NEWS TANGERANG– Jakarta, CNN Indonesia — Kisah Muktamar X Partai Persatuan Pembangunan (PPP) di Ancol, Jakarta Utara, pada Sabtu (27/9) lalu, tak ubahnya sebuah drama politik yang penuh intrik namun berakhir dengan resolusi mengejutkan. Muhammad Mardiono, sosok yang kini memegang kendali, resmi terpilih menjadi Ketua Umum DPP PPP secara aklamasi. Sebuah akhir yang damai, namun siapa sangka, perjalanannya diwarnai ketegangan dan kericuhan.
Ketika Suasana Memanas: Kericuhan di Pembukaan Muktamar
Sebelum palu sidang diketuk mengesahkan Mardiono, suasana di arena Muktamar sempat memanas. Kericuhan kecil pecah di awal pembukaan acara, menciptakan ganjalan yang cukup mengkhawatirkan bagi kelancaran proses demokrasi internal partai berlambang Ka’bah ini. Insiden ini sontak menjadi sorotan, mengingat PPP adalah partai yang menjunjung tinggi nilai-nilai Islam, yang seharusnya mengedepankan musyawarah mufakat dan kesantunan.
Ketegangan ini menunjukkan bahwa dinamika politik internal PPP masih sangat hidup, bahkan cenderung bergejolak. Perbedaan pandangan dan perebutan pengaruh antar faksi atau individu menjadi bumbu yang tak terpisahkan dalam setiap gelaran penting partai. Momen ini menjadi pengingat bahwa proses pemilihan pemimpin di sebuah partai besar tak pernah lepas dari gesekan kepentingan yang terkadang sulit diredam.
Seruan Damai dari Rusli Effendi: Belajar dari Masa Lalu
Melihat situasi yang mulai tak terkendali, Wakil Ketua Umum DPP PPP, Rusli Effendi, segera angkat bicara. Dengan nada menenangkan, ia meminta seluruh peserta Muktamar X untuk menahan diri dan kembali berperilaku sesuai ajaran agama Islam yang dianut partai. Rusli mengingatkan bahwa perbedaan pendapat adalah hal yang wajar dalam pemilihan ketua umum, namun cara menyikapinya yang membedakan.
"Namun, bedanya ada yang mengedepankan kesantunan dan ada yang tidak," ujarnya, menegaskan pentingnya etika dalam berpolitik. Ia secara tegas meminta semua muktamirin untuk tidak mencederai proses pelaksanaan Muktamar X. Pesannya jelas: jaga martabat partai, jaga kehormatan Islam.
Rusli juga menyoroti ironi bahwa PPP, sebagai partai Islam, tidak sepatutnya mengedepankan perkelahian dan keributan. Ia mengingatkan kembali pada konflik internal yang pernah melanda PPP beberapa tahun lalu, sebuah episode kelam yang hampir menghancurkan partai dari dalam. Konflik berkepanjangan itu terbukti hanya menjauhkan PPP dari masyarakat dan menyebabkan partai berada di titik terendah.
"Saya rasa konflik itu hanya membuat kita semakin jauh dengan masyarakat dan merupakan satu hal yang menyebabkan PPP ada di titik ini. Semoga tidak terulang kembali," harap Rusli, memohon agar sejarah pahit itu tidak terulang. Pesan ini bukan sekadar imbauan, melainkan sebuah refleksi mendalam tentang pentingnya persatuan demi kelangsungan partai.
Dari Kericuhan Menuju Aklamasi: Sebuah Resolusi Tak Terduga
Meskipun diawali dengan kericuhan, Muktamar X PPP akhirnya mampu menemukan titik terang. Terpilihnya Muhammad Mardiono secara aklamasi menjadi bukti bahwa, di balik segala perbedaan, ada keinginan kuat untuk bersatu dan bergerak maju. Aklamasi, sebuah keputusan bulat tanpa perdebatan, seringkali menjadi simbol kekuatan dan soliditas internal.
Pimpinan Sidang Muktamar X PPP, Amir Uskara, mengumumkan hasil tersebut dengan lega. "Selamat Pak Mardiono atas terpilihnya secara aklamasi dalam Muktamar X yang baru saja kami ketok palunya," katanya, mengakhiri ketegangan yang sempat menyelimuti. Momen ini menjadi penanda dimulainya era baru bagi PPP, di bawah kepemimpinan yang diharapkan mampu membawa perubahan positif.
Siapa Muhammad Mardiono? Tantangan di Depan Mata
Terpilihnya Muhammad Mardiono secara aklamasi menempatkannya di posisi strategis untuk memimpin PPP menghadapi tantangan politik ke depan. Meskipun detail latar belakangnya tidak diuraikan secara panjang lebar dalam berita awal, posisi Ketua Umum PPP adalah jabatan yang krusial. Ia diharapkan mampu merangkul semua faksi, menyatukan visi, dan mengembalikan kejayaan partai yang pernah menjadi kekuatan besar di panggung politik nasional.
Tugas pertama Mardiono tentu saja adalah mengonsolidasikan internal partai pasca-Muktamar. Memastikan semua pihak merasa terwakili dan dilibatkan adalah kunci untuk mencegah terulangnya konflik di masa depan. Selain itu, ia juga harus segera merumuskan strategi untuk meningkatkan elektabilitas dan relevansi PPP di mata masyarakat, khususnya generasi muda yang semakin kritis terhadap partai politik.
Masa Depan PPP: Harapan di Tangan Ketua Baru
Dengan terpilihnya ketua umum baru, PPP kini berada di persimpangan jalan. Apakah partai ini akan mampu bangkit dari keterpurukan dan kembali menjadi kekuatan politik yang disegani? Jawabannya sangat bergantung pada kepemimpinan Muhammad Mardiono dan dukungan dari seluruh elemen partai. Konsolidasi internal, peremajaan ideologi, serta adaptasi terhadap dinamika politik modern menjadi pekerjaan rumah yang tak bisa ditunda.
Bagi anak muda yang peduli dengan masa depan politik Indonesia, perjalanan PPP ini patut dicermati. Bagaimana sebuah partai dengan sejarah panjang dan basis massa yang kuat berjuang untuk tetap relevan di tengah perubahan zaman? Kepemimpinan yang kuat, visi yang jelas, dan kemampuan untuk belajar dari kesalahan masa lalu akan menjadi kunci bagi PPP untuk kembali menemukan jalannya. Semoga dengan kepemimpinan baru ini, PPP dapat mewujudkan harapan untuk menjadi partai yang lebih solid, inklusif, dan berkontribusi nyata bagi bangsa.
Penulis: Arya N
Editor: Santika Reja
Terakhir disunting: September 27, 2025