NEWS TANGERANG– Sidoarjo, Jumat (3/10/2025) – Suasana tegang menyelimuti area reruntuhan Pondok Pesantren Al-Khoziny di Sidoarjo. Di tengah debu dan puing-puing, jeritan hati keluarga korban yang tak sabar menunggu kabar sanak saudara mereka memuncak, memicu ketegangan yang nyaris tak terkendali dengan aparat keamanan. Mereka mendesak agar proses pencarian dipercepat, tak peduli barikade yang membentang.
Jeritan Hati di Tengah Reruntuhan
Sejak tragedi runtuhnya gedung pesantren ini, hari-hari telah berlalu dengan penuh duka dan ketidakpastian. Setiap detik terasa seperti berjam-jam bagi mereka yang masih menanti kabar orang terkasih. Rasa cemas dan putus asa bercampur aduk, menciptakan gelombang emosi yang sulit dibendung.
Keluarga korban, yang sebagian besar adalah orang tua, saudara, dan kerabat santri, berkumpul di sekitar lokasi evakuasi. Wajah-wajah mereka memancarkan kepedihan mendalam, mata mereka tak henti-hentinya menatap reruntuhan, seolah berharap bisa melihat keajaiban di balik tumpukan material bangunan. Mereka hanya ingin kepastian, secepatnya.
Momen Ketegangan yang Tak Terhindarkan
Puncak ketegangan terjadi pada Jumat sore, ketika sejumlah keluarga korban tak kuasa menahan diri. Mereka mulai merangsek, mencoba menerobos batas aman yang telah ditetapkan petugas. Dorongan emosi yang kuat membuat mereka berani menghadapi barikade aparat demi satu tujuan: mempercepat pencarian.
Teriakan-teriakan "Cepatkan! Anak kami masih di dalam!" menggema di udara, berpadu dengan suara alat berat yang bekerja. Pemandangan ini menciptakan drama pilu yang menyayat hati, menunjukkan betapa dalamnya luka yang mereka rasakan. Aparat yang berjaga pun dibuat dilema antara menjalankan tugas dan memahami kepedihan para keluarga.
Barikade Ketat dan Alasan di Baliknya
Area lokasi evakuasi telah disterilkan secara ketat sejak hari kedua pasca-kejadian. Barikade dijaga oleh gabungan aparat TNI, Polri, Satpol PP, hingga Banser, demi memastikan kelancaran dan keamanan proses pencarian. Sterilisasi ini bukan tanpa alasan; reruntuhan gedung sangat berbahaya dan berpotensi menimbulkan korban baru jika ada warga sipil yang nekat masuk tanpa pengawasan.
Petugas juga harus bekerja dengan sangat hati-hati untuk menghindari kerusakan lebih lanjut pada struktur yang rapuh, yang bisa membahayakan tim penyelamat dan bahkan korban yang mungkin masih terjebak. Setiap langkah harus diperhitungkan matang, meski desakan dari keluarga korban terus mengalir deras. Mereka memahami emosi yang meluap, namun keselamatan adalah prioritas utama.
Titik Balik: Satu Wali Santri Jadi Jembatan
Melihat situasi yang semakin memanas, aparat mencoba mencari solusi. Setelah negosiasi alot dan penjelasan mengenai prosedur keselamatan, ketegangan akhirnya mereda. Sebuah keputusan diambil: satu perwakilan wali santri diizinkan masuk ke area evakuasi dengan pengawalan ketat petugas.
Kehadiran wali santri ini diharapkan bisa menjadi jembatan komunikasi, memberikan gambaran langsung kepada keluarga di luar tentang kondisi di dalam. Momen ini sedikit meredakan gejolak emosi, memberi secercah harapan bahwa suara mereka didengar dan upaya pencarian benar-benar dilakukan secara maksimal. Wali santri tersebut menjadi mata dan telinga bagi ratusan keluarga yang menunggu di luar.
Update Korban: Angka yang Bikin Sesak Dada
Hingga Jumat petang, data terbaru mengenai korban yang ditemukan sungguh membuat dada sesak. Total korban yang berhasil dievakuasi mencapai 113 orang. Dari jumlah tersebut, 103 orang ditemukan dalam keadaan selamat, sebuah kabar baik di tengah tragedi.
Namun, duka mendalam tak terhindarkan karena 10 orang lainnya ditemukan dalam kondisi meninggal dunia. Yang paling memilukan, masih ada 53 santri lainnya yang hingga kini masih dalam pencarian. Angka ini menjadi pengingat pahit akan skala bencana dan urgensi upaya penyelamatan yang tiada henti.
Solidaritas dan Doa untuk Al-Khoziny
Tragedi Pondok Pesantren Al-Khoziny telah menyatukan banyak pihak dalam solidaritas. Tim SAR gabungan, relawan dari berbagai organisasi, serta masyarakat umum terus bahu-membahu memberikan bantuan. Doa dan harapan tak henti-hentinya dipanjatkan agar para korban yang masih hilang segera ditemukan dalam keadaan selamat.
Dukungan psikologis juga menjadi krusial bagi keluarga korban dan para santri yang selamat. Mereka membutuhkan kekuatan untuk melewati masa sulit ini, membangun kembali harapan di tengah puing-puing kepedihan. Kisah pilu di Sidoarjo ini adalah pengingat betapa rapuhnya hidup dan betapa pentingnya kebersamaan di saat-masa sulit.
Pencarian akan terus berlanjut hingga semua korban ditemukan. Harapan tetap menyala, meski tipis, bahwa keajaiban masih bisa terjadi. Seluruh mata tertuju ke Sidoarjo, menanti kabar baik dari tim penyelamat yang tak kenal lelah bekerja di lokasi reruntuhan Pesantren Al-Khoziny.
Penulis: Arya N
Editor: Santika Reja
Terakhir disunting: Oktober 3, 2025