Seedbacklink affiliate

Dari Jualan Keliling Hingga Merek Miliaran: Kisah Heroik di Balik Bakpia Pathok 25 Jogja

Papan reklame Bakpia Pathok 25, oleh-oleh khas Jogja, dengan aneka pilihan rasa.
Papan reklame Bakpia Pathok 25, oleh-oleh khas Yogyakarta, menunjukkan geliat ekonomi UMKM yang berdaya saing tinggi.
banner 120x600

NEWS TANGERANGBakpia Pathok 25 Yogyakarta. Mendengar namanya saja, pikiran kita langsung melayang ke kota pelajar yang penuh pesona, Jogja. Oleh-oleh legendaris ini bukan sekadar kue manis biasa, melainkan simbol perjuangan, dedikasi, dan inovasi yang luar biasa. Di balik setiap gigitan bakpia lembut itu, tersembunyi sebuah kisah inspiratif tentang seorang anak bungsu yang tak pernah mengenal kata menyerah.

Bukan Sekadar Bakpia Biasa: Jejak Legenda di Setiap Gigitan

Bakpia Pathok 25 telah menjadi ikon oleh-oleh khas Jogja yang tak lekang oleh waktu. Setiap wisatawan yang berkunjung ke kota ini, rasanya belum lengkap jika belum membawa pulang sekotak bakpia dengan kemasan khasnya. Namun, pernahkah kamu bertanya-tanya, siapa sosok di balik kesuksesan merek sebesar ini? Kisahnya jauh lebih menarik dan mengharukan dari yang mungkin kamu bayangkan.

Ini adalah cerita tentang Siek Angling Saputra Sanjaya, atau yang akrab disapa "Babahe" oleh para karyawannya. Perjalanannya membangun Bakpia Pathok 25 hingga mencapai reputasi seperti sekarang, adalah cerminan dari daya juang dan cinta yang mendalam terhadap tradisi. Sebuah kisah yang layak dibagikan, terutama bagi generasi muda yang sedang mencari inspirasi.

Masa Kecil yang Tak Biasa: Pengorbanan Sang "Babahe"

Banyak yang bilang, anak bungsu itu paling dimanja dan mendapatkan banyak keistimewaan dalam keluarga. Namun, tidak demikian halnya dengan Siek Angling. Sejak usia Sekolah Dasar, masa kecilnya jauh dari kata "bermain bebas" seperti teman-teman sebayanya. Ia harus kehilangan banyak waktu bermain demi membantu ibunya berjualan kue.

Setiap pagi, sebelum matahari benar-benar naik, ia sudah sibuk mengangkat dan mengantarkan nampan-nampan bakpia ke warung-warung langganan ibunya. Sepulang sekolah, rutinitasnya berlanjut dengan menjemur kayu bakar dan kacang hijau. Sebuah gambaran masa kecil yang penuh kerja keras, jauh dari kemewahan atau kemudahan.

Semangat Baja Sang Ibu: Pilar Awal Bakpia Pathok 25

Perjuangan Siek Angling tak lepas dari sosok ibunya, Tan Aris Nio. Sejak berusia satu tahun, Siek Angling sudah menjadi yatim. Ayahnya, Siek Siang Kwang, yang dulunya penjual tembakau dan rokok keliling, meninggal dunia karena sakit. Sang ibu harus berjuang sendirian membesarkan ketujuh anaknya.

Tan Aris Nio adalah seorang wanita dengan semangat baja. Ia mencoba berbagai usaha untuk menghidupi keluarganya, mulai dari berjualan bakmi goreng, bakpao, kacang telur rentengan, telur asin, hingga es lilin. Namun, dari semua usaha itu, bakpia-lah yang akhirnya membawa keberuntungan dan menjadi titik balik bagi keluarganya.

Dari Bakpia Pathok 38 Menuju Bakpia Pathok 25 yang Mendunia

Tan Aris Nio merintis usaha kue bakpia ini pada tahun 1981, di tengah persaingan dengan beberapa tetangganya di Jalan Pathuk, Yogyakarta. Dari ketujuh anaknya, hanya dua yang benar-benar intens terlibat dalam proses produksi hingga pemasaran bakpia, yaitu Siek Lita Sanjaya dan Siek Angling Saputra. Mereka berdua menjadi tulang punggung dalam mengembangkan usaha keluarga ini.

Awalnya, bakpia produksi mereka diberi nama ‘Bakpia Pathok 38’. Namun, pada tahun 1997, nama itu berganti menjadi ‘Bakpia Pathok 25’. Pergantian nama ini menandai babak baru dalam perjalanan bisnis mereka, membawa merek ini menuju pengakuan yang lebih luas dan reputasi yang tak terbantahkan.

