Seedbacklink affiliate

Dulu Antre 2 Jam, Restoran Jesselyn MasterChef Sanuk Tutup Permanen! Terungkap Alasan di Baliknya

Kaido dan Elinda, kontestan MasterChef, berpose ceria dengan trofi ikonik MasterChef Indonesia.
Semangat Kaido dan Elinda, kontestan MasterChef Indonesia, menjadi sorotan. Ikuti perjalanan mereka dalam kompetisi memasak ini.
banner 120x600

NEWS TANGERANG– Kabar mengejutkan datang dari dunia kuliner Indonesia. Restoran Sanuk Thai Noodle milik Jesselyn Lauwreen, pemenang MasterChef Indonesia musim ke-8, dikabarkan telah resmi menutup semua cabangnya. Padahal, dulunya restoran ini sempat sangat viral hingga membuat pelanggan rela antre sampai 2 jam demi seporsi boat noodle khas Thailand.

Keputusan ini tentu saja membuat banyak penggemar dan pencinta kuliner bertanya-tanya. Mengapa sebuah restoran yang begitu populer dan sukses di awal perjalanannya harus berakhir? Jesselyn sendiri telah mengungkapkan alasannya, dan ternyata ada kisah menarik di balik penutupan yang bikin nyesek ini.

Kisah Sukses yang Singkat: Dari Juara MasterChef ke Restoran Viral

Setelah berhasil meraih gelar juara pertama di MasterChef Indonesia, Jesselyn memang tidak berdiam diri. Ia langsung tancap gas membangun usaha kuliner sendiri, Sanuk Thai Noodle, yang cabang pertamanya dibuka di Pantai Indah Kapuk (PIK) pada Februari 2024. Antusiasme publik langsung membludak.

Restoran ini menawarkan boat noodle, hidangan mi kuah khas Thailand yang disajikan dalam mangkuk-mangkuk kecil. Dengan kuah yang dimasak selama 9 jam dan topping melimpah, Sanuk langsung mencuri perhatian para foodies dan menjadi perbincangan hangat di media sosial. Saking viralnya, antrean panjang hingga 2 jam menjadi pemandangan biasa di Sanuk.

Melihat peluang besar, Jesselyn bahkan membuka cabang kedua di Gading Serpong hanya delapan bulan setelah cabang pertama. Namun, di tengah puncak popularitasnya, kabar penutupan ini datang seperti petir di siang bolong, membuat banyak orang terkejut.

Pahitnya Realita Bisnis Kuliner: Tantangan di Balik Ketenaran

Dunia bisnis kuliner memang penuh tantangan, bahkan bagi para jebolan MasterChef Indonesia sekalipun. Banyak alumni kompetisi masak ini yang mencoba peruntungan dengan membuka usaha sendiri, mulai dari kuliner Nusantara, masakan Western, hingga hidangan Asia lainnya. Namun, tidak semua bisa bertahan dan sukses dalam jangka panjang.

Seperti pelaku bisnis lainnya, para alumni MasterChef Indonesia juga kerap menghadapi berbagai rintangan. Mulai dari persaingan ketat, manajemen operasional, hingga masalah internal yang tak terduga. Kisah Jesselyn ini menjadi cerminan bahwa ketenaran saja tidak cukup untuk menjamin kelangsungan sebuah bisnis.

Curhat Jesselyn: Sanuk Bagai "Bayi" yang Dirawat dengan Hati dan Jiwa

Melalui unggahan di TikTok pribadinya, Jesselyn mengungkapkan perasaannya yang campur aduk terkait keputusan sulit ini. Ia menyebut Sanuk sebagai "bayi" yang telah ia rawat sejak Juli 2023, jauh sebelum resmi dibuka. "Saya memeliharanya, saya melihatnya tumbuh, saya yang mengurusnya, saya benar-benar menaruh hati dan jiwa saya di dalamnya," jelas Jesselyn dengan nada pilu.

Baginya, konsep restoran Sanuk sebenarnya sangat cocok dengan selera masyarakat Indonesia. Makanan yang ditawarkan pun disukai banyak orang, terbukti dari antrean panjang yang selalu ada. Namun, Jesselyn menyadari bahwa membuka restoran bukan hanya tentang makanan lezat semata.

