NEWS TANGERANG– Kabar duka mengguncang jagat maya dan Pulau Dewata. Karolina Krzyzak, seorang wanita muda asal Polandia berusia 27 tahun, ditemukan tak bernyawa di sebuah resort di Bali. Kematian tragisnya disebut-sebut akibat pola makan ekstrem yang ia jalani, di mana ia hanya mengonsumsi satu buah saja dalam sehari.
Insiden memilukan ini, yang terjadi pada Desember 2024, baru terungkap ke publik melalui laporan The Cut di New York, kemudian dikutip oleh Mothership SG pada 3 Oktober 2025. Kematian Karolina terkuak setelah seorang kenalannya menghubungi pihak resort, menanyakan keberadaan temannya yang tiba-tiba menghilang.
Awal Mula Petaka di Pulau Dewata
Karolina sendiri ‘check in’ ke resort pada malam hari, tepatnya pukul 11 malam tanggal 8 Desember 2024. Sejak awal kedatangannya, ada beberapa hal yang menarik perhatian staf resort. Ia tampak sangat lemah dan membutuhkan bantuan untuk bergerak.
Permintaan pertamanya cukup spesifik: ia hanya ingin makanan berupa buah-buahan dan minta langsung diantar ke kamarnya. Pemilik resort, Bernard Hudepohl, awalnya tidak menaruh curiga berlebihan, karena banyak tamu yang memang sering meminta menu vegan atau melakukan detoks dengan jus buah.
Penampilan Fisik yang Mencengangkan
Namun, ada satu hal yang tak bisa diabaikan Hudepohl dan stafnya: penampilan fisik Karolina yang sangat mengkhawatirkan. Berat badannya terlihat sangat rendah, matanya cekung, dan tulang selangkanya menonjol jelas, membuat semua yang melihatnya terkejut.
Karolina bahkan terlalu lemah untuk berjalan sendiri, sehingga harus dibantu oleh staf resort untuk mencapai kamarnya. Pihak resort sempat menyarankan agar ia segera memeriksakan diri ke dokter, namun Karolina menolak dengan tegas. Penolakan ini menjadi sinyal bahaya pertama yang sayangnya tidak bisa diatasi.
Dua Hari Terakhir yang Penuh Misteri
Selama dua hari berikutnya, Karolina hampir tidak pernah meninggalkan kamarnya. Ia hanya sesekali terlihat duduk di beranda, seolah menikmati sisa-sisa energi yang ia miliki. Resort yang seharusnya menjadi tempat relaksasi justru menjadi saksi bisu perjuangannya melawan diri sendiri.
Kondisinya semakin memburuk dari waktu ke waktu. Ia menjadi sangat lemah, bahkan untuk bergerak pun membutuhkan bantuan penuh dari pegawai resort yang sigap. Staf resort mulai merasakan ada sesuatu yang tidak beres, namun mereka tidak bisa memaksa Karolina untuk mencari bantuan medis.
Pesan Tak Terbalas dan Penemuan Tragis
Hingga tanggal 11 Desember 2024, kenalan Karolina mulai merasa khawatir. Pesan-pesannya tak kunjung dibalas, memicu kecurigaan yang mendalam. Ia pun segera menghubungi pihak resort, meminta mereka untuk segera memeriksa kondisi Karolina di kamarnya.
Betapa terkejutnya mereka saat menemukan wanita 27 tahun itu sudah tak sadarkan diri, terbaring di lantai. Karolina Krzyzak dinyatakan meninggal dunia, meninggalkan pertanyaan besar tentang apa yang sebenarnya terjadi dalam beberapa hari terakhir hidupnya.
Jejak Diet Fruitarian Ekstrem Karolina
Kematian Karolina membuka tabir tentang perjalanan hidupnya yang kompleks dan obsesinya terhadap pola makan tertentu. Ia diketahui memiliki keinginan kuat untuk pindah ke Bali, sebuah pulau yang seringkali diasosiasikan dengan gaya hidup sehat dan spiritual.
Tujuannya adalah bergabung dengan komunitas influencer yang menganut fruitarianisme, sebuah pola makan ekstrem yang hanya mengonsumsi buah-buahan. Karolina sangat meyakini bahwa ‘clean eating’ semacam ini bisa membersihkan pikiran dan jiwanya, sebuah keyakinan yang sayangnya membawanya pada tragedi.
Dari Veganisme Hingga Fruitarianisme Murni
Perjalanan diet Karolina dimulai saat ia masuk Universitas Leeds di Inggris, di mana ia memutuskan untuk beralih menjadi seorang vegan. Ini adalah langkah awal menuju perubahan pola makannya yang drastis, didorong oleh idealisme dan pencarian akan gaya hidup yang lebih ‘murni’.