Sosok di Balik Kesuksesan: Siek Angling, Si "Babahe" yang Rendah Hati

Jika kamu berkunjung ke pabrik atau toko Bakpia Pathok 25, kemungkinan besar kamu akan kesulitan menemukan sosok Siek Angling. Bukan karena ia bersembunyi, melainkan karena penampilannya yang sangat sederhana. Ia biasa membaur dengan para pegawainya, tanpa ada kesan "bos" sama sekali.

Para pegawainya biasa memanggilnya ‘Babahe’, sebuah panggilan yang menunjukkan kedekatan dan rasa hormat. Ia adalah pekerja keras yang penuh disiplin, namun di saat yang sama juga humanis dan rendah hati. Ia tidak suka ‘mBosy’ atau menunjukkan kekuasaan. Jika ada pegawai yang berbuat salah, Babahe tidak akan menegurnya di depan umum. Ia akan memanggilnya ke ruangan, memberikan teguran yang membangun, bukan untuk mempermalukan, melainkan agar si pegawai memahami tugasnya dan bekerja lebih baik.

Inovasi Tanpa Henti, Tradisi Tetap di Hati

Di tangan Siek Angling, bakpia yang berawal dari resep keluarga ini berkembang pesat. Ia berhasil "menaikan kelas" bakpia, mengubahnya menjadi merek dengan reputasi besar. Bakpia bukan lagi sekadar soal rasa, melainkan juga tentang daya juang, dedikasi, dan cinta terhadap tradisi yang diwariskan.

Ia terus berinovasi, mengembangkan produk bakpia dengan aneka cita rasa modern. Mulai dari cokelat, keju, kumbu, umbi ungu, kacang merah, hingga durian, semua dihadirkan untuk memanjakan lidah pelanggan. Namun, di tengah gempuran inovasi rasa, Siek Angling tak pernah melupakan akarnya. Cita rasa kacang hijau sebagai rasa orisinal tetap menjadi ujung tombak dan yang paling terdepan dari segala variasi produknya. Ini adalah bukti bahwa inovasi bisa berjalan seiring dengan pelestarian tradisi.

Sentuhan Humanis: Mesin Canggih, Hati Tetap Hangat

Salah satu hal paling menarik dari Bakpia Pathok 25 adalah bagaimana mereka menyeimbangkan modernisasi dengan nilai-nilai kemanusiaan. Penggunaan mesin canggih dalam proses produksi bakpia tidak lantas menggusur para pegawai. Sebaliknya, lebih dari 400 karyawan tetap dipertahankan untuk memproduksi bakpia secara konvensional. Ini menunjukkan komitmen Babahe terhadap kesejahteraan karyawannya.

Perhatian Babahe terhadap para karyawan tidak hanya terbatas pada upah yang di atas UMR Yogyakarta atau asuransi kesehatan. Ia juga kerap membagikan bonus saat jumlah pengunjung membludak, atau pada tanggal-tanggal istimewa seperti 25 Januari, 25 Juli, dan hari ulang tahunnya. Bonus ini bisa berupa kue, paket sembako, pakaian, bahkan perjalanan umrah gratis. Sebuah bentuk apresiasi yang tulus dan menginspirasi.

Berbagi Berkah: Filosofi Sukses yang Menginspirasi

Filosofi berbagi rezeki tak hanya berlaku untuk para pegawainya. Siek Angling juga memperluas kebaikan kepada berbagai pihak yang terlibat langsung maupun tak langsung dengan usaha Bakpia Pathok 25. Para tukang becak, petugas parkir, serta anak-anak yatim dan kaum jompo, semuanya merasakan sentuhan kebaikan dari "Babahe".

Seperti yang diungkapkan Ria Mariya, supervisor senior di Pabrik Jaya Jalan Pathuk 38, "Semua akan diberikan sepanjang bukan untuk urusan politik." Ini adalah prinsip yang dipegang teguh, menunjukkan bahwa kesuksesan sejati adalah ketika kita bisa berbagi dan memberikan dampak positif bagi banyak orang. Kisah Bakpia Pathok 25 bukan hanya tentang sebuah merek, melainkan tentang warisan nilai-nilai luhur yang terus hidup dan menginspirasi.

Kisah Siek Angling Saputra Sanjaya dan Bakpia Pathok 25 adalah pengingat bahwa di balik setiap kesuksesan besar, ada perjuangan gigih, dedikasi tanpa batas, dan hati yang tak pernah lelah berbagi. Dari jualan keliling hingga menjadi merek miliaran, perjalanan ini adalah bukti nyata bahwa dengan kerja keras dan ketulusan, impian bisa menjadi kenyataan, dan bahkan melampaui ekspektasi.

Penulis: Tammy

Editor: Santika Reja

Terakhir disunting: Oktober 3, 2025

Promo Akad Nikah Makeup