NEWS TANGERANG– Kabar duka datang dari dunia kuliner Singapura yang membuat banyak pencinta makanan terenyuh. Sebuah kedai bubur legendaris yang sudah eksis lebih dari empat dekade, Hong Kee Porridge, mengumumkan rencana penutupannya di tahun 2026. Keputusan ini tentu saja mengejutkan dan bikin hati sedih, bukan karena bangkrut atau sepi pembeli, melainkan karena alasan yang sangat personal.
Kisah di Balik Mangkuk Legendaris
Sosok di balik kelezatan bubur ini adalah Xu Shouhong, seorang kakek berusia 80 tahun. Setelah puluhan tahun mendedikasikan hidupnya untuk meracik bubur, ia merasa sudah saatnya untuk pensiun dan menikmati masa tuanya. Namun, keinginan untuk beristirahat ini terbentur masalah besar: tidak ada generasi penerus yang bersedia melanjutkan warisan kuliner keluarga.
Anak-anaknya ternyata punya minat dan jalan hidup yang berbeda, sehingga tidak ada yang berminat mengambil alih bisnis orang tua. Ini menjadi dilema klasik yang sering dihadapi banyak bisnis keluarga, di mana semangat perjuangan dan resep rahasia terancam punah.
Hong Kee Porridge sendiri bukan nama baru di kancah kuliner Singapura. Kedai bubur ala Kanton ini sudah berdiri kokoh selama lebih dari 40 tahun di Commonwealth Crescent Market and Food Centre, salah satu pusat jajanan legendaris di Singapura. Sejak awal berdiri, kedai ini tak pernah pindah tempat, menjadi saksi bisu perkembangan zaman dan setia melayani pelanggan setianya.
Kakek Xu awalnya mengelola kedai ini dengan membantu kakaknya, sebelum akhirnya mengambil alih sepenuhnya. Dedikasi dan konsistensinya selama puluhan tahun telah membangun reputasi Hong Kee sebagai salah satu tempat bubur terbaik di kota singa.
Bukan Sekadar Bubur Biasa
Apa yang membuat Hong Kee Porridge begitu istimewa dan dicintai banyak orang? Tentu saja racikan buburnya yang khas dan tak tertandingi. Mereka menyajikan menu andalan seperti bubur ikan yang lembut dengan irisan ikan segar, bubur kepala ikan yang kaya rasa, hingga bubur babi yang gurih dan jadi favorit banyak orang.
Setiap suapan bubur ini bukan hanya mengisi perut, tapi juga menghadirkan kehangatan dan kenangan bagi para penikmatnya. Konsistensi rasa yang terjaga selama puluhan tahun menjadi bukti kualitas dan dedikasi Kakek Xu.
Kelezatan bubur ini bahkan sudah diakui oleh banyak tokoh publik dan pejabat penting Singapura. Sebut saja Grace Fu, Menteri Lingkungan dan Keberlanjutan, hingga Chan Chun Sing, Menteri Pertahanan, yang disebut-sebut sebagai pelanggan setia. Ini menunjukkan betapa kuatnya daya tarik Hong Kee di berbagai kalangan masyarakat.
Meski sudah berusia senja dan berencana pensiun, bisnis ini masih sangat stabil dan diminati. Setiap harinya, Hong Kee Porridge mampu menjual hingga 200 mangkuk bubur, menunjukkan betapa kuatnya daya tarik mereka di hati masyarakat. Angka ini membuktikan bahwa kualitas dan rasa otentik masih sangat dicari di tengah gempuran kuliner modern.
Dilema Bisnis Keluarga: Antara Warisan dan Masa Depan
Kisah Hong Kee Porridge ini mencerminkan dilema yang sering dihadapi banyak bisnis keluarga di seluruh dunia. Tantangan dalam mengelola bisnis tidak hanya soal penjualan atau kualitas produk, tetapi juga keberlanjutan dan suksesi kepemimpinan. Memiliki penerus yang punya semangat dan visi yang sama untuk mewarisi perjuangan adalah modal besar. Tanpa itu, tak jarang bisnis legendaris harus menyerah dan menutup tirai.
