Seedbacklink affiliate

Drama Muktamar PPP: Mardiono Terpilih Aklamasi, Mampukah Redam Gejolak Internal?

Logo Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dengan gambar Ka'bah berwarna hitam dan kuning.
Logo PPP. Mardiono pimpin partai berlambang Ka'bah tersebut.
banner 120x600

NEWS TANGERANG– Jakarta, CNN Indonesia – Sabtu, 27 September 2025 menjadi hari yang penuh sorotan bagi Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Muhammad Mardiono resmi terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum PPP dalam Muktamar X yang digelar di Ancol, Jakarta Utara. Namun, di balik keputusan bulat tersebut, tersimpan "drama" kericuhan yang sempat mewarnai jalannya acara, meninggalkan pertanyaan besar tentang soliditas partai ke depan.

Mardiono, yang sebelumnya menjabat sebagai Plt. Ketua Umum, kini memegang kendali penuh atas partai berlambang Ka’bah ini. Pemilihan aklamasi ini disetujui oleh 1.304 muktamirin yang memiliki hak suara, menunjukkan dukungan mayoritas yang kuat terhadap kepemimpinannya.

Mardiono Resmi Pimpin PPP: Amanah di Tengah Gejolak

Usai penetapan dirinya sebagai Ketua Umum, Muhammad Mardiono langsung buka suara. Dengan nada syukur dan penuh tanggung jawab, ia menyampaikan rasa terima kasihnya atas kepercayaan yang telah diberikan oleh para muktamirin. "Sejak awal saya sampaikan apabila saya diberi amanah kembali Bismillah jika tidak pun Alhamdulillah. Prinsipnya saya siap menjalankan amanah, terima kasih banyak atas dukungan mayoritas Muktamirin," ujar Mardiono dalam keterangan tertulisnya.

Pernyataan ini bukan sekadar formalitas. Ini adalah janji seorang pemimpin yang menyadari beratnya tugas di pundaknya, terutama mengingat dinamika internal yang sempat memanas. Dukungan aklamasi ini diharapkan menjadi modal awal untuk menyatukan kembali berbagai faksi di tubuh PPP.

Proses aklamasi sendiri berjalan sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) partai. Pimpinan Sidang Muktamar X PPP, Amir Uskara, menjelaskan bahwa sesuai pasal 11, pemilihan ketua umum harus dihadiri oleh calon ketua umum. Dalam konteks ini, hanya Plt. Ketua Umum PPP Mardiono yang sah dan hadir langsung di lokasi, sehingga proses aklamasi menjadi jalan yang ditempuh.

Kilas Balik Muktamar Panas: Kericuhan yang Jadi Sorotan

Namun, sorotan publik tak hanya tertuju pada terpilihnya Mardiono. Sebelum proses pemilihan rampung, Muktamar X PPP sempat diwarnai kericuhan yang cukup menyita perhatian. Momen pembukaan yang seharusnya khidmat, justru diwarnai adu argumen dan ketegangan antar peserta.

Insiden ini sontak memicu kekhawatiran banyak pihak, terutama para senior partai. Wakil Ketua Umum DPP PPP Rusli Effendi, misalnya, langsung angkat bicara. Ia meminta agar para peserta Muktamar X PPP menahan diri dan berperilaku sesuai ajaran agama Islam yang menjadi landasan partai.

Menurut Rusli, perbedaan pendapat adalah hal yang lumrah dalam setiap proses pemilihan pemimpin. Namun, ia menekankan pentingnya mengedepankan kesantunan dan menghindari perilaku yang bisa mencederai citra partai. "Bedanya ada yang mengedepankan kesantunan dan ada yang tidak. Jadi kami minta untuk semua muktamirin menahan diri untuk tidak mencederai proses pelaksanaan Muktamar X," tegas Rusli di Ancol.

Mengapa Kericuhan Terjadi? Analisis Singkat

Kericuhan yang terjadi di Muktamar X PPP ini bukan tanpa alasan. Dalam sejarahnya, PPP memang kerap diwarnai dinamika internal yang cukup sengit, seringkali berujung pada perpecahan atau setidaknya ketegangan antar faksi. Perbedaan pandangan mengenai arah partai, strategi politik, hingga perebutan pengaruh diyakini menjadi pemicu utama.

