NEWS TANGERANG– Siapa yang tidak kenal ramen? Hidangan mi berkuah khas Jepang ini sudah lama jadi favorit banyak orang di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Rasanya yang gurih, teksturnya yang kenyal, dan toppingnya yang beragam memang selalu berhasil menggoda selera.
Namun, di balik kelezatan yang bikin nagih itu, ternyata ada fakta mengejutkan yang mungkin belum kamu tahu. Sebuah penelitian terbaru mengungkap bahwa kebiasaan makan ramen terlalu sering bisa membawa risiko serius bagi kesehatan, bahkan berpotensi meningkatkan kemungkinan kematian dini.
Ramen: Lebih dari Sekadar Mi Kuah
Ramen bukan lagi sekadar makanan, tapi sudah menjadi fenomena budaya global. Mulai dari kedai kaki lima di Tokyo hingga restoran mewah di New York, ramen selalu punya tempat di hati para penggemar kuliner.
Berbagai varian seperti Tonkotsu, Miso, Shoyu, hingga Shio ramen menawarkan pengalaman rasa yang unik. Namun, popularitas ini datang dengan peringatan kesehatan yang penting untuk diperhatikan, terutama bagi kamu yang sering menjadikannya santapan rutin.
Studi Mengejutkan dari Jepang: Bahaya di Balik Semangkuk Ramen
Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Nutrition, Health and Ageing mengungkap temuan yang cukup mengkhawatirkan. Studi ini, yang dilansir oleh DailyMailUK, menunjukkan bahwa konsumsi ramen lebih dari sekali dalam seminggu berisiko meningkatkan kemungkinan kematian dini.
Risiko ini, menurut para peneliti, secara khusus terlihat pada pria di bawah usia 70 tahun. Tentu saja, ini menjadi alarm keras bagi para penggemar ramen, terutama mereka yang masih muda dan merasa sehat.
Siapa yang Terlibat dalam Penelitian Ini?
Penelitian ini melibatkan lebih dari 6.500 partisipan yang berasal dari Prefektur Yamagata, Jepang. Usia rata-rata para partisipan adalah sekitar 40 tahun, mewakili kelompok usia produktif yang aktif.
Mereka dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan seberapa sering mereka makan ramen. Frekuensi konsumsi ramen ini bervariasi, mulai dari kurang dari sebulan sekali hingga lebih dari tiga kali dalam seminggu.
Hasil yang Mengkhawatirkan: Semakin Sering, Semakin Berisiko
Setelah masa observasi selama 4,5 tahun, hasil penelitian menunjukkan pola yang jelas. Kelompok partisipan yang paling sering mengonsumsi ramen, terutama mereka yang minum lebih dari separuh kuahnya, menunjukkan risiko kematian yang lebih tinggi.
Selama periode studi tersebut, tercatat ada 145 kematian di antara seluruh partisipan. Dari jumlah tersebut, 100 kematian disebabkan oleh kanker, dan 29 lainnya akibat penyakit jantung.
Kandungan Garam Tinggi: Biang Kerok Utama
Para peneliti menyoroti satu faktor utama yang menjadi penyebab tingginya risiko ini: kandungan garam yang sangat tinggi dalam kuah ramen. Kuah ramen yang gurih dan kaya rasa memang seringkali mengandung sodium dalam jumlah yang masif.
"Ramen dan kuahnya mengandung kadar garam yang tinggi," tulis laporan penelitian tersebut. "Konsumsi berlebihan dapat meningkatkan risiko penyakit terkait garam, seperti stroke dan kanker lambung."
Kombo Berbahaya: Ramen dan Alkohol
Risiko kesehatan ini ternyata bisa berlipat ganda jika dikombinasikan dengan kebiasaan lain. Studi tersebut menemukan bahwa risiko kematian semakin meningkat bila konsumsi ramen disertai dengan kebiasaan minum alkohol.
Pria yang makan ramen lebih dari tiga kali seminggu sambil minum alkohol tercatat memiliki risiko kematian hingga tiga kali lipat. Angka ini sangat jauh dibandingkan mereka yang jarang mengonsumsi ramen dan tidak minum alkohol.
Keterbatasan Studi: Perlu Diperhatikan
Meskipun temuan ini cukup memberi peringatan, para peneliti juga mengakui adanya keterbatasan dalam studi mereka. Data dikumpulkan melalui catatan makanan yang bersifat laporan mandiri, sehingga rentan terhadap ketidakakuratan.
Misalnya, detail seperti ukuran porsi yang sebenarnya, jenis ramen spesifik yang dikonsumsi, atau pola makan pendukung lainnya mungkin tidak tercatat secara presisi. Faktor gaya hidup penting lainnya seperti intensitas olahraga, kondisi medis kronis yang mungkin sudah ada, serta kebiasaan makan di luar periode survei juga tidak tercatat secara detail.
Peringatan untuk Penggemar Ramen: Bijak dalam Menikmati
Meski ada keterbatasan, temuan ini tetap menjadi peringatan penting bagi kamu para penggemar ramen. Para ahli kesehatan menganjurkan agar ramen dinikmati sesekali saja, bukan menjadi santapan rutin yang kamu makan setiap hari atau beberapa kali seminggu.
Saat mengonsumsinya, ada satu tips penting: hindari meminum seluruh kuah ramen yang tinggi kandungan garam. Apalagi jika kamu juga mengonsumsi alkohol bersamaan dengan ramen, sebaiknya batasi atau hindari sama sekali untuk menjaga kesehatanmu.
WHO Menegaskan: Bahaya Konsumsi Garam Berlebih
Peringatan tentang bahaya garam berlebih ini sebenarnya bukan hal baru. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah lama menegaskan dampak negatif konsumsi garam yang melampaui batas aman.
Hampir seluruh negara di Eropa dilaporkan mengonsumsi garam jauh di atas batas aman yang direkomendasikan. WHO merekomendasikan konsumsi garam harian maksimal 5 gram per orang, sementara pedoman di Inggris membatasi hingga 6 gram per hari.
Garam: Si Pembunuh Senyap Pemicu Hipertensi
Kelebihan garam terbukti menjadi penyebab utama hipertensi, atau tekanan darah tinggi. Hipertensi sendiri merupakan kondisi serius yang meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.
Yang lebih menakutkan, kedua penyakit mematikan ini kerap datang tanpa gejala awal yang jelas. Kamu mungkin merasa baik-baik saja, padahal di dalam tubuh, tekanan darah tinggi sudah merusak pembuluh darah secara perlahan.
Nikmati Ramen dengan Bijak untuk Kesehatan Jangka Panjang
Jadi, meskipun semangkuk ramen menawarkan kelezatan yang menggoda dan kenyamanan yang sulit ditolak, menjaga frekuensi konsumsi adalah kunci. Membatasi asupan kuahnya yang kaya garam juga merupakan langkah bijak untuk melindungi kesehatan jangka panjangmu.
Ingat, kesehatan itu investasi paling berharga. Jangan sampai kenikmatan sesaat mengorbankan masa depanmu. Nikmati ramen favoritmu, tapi selalu prioritaskan kesehatan dengan pilihan yang lebih cerdas dan seimbang.
Penulis: Tammy
Editor: Santika Reja
Terakhir disunting: September 26, 2025