Memasuki tahun kedua perkuliahan, ia melangkah lebih jauh dengan menerapkan pola makan vegan mentah sepenuhnya. Artinya, asupannya hanya berasal dari buah-buahan dan sayuran mentah, tanpa ada proses pemasakan. Ini adalah fase di mana tubuhnya mulai menunjukkan tanda-tanda kekurangan nutrisi.
Peringatan Orang Tua yang Diabaikan
Penurunan berat badan Karolina yang drastis tentu saja membuat orang tuanya sangat khawatir. Mereka berusaha keras untuk membantunya, melihat putrinya semakin kurus dan lemah. Kekhawatiran orang tua adalah hal yang wajar ketika melihat perubahan ekstrem pada anak mereka.
Karolina sempat kembali ke Polandia dan menjalani rawat inap untuk memulihkan kondisinya. Namun, sayangnya, setelah itu ia kembali lagi ke pola makan fruitarian ekstremnya, bahkan hanya mengonsumsi satu buah dalam sehari. Ini menunjukkan betapa kuatnya cengkeraman obsesi diet terhadap dirinya.
Bobot Tubuh 27 Kg dan Penolakan Bantuan
Dengan berat badan yang hanya mencapai 27 kilogram, kondisi Karolina sudah sangat kritis. Angka ini jauh di bawah batas normal dan mengindikasikan malnutrisi parah. Namun, ia terus menolak segala bentuk perawatan atau pengobatan medis yang disarankan oleh orang-orang di sekitarnya.
Dalam kondisi depresi yang mendalam, Karolina memutuskan untuk terbang ke Bali pada September 2024. Ia berharap menemukan ‘pencerahan’ atau komunitas yang bisa memahami pilihannya di sana, alih-alih mencari bantuan profesional untuk masalah kesehatan fisik dan mentalnya.
Kasus Karolina menyoroti betapa berbahayanya ketika obsesi terhadap diet melampaui batas rasionalitas. Penolakan terhadap bantuan medis, bahkan ketika tubuh sudah sangat lemah, adalah indikasi kuat adanya masalah kesehatan mental yang serius, seperti gangguan makan atau depresi berat yang membutuhkan penanganan khusus.
Bukan Fruitarianisme, Tapi Ekstremisme Diet
Menjelang November 2024, kesehatan Karolina terus merosot tajam. Para ahli dan pengamat pola makan sepakat bahwa penyebab utamanya bukan semata-mata karena ia seorang fruitarian. Fruitarianisme yang sehat, jika dilakukan dengan benar dan pengawasan, masih bisa menyediakan nutrisi yang cukup.
Melainkan karena Karolina mengonsumsi makanan dalam jumlah yang sangat, sangat sedikit, bahkan jauh di bawah kebutuhan minimum tubuhnya. Ini adalah bentuk ekstremisme diet yang berbahaya, di mana pembatasan kalori dan nutrisi mencapai titik yang mengancam jiwa.
Perspektif Influencer Raw-Vegan, Raw Zaia
Raw Zaia, seorang influencer raw-vegan yang cukup dikenal, turut memberikan pandangannya yang tajam mengenai kasus ini. Ia menegaskan bahwa apa yang dialami Karolina bukanlah representasi dari fruitarianisme yang sehat atau gaya hidup vegan yang seimbang.
Menurut Zaia, "Ini tentang seseorang yang makan 1 buah sehari dan benar-benar membenci dirinya sendiri serta nyaris tidak bisa bertahan hidup. Ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan fakta bahwa dia seorang fruitarian." Komentar ini menyoroti aspek psikologis dan ekstremitas yang melampaui prinsip diet itu sendiri. Zaia menekankan bahwa masalah utama Karolina adalah pembatasan ekstrem dan mungkin masalah citra diri, bukan jenis dietnya.
Kisah tragis Karolina Krzyzak menjadi pengingat keras bagi kita semua tentang bahaya obsesi diet ekstrem, terutama di tengah derasnya informasi dan tren di media sosial. Mencari pola makan ‘sehat’ adalah baik, namun harus selalu diimbangi dengan pengetahuan yang valid, keseimbangan nutrisi, dan konsultasi profesional.
Kesehatan mental dan fisik harus berjalan beriringan. Jika ada tanda-tanda gangguan pola makan, depresi, atau obsesi terhadap citra tubuh, jangan ragu untuk mencari bantuan dari ahli gizi, psikolog, atau dokter. Tubuh kita adalah anugerah yang harus dijaga dan dirawat dengan bijak, bukan disiksa demi idealisme yang keliru dan berujung pada petaka.
Penulis: Tammy
Editor: Santika Reja
Terakhir disunting: Oktober 3, 2025