Alasan di Balik Penutupan: Ketika Prinsip Tak Lagi Sejalan

Dalam video tersebut, Jesselyn memberikan sedikit petunjuk mengenai alasan utama di balik penutupan Sanuk. Ia mengisyaratkan adanya masalah internal dengan para pemegang saham atau pihak di belakang restoran tersebut. "Namun hal tentang membuka restoran adalah lebih dari sekadar makanan. Itu juga tentang orang yang bekerja di belakangnya," lanjutnya.

Secara tidak langsung, Jesselyn menjelaskan bahwa ada ketidakselarasan prinsip di antara para pemilik usaha. "Dan ketika bagian-bagian di belakang (para pemilik usaha) tidak lagi sejalan, itu tidak lagi bisa berkelanjutan, tidak peduli berapa banyak gairah dan kerja keras yang Anda lakukan untuk itu," ungkapnya. Ini menunjukkan bahwa meskipun Jesselyn telah mencurahkan seluruh hati dan tenaganya, masalah internal dengan rekan bisnis menjadi batu sandungan yang tak bisa dihindari.

Jesselyn mengaku telah melaksanakan semua tugasnya sejak awal, mulai dari menjadi wajah restoran hingga menciptakan resep-resep andalan. Namun, tampaknya perbedaan visi atau prinsip dengan pemegang usaha lainnya membuat Jesselyn akhirnya harus mundur dan mengambil keputusan berat ini.

Bukan Kegagalan, Tapi Pelajaran Berharga

Meskipun harus menutup restoran yang dibangun dengan susah payah, Jesselyn memilih untuk melihat ini sebagai sebuah pelajaran berharga, bukan kegagalan. Ia menganggapnya sebagai babak baru dalam perjalanannya sebagai seorang chef dan pebisnis. Mentalitas positif ini patut diacungi jempol.

Jesselyn juga tak lupa mengucapkan terima kasih kepada seluruh pelanggan setia yang telah mendukung Sanuk sejak hari pertama. Dukungan mereka menjadi semangat tersendiri bagi Jesselyn di tengah situasi sulit ini. Ia berharap para pelanggan tetap setia menanti kejutan darinya di masa depan.

Harapan Baru: Sanuk Akan Kembali (Milikku Sepenuhnya)

Ada secercah harapan di balik pengumuman penutupan ini. Jesselyn berjanji bahwa suatu hari nanti, Sanuk mungkin akan dibuka kembali, namun dengan satu syarat penting: "Dan saya berjanji suatu hari di masa mendatang, Sanuk mungkin akan dibuka lagi ketika itu sepenuhnya milik saya," ujar chef berusia 25 tahun ini.

Pernyataan ini mengindikasikan bahwa Jesselyn sangat ingin memiliki kendali penuh atas usahanya di masa depan. Jika ia bisa mengelola usaha kulinernya sendiri, kemungkinan besar ia akan membuka restoran berkonsep serupa Sanuk, mungkin dengan nama yang berbeda, namun dengan cita rasa dan kualitas yang sama spesialnya. Para penggemar pun kini menanti-nanti janji manis ini.

Mengenang Kelezatan Sanuk Thai Noodle: Boat Noodle Legendaris

Sanuk Thai Noodle memang bukan restoran biasa. Hidangan utamanya, boat noodle, disajikan dalam mangkuk-mangkuk kecil yang memungkinkan pelanggan mencoba berbagai varian sekaligus. Setiap porsinya terdiri dari mi beras kenyal, irisan daging empuk, bakso, tauge renyah, dan pangsit goreng kriuk.

Namun, yang paling membedakan adalah kuahnya. Kuah boat noodle di Sanuk dimasak selama sembilan jam, menghasilkan cita rasa kaldu yang kaya, gurih, dan kompleks. Proses memasak yang panjang ini menjamin setiap tetes kuah menghadirkan pengalaman rasa yang tak terlupakan, membuat pelanggan ketagihan dan rela antre panjang.

Kisah Jesselyn dan Sanuk Thai Noodle ini menjadi pengingat bahwa di balik gemerlap kesuksesan yang viral, ada tantangan dan keputusan sulit yang harus dihadapi. Semoga Jesselyn bisa segera mewujudkan mimpinya untuk kembali membuka Sanuk yang sepenuhnya menjadi miliknya, dan kembali menyajikan boat noodle legendaris yang dirindukan banyak orang.

Penulis: Tammy

Editor: Santika Reja

Terakhir disunting: Oktober 4, 2025

Promo Akad Nikah Makeup