NEWS TANGERANG– Siapa sangka, modal receh sebesar Rp 300 ribu bisa jadi kunci sukses sebuah bisnis? Itulah yang dibuktikan oleh seorang mahasiswi di Malaysia. Ia berhasil menyulap dana bantuan menjadi bisnis kue batik rumahan yang langsung ludes terjual dalam sehari. Kisah inspiratifnya kini viral dan jadi perbincangan hangat di media sosial, membuktikan bahwa kreativitas dan keberanian bisa mengubah bantuan menjadi peluang emas.
Dari Bantuan Sosial Jadi Modal Bisnis: Kisah Inspiratif Mahasiswi Malaysia
Di Malaysia, pemerintah memiliki program bernama SARA (Sumbangan Asas Rahmah). Program ini dirancang untuk memberikan bantuan dana kepada seluruh warga Malaysia yang berusia 18 tahun ke atas. Biasanya, dana SARA ini dianjurkan untuk dibelanjakan pada 14 kategori barang kebutuhan pokok, seperti beras, telur, minuman, atau produk kebersihan rumah tangga, di supermarket yang ditunjuk.
Namun, mahasiswi satu ini punya ide lain yang jauh lebih cemerlang dan tak terduga. Bukannya langsung membelanjakan uang tersebut untuk kebutuhan sehari-hari, ia justru melihatnya sebagai modal awal yang potensial. Dana sebesar RM 100, atau setara dengan sekitar Rp 389.203 (yang kemudian disebut sekitar Rp 300 ribu dalam konteks modal), ia putuskan untuk dijadikan modal usaha.
Resep Rahasia Kue Batik Ludes dalam Sehari
Dengan modal minim itu, ia memilih untuk membangun bisnis makanan, yaitu kue batik. Keputusan cerdas ini diceritakan langsung oleh sang ibu, Farraheeda, melalui unggahan di akun Threads-nya. Farra menunjukkan momen ketika anaknya sedang berbelanja berbagai bahan-bahan baking dengan semangat.
Ternyata, saat libur semester, anaknya memang sudah punya hobi dan keahlian dalam menerima pesanan tiramisu dan brownies. Jadi, dana SARA ini datang di waktu yang sangat tepat untuk mengembangkan bakat dan passion-nya. Uang sekitar Rp 300 ribuan itu ia gunakan secara bijak untuk membeli bahan-bahan utama kue batik, seperti Milo, biskuit Marie Regal, dan susu.
Siapa sangka, usaha kue batik rumahan ini langsung meledak dan viral di kalangan teman-teman dan komunitasnya. Menurut Farra, semua kue buatan anaknya ludes terjual hanya dalam satu hari saja. Modal belanja yang tadinya "gratis" dari bantuan pemerintah itu, dengan cepat berkembang menjadi bisnis kecil yang stabil dan menjanjikan keuntungan.
"Alhamdulillah sudah habis bahkan sebelum saya memberi bantuan apapun," tulis Farra, dengan bangga melihat kemandirian dan kecerdasan anaknya dalam berbisnis. Kisah ini menjadi bukti nyata bahwa modal kecil bukan halangan untuk memulai sesuatu yang besar.
Banjir Pujian dan Inspirasi dari Warganet
Unggahan Farra ini sontak menarik perhatian banyak orang di media sosial. Tidak sedikit warganet yang memuji kecerdasan, kreativitas, dan mentalitas entrepreneur mahasiswi tersebut. Ia dianggap berhasil memanfaatkan dana bantuan dengan cara yang sangat produktif dan memberikan nilai tambah.
Seorang netizen berkomentar, "Ini sangat baik dan brilian. Terkadang orang tidak punya modal untuk memulai. Awal yang baik. Jika terjual, keuntungannya dapat digunakan untuk membeli lebih banyak persediaan. Jika tidak berhasil, itu tidak terlalu menyakitkan karena modalnya gratis." Komentar ini menyoroti betapa pentingnya modal awal, sekecil apapun itu, untuk memicu keberanian memulai.
"Wow, sangat pintar. Benar-benar waktu yang tepat untuk memulai sebuah bisnis," timpal netizen lain, mengapresiasi kejelian mahasiswi ini dalam melihat peluang. Ada juga yang memprediksi masa depannya, "Dengan mental dan mindset yang tepat, dia (mahasiswi) suatu saat akan menjadi entrepreneur yang sukses." Pujian ini menegaskan bahwa keberhasilan bukan hanya tentang modal, tetapi juga tentang pola pikir.
Bukan Kisah Tunggal: Ibu Rumah Tangga Ikut Kecipratan Cuan
Kisah inspiratif seperti ini ternyata bukan yang pertama di Malaysia. Sebelumnya, ada juga ibu rumah tangga bernama Nursyafiqah yang melakukan hal serupa. Ia memanfaatkan dana SARA milik suaminya untuk memulai bisnis kue rumahan dan menambah pemasukan keluarga.
Dengan modal hanya RM 30 atau sekitar Rp 116.760, Nursyafiqah membeli tepung dan gula. Bahan-bahan sederhana itu ia gunakan untuk membuat berbagai jenis kue tradisional yang digemari masyarakat, seperti cucur badak, popia, hingga apom. Ini menunjukkan bahwa dengan bahan dasar yang terjangkau pun, seseorang bisa menciptakan produk yang diminati.
Dari modal kurang dari Rp 100 ribu itu, Nursyafiqah berhasil meraup keuntungan antara RM 50 (sekitar Rp 194.601) hingga RM 80 (sekitar Rp 311.362) setiap minggunya. Meskipun nominalnya tidak fantastis, keuntungan tersebut sangat membantu untuk memenuhi keperluan rumah tangga sehari-hari dan meringankan beban ekonomi keluarga. Kisah ini menjadi bukti bahwa konsistensi dan ketekunan dalam bisnis kecil bisa memberikan dampak signifikan.
Pelajaran Berharga: Ubah Bantuan Jadi Peluang Emas
Dua kisah ini, baik dari mahasiswi cerdas maupun ibu rumah tangga yang gigih, membuktikan satu hal penting: bantuan sosial bukan hanya sekadar uang belanja. Dengan sedikit kreativitas, keberanian, dan mentalitas entrepreneur, dana tersebut bisa diubah menjadi modal awal yang sangat berharga. Ini adalah contoh nyata bagaimana modal kecil, bahkan yang "gratis" sekalipun, bisa menghasilkan dampak besar dan membuka pintu menuju kemandirian finansial.
Pelajaran pentingnya adalah jangan pernah meremehkan jumlah modal yang kecil. Yang terpenting adalah keberanian untuk memulai, kemampuan melihat peluang di sekitar, dan kemauan untuk terus belajar serta berinovasi. Siapa tahu, ide bisnis recehmu hari ini bisa jadi kerajaan bisnismu di masa depan! Kisah-kisah ini menjadi inspirasi bagi anak muda dan siapa saja yang ingin memulai usaha, bahwa dengan niat dan strategi yang tepat, setiap bantuan bisa menjadi batu loncatan menuju kesuksesan.
Penulis: Tammy
Editor: Santika Reja
Terakhir disunting: September 16, 2025