Sebagai partai Islam tertua di Indonesia, PPP memiliki basis massa yang loyal namun juga beragam. Setiap faksi atau kelompok kepentingan di dalamnya tentu memiliki visi dan misi yang ingin diperjuangkan. Ketika aspirasi tersebut tidak terakomodasi dengan baik, gesekan tak terhindarkan.

Rusli Effendi sendiri mengingatkan bahwa PPP yang notabenenya partai Islam tidak sepatutnya mengedepankan perkelahian dan keributan. Ia khawatir, konflik internal ini bisa kembali menyeret PPP ke dalam pusaran masalah seperti beberapa tahun lalu, yang pada akhirnya merugikan partai secara keseluruhan.

Pelajaran dari Masa Lalu: Jangan Sampai Terulang

Sejarah kelam konflik internal PPP di masa lalu menjadi pelajaran berharga yang tidak boleh terulang. Perpecahan yang pernah terjadi bukan hanya menguras energi internal, tetapi juga berdampak signifikan pada elektabilitas dan kepercayaan publik terhadap partai.

"Saya rasa konflik itu hanya membuat kita semakin jauh dengan masyarakat dan merupakan satu hal yang menyebabkan PPP ada di titik ini. Semoga tidak terulang kembali," ujar Rusli, menyiratkan kekhawatiran mendalam. Konflik internal terbukti menjadi penghambat utama bagi PPP untuk bangkit dan meraih kembali kejayaannya di panggung politik nasional.

Ketika partai sibuk dengan urusan internal, fokus untuk memperjuangkan aspirasi rakyat dan menyusun strategi pemenangan pemilu menjadi terpecah. Akibatnya, partai kehilangan momentum dan daya saing di tengah persaingan politik yang semakin ketat.

Tantangan Berat di Depan Mata: Misi Mardiono untuk PPP

Terpilihnya Muhammad Mardiono sebagai Ketua Umum PPP membawa serta serangkaian tantangan besar yang harus ia hadapi. Misi utamanya adalah menyatukan kembali seluruh elemen partai yang sempat terpecah belah atau berbeda pandangan. Soliditas internal adalah kunci utama untuk PPP bisa bergerak maju.

Selain itu, Mardiono juga dihadapkan pada tugas berat untuk meningkatkan elektabilitas partai. Dalam beberapa pemilihan umum terakhir, perolehan suara PPP cenderung stagnan, bahkan menurun. Mengembalikan kepercayaan pemilih, terutama dari kalangan anak muda dan pemilih rasional, menjadi prioritas yang tak bisa ditawar.

Mempersiapkan partai menghadapi Pemilu mendatang juga menjadi agenda krusial. Dengan waktu yang semakin mepet, Mardiono harus segera merumuskan strategi pemenangan yang efektif, mengkonsolidasi struktur partai dari pusat hingga daerah, serta mengidentifikasi calon-calon legislatif yang potensial dan berintegritas.

Harapan untuk PPP: Menuju Partai Islam yang Solid dan Modern

Di bawah kepemimpinan Muhammad Mardiono, harapan besar disematkan agar PPP dapat bertransformasi menjadi partai Islam yang lebih solid, modern, dan relevan dengan dinamika zaman. Kemampuan Mardiono untuk merangkul semua pihak, menyelesaikan perbedaan dengan bijak, dan membawa inovasi dalam strategi partai akan sangat menentukan masa depan PPP.

Momentum Muktamar X ini seharusnya menjadi titik balik bagi PPP untuk meninggalkan bayang-bayang konflik masa lalu dan fokus pada pembangunan partai yang lebih kuat. Dengan persatuan internal yang kokoh dan visi yang jelas, PPP diharapkan dapat kembali menjadi kekuatan politik yang diperhitungkan, mampu menyuarakan aspirasi umat dan berkontribusi nyata bagi kemajuan bangsa.

Tugas Mardiono memang tidak mudah, namun dukungan mayoritas muktamirin dan pengalaman politiknya diharapkan mampu membimbing PPP melewati tantangan ini. Masa depan PPP ada di tangan kepemimpinan baru, dan seluruh mata kini tertuju pada langkah-langkah strategis yang akan diambil untuk membawa partai berlambang Ka’bah ini menuju kejayaan.

Penulis: Arya N

Editor: Santika Reja

Terakhir disunting: September 27, 2025

Promo Akad Nikah Makeup