Kakek Xu sendiri sangat berharap ada yang mau melanjutkan usahanya. Ia sempat bercerita bahwa beberapa orang datang melihat dan menunjukkan minat untuk meneruskan kedai, namun pada akhirnya tidak ada yang benar-benar serius. Ini menunjukkan bahwa mewarisi bisnis keluarga bukan sekadar mengambil alih, tetapi juga memikul tanggung jawab besar, termasuk menjaga warisan, reputasi, dan harapan pelanggan yang sudah terbangun.
Fenomena ini bukan hanya terjadi di Singapura, tetapi juga di banyak negara lain. Generasi muda seringkali memiliki aspirasi dan pilihan karier yang berbeda, membuat mereka enggan melanjutkan usaha tradisional orang tua. Ini menjadi tantangan besar bagi pelestarian kuliner dan kerajinan lokal yang kaya akan sejarah.
Tangis Pelanggan Setia: Kehilangan Rasa yang Tak Terganti
Kabar penutupan ini sontak membuat para pelanggan setia Hong Kee Porridge merasa sangat kehilangan dan kecewa. Banyak di antara mereka yang sudah berlangganan sejak puluhan tahun lalu, bahkan sejak masa kecil, menjadikan bubur ini bagian dari memori tumbuh kembang mereka.
Liu, salah satu pelanggan, mengungkapkan kesedihannya dengan nada getir. "Rasanya unik, tak ada di tempat lain. Sayang kalau sampai hilang," ujarnya, menggambarkan betapa berharganya bubur ini baginya. Ia merasa akan kehilangan bagian dari identitas kuliner yang sudah melekat di lidahnya.
Pelanggan lain bernama Huang juga merasakan hal serupa. "Kalau nanti saya ingin ajak keluarga kembali ke sini, bisa jadi kami tak bisa lagi merasakannya," katanya, menyoroti hilangnya kesempatan untuk berbagi kenangan kuliner dan memperkenalkan rasa legendaris ini kepada generasi selanjutnya. Bagi mereka, Hong Kee Porridge bukan hanya sekadar tempat makan, melainkan bagian dari sejarah personal dan keluarga, tempat di mana setiap mangkuk bubur menyimpan cerita dan kenangan yang tak ternilai harganya.
Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Kisah Hong Kee?
Kisah Hong Kee Porridge ini memberikan pelajaran berharga bagi kita semua, terutama generasi muda yang mungkin punya bisnis keluarga atau bercita-cita membangun usaha. Pertama, pentingnya perencanaan suksesi sejak dini. Mempersiapkan generasi penerus atau setidaknya sistem yang memungkinkan bisnis tetap berjalan, adalah kunci keberlanjutan.
Kedua, menghargai dan melestarikan kuliner tradisional. Bisnis seperti Hong Kee adalah bagian dari identitas budaya yang harus dijaga agar tidak punah ditelan zaman. Dukungan kita sebagai konsumen juga sangat berarti untuk menjaga warisan ini tetap hidup.
Ketiga, memahami dilema generasi. Tidak semua anak ingin mengikuti jejak orang tua, dan itu wajar. Namun, mencari solusi kreatif untuk menjaga warisan tetap hidup, seperti mencari karyawan yang loyal atau menjual resep kepada pihak yang tepat, adalah tantangan yang harus dihadapi. Kisah ini juga mengingatkan kita untuk menikmati dan mengapresiasi setiap hidangan legendaris selagi masih ada. Karena kita tidak pernah tahu kapan momen terakhir kita bisa merasakannya.
Jadi, sebelum tahun 2026 tiba, mungkin ini saatnya untuk merencanakan perjalanan ke Singapura. Kunjungi Hong Kee Porridge, rasakan kelezatan bubur legendarisnya, dan buat kenangan terakhir sebelum kedai ini resmi menutup pintunya. Semoga kisah Hong Kee Porridge ini menjadi pengingat bahwa di balik setiap hidangan lezat, ada perjuangan, dedikasi, dan cerita yang tak kalah menarik untuk dikenang.
Penulis: Tammy
Editor: Santika Reja
Terakhir disunting: September 29, 2025