NEWS TANGERANG– Siapa sangka, dari balik seragam militer yang gagah, seorang perwira bisa menemukan jalan hidup baru yang tak kalah membanggakan di tengah ladang? Azhar Rosazmi, mantan perwira Tentera Laut Diraja Malaysia (TLDM) berusia 38 tahun, membuktikan bahwa keberanian mengambil risiko dan semangat pantang menyerah bisa menghasilkan panen timun hingga 400 kilogram setiap hari. Kisahnya ini bukan cuma inspiratif, tapi juga bikin kita auto mikir: "Wah, ternyata jadi petani itu keren juga ya!"
Dari Seragam Militer ke Cangkul: Alasan Pensiun Dini yang Menyentuh Hati
Selama 15 tahun, Azhar mengabdikan dirinya untuk negara di TLDM. Sebuah karier yang diidamkan banyak orang, penuh disiplin dan kehormatan. Namun, di balik semua itu, ada satu hal yang terus mengganjal hatinya: keluarga.
Istrinya adalah seorang guru, dan kesibukan mereka berdua membuat waktu bersama keluarga jadi sangat terbatas. Azhar merasa rindu akan kehangatan rumah dan momen-momen sederhana bersama orang terkasih. Demi bisa lebih dekat dengan keluarga, sebuah keputusan besar pun diambilnya: pensiun dini dari militer.
Awal Mula Petualangan Bertani: Tantangan di Tengah Pandemi
Dengan modal dari tabungan pensiunnya, Azhar berani mengambil langkah besar: membeli sebidang tanah seluas 0,8 hektare di Kampung Tanjung Aur, Bota Kiri, pada tahun 2019. Ia tak mau setengah-setengah, langsung menekuni pertanian modern dengan sistem fertigasi yang canggih. Komoditas pertamanya? Cabai.
Sayangnya, langkah awal itu tidak semulus yang dibayangkan. Badai pandemi Covid-19 menghantam, membuat harga cabai anjlok drastis dari RM 13 (sekitar Rp 51.000) menjadi hanya RM 4 (sekitar Rp 15.600) per kilogram. Sebagian besar pendapatan yang diharapkan pun menguap begitu saja. Sebuah pukulan telak yang menguji mentalnya.
Badai Ujian dan Bangkit Kembali: Mentimun Pilihan Kedua
Meski sempat terpuruk, Azhar tak menyerah. Ia memutuskan untuk beralih menanam timun, berharap peruntungan yang lebih baik. Namun, ujian kembali datang. Hanya seminggu setelah panen pertama, badai dahsyat merusak seluruh penyangga tanaman timunnya.
"Saat itu saya benar-benar merasa ingin menyerah," tuturnya. Perasaan putus asa menyelimuti. Namun, dukungan tak terbatas dari sang istri menjadi pemicu semangatnya untuk bangkit. Azhar pun tak buang waktu, segera mengganti penopang bambu yang rapuh dengan struktur logam yang jauh lebih kuat, serta memperbaiki infrastruktur pertaniannya secara menyeluruh.
Titik Balik dan Bantuan Pemerintah: Jalan Menuju Sukses
Titik balik perjuangan Azhar datang pada tahun 2023. Ia menerima dana bantuan sebesar RM 20.000 (sekitar Rp 79,1 juta) dari Dinas Pertanian Perak melalui program Agropreneur Muda. Bantuan ini menjadi angin segar yang sangat berarti.
Dengan dana tersebut, Azhar membeli rangka logam baru, cocopeat berkualitas, dan pupuk yang dibutuhkan. Pihak dinas juga turut membantu proses sertifikasi myGAP serta menyediakan pestisida dan keranjang sayuran. Tak hanya itu, tambahan peralatan senilai RM 10.000 (sekitar Rp 39,6 juta) memungkinkan Azhar memperluas lahannya dari 2.000 menjadi 6.000 polybag. Nggak main-main, investasi ini langsung melipatgandakan potensi panennya!
Panen Melimpah dan Strategi Pemasaran Cerdas
Kini, kerja keras dan kegigihan Azhar membuahkan hasil yang luar biasa. Ia mampu memanen 300 hingga 400 kilogram timun setiap hari. Dengan memasarkan langsung ke pasar-pasar di Sitiawan dan Air Tawar, Azhar meraup harga RM 1,60 (sekitar Rp 6.400) per kilogram. Strategi penjualan langsung ini memangkas biaya perantara dan memaksimalkan keuntungan.
Untuk mempercepat pekerjaannya di lahan yang semakin luas, Azhar bahkan telah menambah traktor dan ATV. Ia juga mulai melakukan diversifikasi tanaman, menanam pare, kacang panjang, buncis, hingga labu botol. Ladangnya kini menjadi pusat produksi sayuran yang menjanjikan, bukti nyata bahwa pertanian modern bisa jadi sangat menguntungkan.
Lebih dari Sekadar Bertani: Mengabdi dan Menginspirasi
Bagi Azhar, bertani bukan sekadar mencari nafkah atau mengejar keuntungan semata. Lebih dari itu, ia melihatnya sebagai bentuk pengabdian baru kepada negara. "Ini cara saya kembali berbakti kepada negara," katanya dengan bangga.
Semangatnya ini tidak berhenti di ladangnya sendiri. Saat ini, Azhar juga aktif mengajar di Perbadanan Hal Ehwal Bekas Angkatan Tentera (PERHEBAT). Ia berbagi pengalaman berharga kepada para veteran atau perwira lain yang ingin terjun ke dunia pertanian. Kisahnya menjadi bukti bahwa transisi karier bisa dilakukan dengan sukses, asalkan ada kemauan dan ketekunan. Azhar Rosazmi adalah contoh nyata bahwa keberanian meninggalkan zona nyaman bisa membuka pintu menuju kesuksesan yang tak terduga, sekaligus menginspirasi banyak orang untuk tidak gengsi mengejar impian, bahkan di ladang sekalipun!
Penulis: Tammy
Editor: Santika Reja
Terakhir disunting: September 30, 2025