktisan tanpa mengorbankan kualitas.
Selain itu, mereka juga menyajikan kepiting raja dengan dua pilihan saus buatan sendiri yang menjadi andalan: saus cabai pedas yang nendang dan saus mentega gurih yang creamy. Kedua saus ini diracik dengan resep rahasia yang telah disempurnakan, memberikan dimensi rasa yang unik dan membuat pelanggan ketagihan. Kombinasi kepiting segar, bumbu yang meresap, dan saus istimewa inilah yang menjadi daya tarik utama.
Menurut Nurul, kunci keberhasilan mereka memang ada pada konsep kepiting siap santap. Pelanggan zaman sekarang lebih menyukai makanan laut yang bisa langsung dinikmati di tempat atau dibawa pulang tanpa perlu proses persiapan lagi. Ini adalah pemahaman mendalam tentang kebutuhan pasar yang membuat bisnis mereka melesat.
Tantangan di Balik Gemerlap Kesuksesan
Meski omzet fantastis dan popularitas yang meledak, perjalanan Ikhmal dan Nurul tidak lepas dari tantangan. Salah satu kendala terbesar yang mereka hadapi adalah pasokan kepiting raja yang terbatas. Ikhmal bersikeras hanya menjual kepiting segar berkualitas tinggi, yang berarti mereka harus sangat selektif dalam memilih pemasok.
Keterbatasan stok ini seringkali menjadi masalah, terutama saat permintaan sedang tinggi-tingginya. Selain itu, biaya modal untuk membeli kepiting raja segar juga tidak sedikit, mengingat harga per ekornya yang memang premium. Variasi ukuran kepiting juga membuat jumlah stok per hari menjadi terbatas, sehingga mereka harus pintar-pintar mengatur strategi penjualan.
Namun, tantangan ini tidak menyurutkan semangat mereka. Justru, hal ini memicu mereka untuk terus berinovasi dan mencari solusi. Mereka tetap berkomitmen pada kualitas, memastikan setiap kepiting yang sampai ke tangan pelanggan adalah yang terbaik.
Menginspirasi dan Mengubah Paradigma Bisnis Kaki Lima
Kisah sukses Ikhmal dan Nurul telah menarik perhatian banyak orang, bahkan dari luar kota. Salah satunya adalah Azlina Alawi (42), yang rela menempuh perjalanan jauh dari Ipoh, Perak, hanya untuk membeli dan membawa pulang kepiting raja bagi keluarganya di Pengkalan Kubor. Azlina mengakui bahwa harga yang ditawarkan jauh lebih terjangkau dibandingkan restoran, sehingga memberinya kesempatan untuk mencicipi hidangan mewah ini.
Fenomena lapak kepiting raja ini bukan hanya sekadar cerita sukses bisnis, tetapi juga sebuah inspirasi. Pasangan ini membuktikan bahwa dengan ide yang unik, eksekusi yang tepat, dan pemanfaatan media sosial, bisnis kaki lima pun bisa mencapai omzet puluhan juta dalam hitungan menit. Mereka mengubah pandangan banyak orang tentang apa yang bisa dicapai oleh sebuah usaha kecil.
Kisah Ikhmal dan Nurul adalah bukti nyata bahwa inovasi tidak harus datang dari perusahaan besar atau modal yang fantastis. Terkadang, ide paling sederhana yang dieksekusi dengan passion dan keberanian bisa menciptakan dampak yang luar biasa. Mereka telah membuka mata banyak orang bahwa batas-batas bisnis hanya ada di pikiran kita sendiri.
Dengan semangat pantang menyerah dan komitmen pada kualitas, pasangan ini telah menorehkan sejarah baru dalam dunia kuliner kaki lima. Mereka tidak hanya menjual kepiting, tetapi juga menjual mimpi dan inspirasi bagi para pengusaha muda yang ingin merintis jalan sukses mereka sendiri. Siapa tahu, mungkin kisah mereka akan menginspirasi kamu untuk menemukan ide "gila" berikutnya!
Penulis: Tammy
Editor: Santika Reja
Terakhir disunting: September 26, 2025