Seedbacklink affiliate

Kisah Tragis Miliarder Frugal: Punya Rp 7,4 M, Tapi Nyesel Seumur Hidup Setelah Istri Tiada!

Pria berbaju hijau makan nasi dari piring logam dengan tangan.
Seorang pria tampak menikmati hidangan nasi dengan tangan, praktik makan yang umum di berbagai belahan dunia.
banner 120x600

NEWS TANGERANG– Bayangkan, punya tabungan sampai Rp 7,4 miliar, tapi hati terasa hancur penuh penyesalan. Itulah yang dialami Suzuki, seorang pria asal Jepang berusia 67 tahun, yang kisah hidupnya mendadak viral dan bikin banyak orang merenung. Ia dikenal sebagai penganut "frugal living" garis keras, namun kini ia mempertanyakan makna dari semua pengorbanannya.

Suzuki bukan sembarang orang. Ia adalah penganut ‘frugal living’ garis keras, bahkan bisa dibilang ekstrem. Sejak muda, prinsip hidupnya cuma satu: hemat, hemat, dan hemat!

Siapa Suzuki dan Gaya Hidupnya yang Bikin Geleng-Geleng?

Pria asal Jepang ini, yang dikenal dengan nama samaran Suzuki, menjadi perbincangan hangat setelah media keuangan THE GOLD ONLINE mengulas kisah hidupnya. Sejak dulu, Suzuki dikenal menjalani kehidupan super hemat demi menabung, sebuah konsep yang kini populer dengan sebutan ‘frugal living’. Ia tak pernah makan di restoran dan selalu membawa bekal dari rumah.

Gaya hidup hematnya bukan main-main. Suzuki tidak pernah menggunakan pendingin ruangan agar tagihan listrik tidak membengkak. Ia juga tak pernah membeli rumah atau mobil, bahkan menghindari makan di restoran demi menekan pengeluaran.

Misi Menabung Ekstrem: Bekal Tauge dan Ayam Setiap Hari

Lahir dari keluarga miskin, Suzuki sudah bekerja paruh waktu di restoran sejak duduk di bangku sekolah menengah. Setelah memiliki pekerjaan penuh waktu, ia memilih menyewa apartemen murah yang jauh dari kantornya. Ini adalah bagian dari strateginya untuk hidup irit.

Bayangkan, selama bertahun-tahun, menu bekalnya tak jauh-jauh dari tauge dan ayam yang dimasak sendiri. Bukan karena diet, tapi murni demi menekan pengeluaran seminimal mungkin. Ia berpegang teguh pada prinsip bahwa uang yang dikumpulkannya adalah jaminan untuk keadaan darurat dan masa tuanya.

Selama bertahun-tahun, Suzuki jarang sekali menyalakan pendingin ruangan demi menghemat listrik. Untuk bepergian, ia lebih memilih berjalan kaki atau naik sepeda, menghindari biaya transportasi. Hidangan di restoran sama sekali tidak pernah ia sentuh dan jarang sekali dia beli makanan di luar.

Keluarga Sederhana, Tabungan Fantastis

Bahkan setelah menikah dengan rekan kerjanya dan dikaruniai seorang anak, gaya hidup Suzuki tetap tak bergeser jauh dari jalur hemat. Rekreasi keluarga biasanya sekadar piknik di taman sekitar, dan bila bepergian ke tempat lain, ia selalu memilih jalur paling murah. Prioritas utamanya adalah menabung, bukan menikmati kemewahan.

Berkat gaya hidupnya yang hemat dan disiplin tersebut, Suzuki berhasil menabung hingga 35 juta yen, atau sekitar Rp 4 miliar. Setelah pensiun pada usia 60 tahun, ia menarik sebagian dana pensiunnya untuk berinvestasi. Hasilnya? Kini ia tercatat memiliki aset senilai 65 juta yen atau sekitar Rp 7,4 miliar. Angka yang fantastis, bukan?

Titik Balik Penuh Penyesalan: Ketika Uang Tak Bisa Membeli Waktu

Namun, kebahagiaan finansial yang ia raih mendadak terasa hampa. Di usia 66 tahun, sang istri tercinta didiagnosis sakit parah dan tak lama kemudian meninggal dunia. Momen inilah yang menjadi titik balik bagi Suzuki.

Ia kini mengaku menyesal sejadi-jadinya. "Saya menyesal dan kini berharap bahwa dulu saya bisa sering mengajak istri berlibur dan makan di restoran," ujarnya dengan nada pilu. Namun, waktu tak bisa diputar kembali.

Kata-kata Suzuki ini menohok: "Apa artinya hidup bila hanya menyisakan uang?" Sebuah pertanyaan yang membuat kita semua merenung, tentang prioritas dalam hidup dan apa yang sebenarnya kita kejar. Uang memang penting, tapi apakah ia satu-satunya tujuan?

Dilema Frugal Living: Antara Hemat dan Menikmati Hidup

Kisah Suzuki bukan satu-satunya. Di Jepang, fenomena ‘frugal living’ ekstrem memang sering jadi perbincangan. Tahun lalu, seorang pria asal Jepang berusia 45 tahun juga menarik perhatian publik setelah hidup sederhana lebih dari 20 tahun. Ia berhasil mengumpulkan tabungan 135 juta yen (Rp 15,3 miliar).

Namun, demi mencapai angka tersebut, makan malamnya sering kali hanya terdiri atas nasi dengan umeboshi (buah plum asin), sayuran asin, atau sekadar minuman energi gratis dari poin toko swalayan. Sebuah pilihan hidup yang ekstrem, dengan konsekuensi yang tak kalah ekstrem.

Pelajaran Berharga untuk Generasi Muda

Kisah Suzuki adalah pengingat keras bagi kita semua, terutama generasi muda yang sedang merencanakan masa depan. Frugal living memang bisa menjadi strategi cerdas untuk mencapai tujuan finansial, tapi penting untuk menemukan keseimbangan. Jangan sampai obsesi menabung membuat kita kehilangan momen berharga bersama orang terkasih.

Uang memang penting sebagai jaminan masa depan, tapi pengalaman dan kebersamaan dengan orang terkasih jauh lebih tak ternilai. Jangan sampai kita menyesal di kemudian hari karena terlalu fokus pada angka di rekening, hingga lupa menikmati hidup dan menciptakan kenangan indah. Waktu terus berjalan, dan momen berharga tak akan pernah bisa dibeli kembali dengan uang berapa pun.

Penulis: Tammy

Editor: Santika Reja

Terakhir disunting: Oktober 2, 2025

Promo Akad Nikah Makeup