Seedbacklink affiliate

Dari Dapur Hotel Bintang 5 ke Dapur Rakyat: Chef Kumink Rela Masak 12 Jam Sehari Demi Anak-Anak!

banner 120x600

NEWS TANGERANGProgram Makanan Bergizi Gratis (MBG) memang tak lepas dari pro dan kontra yang menyertainya. Di satu sisi, inisiatif ini sangat penting untuk memerangi stunting dan memastikan anak-anak mendapatkan asupan gizi yang layak. Namun, di sisi lain, berbagai isu seperti kasus keracunan dan berita miring sempat mewarnai perjalanan program ini.

Di tengah riuhnya perdebatan, ada kisah inspiratif dari seorang koki profesional yang mendedikasikan dirinya untuk MBG. Kenalan dengan Hendry Kumink, seorang mantan chef hotel yang kini banting setir ke dapur MBG. Ia siap menyajikan hidangan lezat dan bergizi untuk para siswa.

Aktif di TikTok dan Instagram, Chef Kumink sering membagikan kesehariannya yang penuh tantangan. DetikFood berkesempatan menghubunginya pada Minggu (28/9) untuk mengulik lebih dalam kisah perjalanannya. Dari sinilah terungkap dedikasi luar biasa di balik setiap piring makanan yang ia sajikan.

Dari Gemerlap Hotel ke Dapur Rakyat

Jauh sebelum terjun ke program MBG, Chef Kumink sudah malang melintang di dunia kuliner. Tercatat sudah 11 tahun ia berprofesi sebagai koki handal, menciptakan berbagai hidangan lezat di dapur-dapur profesional. Pengalamannya termasuk bekerja di salah satu hotel berbintang di kawasan Jakarta Selatan.

Panggilan untuk bergabung dengan program MBG datang dari seorang teman. Awalnya, ia ditawari posisi sebagai cook, namun Chef Kumink punya ambisi lebih. "Awalnya saya ditawari jadi cook, tapi saya tolak. Saya maunya jadi head chef (kepala koki)," ujarnya, menunjukkan profesionalisme dan komitmennya.

Meski berpengalaman di dapur hotel, ia mengakui ada perbedaan signifikan dalam mengelola dapur MBG. Chef Kumink butuh waktu sekitar tiga hari untuk benar-benar memahami alur kerja dan dinamika di dapur barunya ini. Sebuah adaptasi yang tidak mudah, namun berhasil ia taklukkan.

Rutinitas 12 Jam Non-Stop: Bukan Kaleng-Kaleng!

Meskipun tak lagi melayani tamu hotel, pekerjaan Chef Kumink di dapur MBG tak kalah padat, bahkan mungkin lebih menantang. Ia mengaku total durasi kerjanya bisa mencapai 12 jam sehari. Sebuah komitmen waktu yang luar biasa demi memastikan makanan anak-anak siap tepat waktu.

Proses persiapan dimulai sejak pukul 10 malam, dengan memotong bahan dan menggoreng sebagian menu. Dilanjutkan dengan persiapan bahan-bahan segar lainnya antara pukul 2 hingga 4 pagi. Ini memastikan semua bahan siap untuk proses memasak utama.

Makanan pertama harus sudah siap dikemas dan diantarkan pada pukul 7 pagi, agar bisa dinikmati siswa-siswi pada pukul 9 pagi. Tak berhenti di situ, proses memasak kedua dilakukan pada pukul 5 hingga 8 pagi, untuk diantarkan pukul 9 pagi dan dikonsumsi pukul 12 siang. Jadwal yang sangat ketat dan tanpa henti.

Trik memasak dua kali ini bukan tanpa alasan. Chef Kumink menerapkan strategi ini untuk meminimalisir risiko makanan basi dan potensi keracunan. "Sebab holding time (waktu tunggu) makanan basah itu 6 jam sejak matang agar tetap aman dimakan," jelasnya, menunjukkan betapa seriusnya ia menjaga kualitas dan keamanan pangan.

Jurus Jitu Chef Kumink: Masak Enak dengan Budget Minimalis

Salah satu tantangan terbesar dalam program MBG adalah pendanaan yang terbatas. Namun, Chef Kumink, dengan pengalamannya, punya jurus jitu untuk mengatasinya. Mengejutkannya, ia justru lebih memilih menu-menu internasional untuk disajikan di sekolah-sekolah yang menjadi tanggung jawabnya.

"Bahwa menu mancanegara itu murah, sedangkan menu Indonesia justru mahal karena kaya akan rempah. Budget atau pendanaan setiap harinya saya cek dulu berdasarkan biaya maksimum," ungkapnya. Sebuah strategi cerdas yang mungkin tak terpikirkan banyak orang.

Selain memikirkan pendanaan, Chef Kumink juga harus memutar otak untuk merotasi menu agar siswa-siswi tidak bosan. Triknya adalah mengandalkan pemasok bahan makanan dan membeli dalam jumlah besar untuk mendapatkan harga yang lebih murah. Ini adalah kunci efisiensi.

"Semakin banyak total porsi yang saya terima, semakin tinggi anggaran belanja, semakin saya bisa buat menu variatif. Sebab beli barang sedikit dengan borongan pastinya harga lebih murah yang borongan," jelasnya. Di Bandung Barat, ia pernah dituntut menyajikan lebih dari 2.500 makanan setiap hari. Sebuah angka yang fantastis!

Lebih dari Sekadar Makanan: Harapan di Setiap Piring

Bagi Chef Kumink, program MBG bukan sekadar pekerjaan memasak biasa. Ia melihatnya sebagai sebuah misi mulia yang memberikan harapan besar bagi siswa-siswi, terutama mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu. Ada makna mendalam di setiap piring yang ia siapkan.

"Sebab banyak anak orang nggak mampu yang berharap dan antusias sama makanan itu, bahkan banyak anak-anak nangis karena mereka bisa ngerasain makanan yang gak pernah mereka jumpai selama hidup mereka," tuturnya dengan nada haru. Ini adalah motivasi terbesarnya.

Namun, perjalanannya tak selalu mulus. Kehadiran buzzer di media sosial menjadi tantangan lain. Chef Kumink, yang aktif berbagi di platform digital, terkadang menemukan komentar negatif yang menyarankan agar program MBG dihentikan. Namun, ia tak gentar.

Tujuannya saat ini adalah menjadi contoh nyata bahwa menu MBG bisa disajikan dengan baik dan berkualitas. Ia ingin dapur-dapur MBG lain bisa meniru standar yang ia terapkan, sehingga kesan program ini menjadi lebih positif. Bukan untuk dirinya sendiri, Chef Kumink hanya ingin MBG terus berlanjut. Ia ingin anak-anak dari semua kalangan bisa menikmati makanan enak dan bergizi, seperti menu yang ia hidangkan setiap hari. Sebuah dedikasi tulus yang patut diacungi jempol.

Penulis: Tammy

Editor: Santika Reja

Terakhir disunting: September 30, 2025

Promo Akad Nikah Makeup