NEWS TANGERANG– Banda Aceh sedang tidak baik-baik saja. Selama tiga hari terakhir, kota ini dilanda pemadaman listrik bergilir yang bikin pusing tujuh keliling. Warga dan pelaku usaha kelimpungan menghadapi kondisi tanpa pasokan daya yang stabil, membuat aktivitas sehari-hari terganggu parah.
Bisnis Merana, Omzet Anjlok Drastis
Pemadaman listrik ini langsung menghantam sektor usaha kecil dan menengah. Banyak yang terpaksa gulung tikar sementara karena operasional mereka sangat bergantung pada listrik. Kerugian pun tak terhindarkan, membuat para pengusaha menjerit frustrasi.
Mahdi, pemilik depot air isi ulang di kawasan Lamteumen, misalnya, mengaku sangat kesal. Usahanya yang biasanya ramai dari pagi hingga sore kini terhenti total. Listrik baru menyala lewat jam 10 malam dan mati lagi jam 8 pagi, membuat Mahdi tidak bisa beroperasi sama sekali.
"Ini merugikan kami banget. Gimana mau jualan kalau listriknya begini? Pelanggan pasti kecewa," keluhnya. Pendapatan yang seharusnya masuk kini lenyap begitu saja, mengancam kelangsungan usahanya yang sudah dirintis susah payah.
Senada dengan Mahdi, Irmayani, pengusaha laundry di Kecamatan Meuraxa, juga merasakan dampak pahitnya. Tumpukan pakaian kotor pelanggan menggunung di tempat usahanya. Tanpa listrik, mesin cuci dan setrika tak bisa dioperasikan, membuat pekerjaan menumpuk dan pelanggan menunggu.
Kekhawatiran Irmayani bukan hanya soal omzet yang hilang, tapi juga potensi kerusakan alat elektronik. "Kemarin sempat hidup sebentar, lalu mati lagi. Kami takut mesin cuci rusak kalau listriknya belum normal," ungkapnya cemas. Kondisi ini membuat para pengusaha harus berpikir dua kali untuk mengoperasikan peralatan mahal mereka di tengah ketidakpastian.
Warga Pun Ikut Kalang Kabut: Cari Sinyal Sampai Numpang Mandi
Dampak pemadaman listrik ini tidak hanya dirasakan oleh pelaku usaha, tapi juga seluruh warga Banda Aceh. Aktivitas sehari-hari menjadi terhambat, bahkan di malam hari, suasana kota menjadi gelap gulita. Kondisi ini memicu kepanikan dan kreativitas warga untuk bertahan.
Banyak warga yang harus putar otak mencari cara agar ponsel atau perangkat elektronik mereka tetap menyala. Warung kopi yang beruntung memiliki genset mendadak jadi primadona. Antrean panjang terlihat di sana, bukan hanya untuk ngopi, tapi juga untuk sekadar mengisi daya baterai.
Tak hanya itu, fasilitas umum yang masih memiliki pasokan listrik juga diserbu warga. Ada yang datang hanya untuk menumpang mandi, ada pula yang mencari MCK karena air di rumah tidak bisa dipompa. Pemandangan ini menunjukkan betapa frustrasinya warga menghadapi situasi darurat listrik yang tak kunjung usai.
Sejak Senin (29/9), pemadaman listrik bergilir ini telah melanda seluruh Aceh. Hingga Rabu (1/10) pukul 10:30 WIB, beberapa wilayah di Banda Aceh masih gelap gulita. Situasi ini tentu saja sangat mengganggu kenyamanan dan produktivitas masyarakat, bahkan mengancam kesehatan dan keamanan.
Dalih PLN: Ada Gangguan Sistem, Janji Segera Normal
Menanggapi keluhan masyarakat, Manajer Komunikasi dan TJSL PLN UID Aceh, Lukman Hakim, akhirnya angkat bicara. Ia menjelaskan bahwa pemadaman listrik ini disebabkan oleh gangguan serius pada sisi pembangkit interkoneksi Sumatra. Gangguan tersebut memicu efek domino ke berbagai wilayah di Aceh.
Lukman menyebutkan, beberapa daerah yang terdampak parah antara lain Kabupaten Aceh Utara, Kota Lhokseumawe, Bireuen, Bener Meriah, Aceh Tengah, Aceh Besar, Aceh Barat, Nagan Raya, dan Aceh Jaya. Skala gangguan ini memang cukup luas, sehingga pemulihan membutuhkan waktu dan upaya ekstra.
Namun, PLN tidak tinggal diam. Sejak Selasa malam (30/9), tim teknis PLN telah bergerak cepat untuk melakukan penormalan secara bertahap. Lukman mengklaim bahwa lebih dari 60 persen sistem kelistrikan di Aceh sudah berhasil dipulihkan. Ini adalah kabar baik, meski belum sepenuhnya normal.
"Kami memohon maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi. PLN berkomitmen penuh untuk menjaga keandalan pasokan kepada masyarakat," ujar Lukman. Ia menambahkan bahwa fokus utama saat ini adalah menormalisasi sisa wilayah yang masih terdampak. PLN berjanji akan terus berupaya maksimal agar listrik kembali stabil secepatnya.
Dampak Lebih Luas dan Harapan Warga
Pemadaman listrik yang berkepanjangan ini bukan hanya soal ketidaknyamanan, tapi juga tentang terhambatnya roda ekonomi dan aktivitas sosial. Pelaku usaha kecil yang baru bangkit pasca-pandemi kini harus menghadapi tantangan baru yang tak kalah berat. Anak-anak sekolah mungkin kesulitan belajar di malam hari, dan keamanan lingkungan pun bisa terganggu tanpa penerangan yang memadai.
Masyarakat Banda Aceh tentu berharap agar PLN bisa segera menuntaskan masalah ini dengan cepat dan tuntas. Transparansi informasi mengenai jadwal pemadaman dan perkiraan waktu normalisasi juga sangat dibutuhkan agar warga bisa mempersiapkan diri dan tidak lagi kalang kabut. Keandalan pasokan listrik adalah hak dasar yang sangat vital bagi kehidupan modern dan kemajuan daerah.
Semoga saja janji PLN untuk memulihkan sistem kelistrikan bisa segera terealisasi. Dengan begitu, aktivitas ekonomi bisa kembali bergerak, dan warga Banda Aceh bisa kembali menikmati kehidupan normal tanpa harus "numpang hidup" di tempat lain atau khawatir akan kerugian yang terus membayangi.
Penulis: Arya N
Editor: Santika Reja
Terakhir disunting: Oktober 1, 2025