Seedbacklink affiliate

Gawat Darurat! 70% Sungai di Indonesia Tercemar Parah, Air Jakarta Berbahaya Diminum?

Sungai dengan air berwarna biru akibat limbah industri, tercemar parah.
Pencemaran sungai di Indonesia capai 70,70%. KLH lakukan evaluasi.
banner 120x600

NEWS TANGERANG– Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) baru saja merilis data yang bikin kita semua geleng-geleng kepala. Mayoritas sungai di Indonesia, yang seharusnya jadi sumber kehidupan, kini berada dalam kondisi tercemar parah. Ini bukan sekadar masalah lingkungan biasa, tapi ancaman serius bagi kesehatan dan masa depan kita.

Mayoritas Sungai di Indonesia ‘Sakit Parah’

Bayangkan, dari 4.480 titik pemantauan di 1.480 sungai se-Indonesia, ada sekitar 70,70 persen yang statusnya ‘tercemar sedang’. Angka ini menunjukkan bahwa sebagian besar air sungai kita sudah tidak sehat dan jauh dari standar baku mutu yang seharusnya. Ini adalah realita pahit yang harus kita hadapi bersama.

Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq sendiri yang menyampaikan temuan ini. Beliau menambahkan, hanya sekitar 29,3 persen lokasi sungai yang masih punya kualitas air yang memadai, itupun biasanya di daerah hulu yang belum banyak aktivitas manusia. Artinya, begitu masuk ke area padat penduduk atau industri, kualitas air langsung anjlok drastis.

Kondisi "tercemar sedang" ini berarti air sungai sudah mengandung berbagai polutan di atas ambang batas aman. Mulai dari limbah rumah tangga, industri, hingga pertanian, semuanya berkontribusi meracuni ekosistem sungai kita. Dampaknya tidak hanya pada biota air, tapi juga pada kita yang bergantung pada air tersebut.

Tiga Provinsi di Titik Kritis: Jakarta, Kepri, Papua Selatan

Lebih parahnya lagi, ada tiga provinsi yang seluruh titik pemantauannya tercatat dalam kondisi tercemar. DKI Jakarta, Kepulauan Riau (Kepri), dan Papua Selatan adalah wilayah-wilayah yang air sungainya sudah tidak aman untuk berbagai keperluan. Ini adalah lampu merah yang sangat terang bagi ketiga daerah tersebut.

Khusus di Jakarta, kondisi air sungainya disebut ‘berbahaya untuk kesehatan manusia jika diminum’. Ini alarm keras buat kita semua, terutama yang tinggal di ibu kota. Air yang mengalir di sungai-sungai Jakarta berpotensi mengandung bakteri, virus, atau zat kimia berbahaya yang bisa mengancam kesehatan secara serius jika dikonsumsi atau digunakan tanpa pengolahan yang memadai.

Bayangkan, ibu kota negara kita, pusat segala aktivitas, memiliki sungai-sungai yang airnya tidak layak minum. Ini bukan hanya masalah kebersihan, tapi juga masalah ketersediaan air bersih di masa depan. Jika sumber air baku kita tercemar, biaya pengolahan air bersih akan semakin mahal dan sulit.

Di Kepulauan Riau dan Papua Selatan pun situasinya tak kalah memprihatinkan. Seluruh titik pantau tercemar menunjukkan bahwa masalah ini sudah sistemik dan membutuhkan penanganan yang komprehensif. Pencemaran ini bisa berdampak pada ekosistem laut di Kepri yang kaya, serta kehidupan masyarakat adat di Papua Selatan yang sangat bergantung pada alam.

DAS Prioritas Makin Memprihatinkan

Tidak hanya itu, lima Daerah Aliran Sungai (DAS) yang jadi prioritas nasional juga menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. DAS Citarum, Ciliwung, Cisadane, Bengawan Solo, dan Brantas, semuanya memperlihatkan tingkat pencemaran yang makin parah di setiap segmennya. Ini adalah sungai-sungai besar yang melintasi banyak kota dan kabupaten.

Padahal, DAS-DAS ini adalah urat nadi bagi jutaan penduduk Indonesia. Mereka menjadi sumber air minum, irigasi pertanian, pembangkit listrik, hingga jalur transportasi. Jika DAS-DAS prioritas ini terus memburuk, dampaknya akan terasa di sektor pangan, energi, dan kesehatan masyarakat secara luas.

Kondisi ini jelas butuh perhatian ekstra dan tindakan nyata secepatnya. Upaya revitalisasi yang sudah dilakukan di beberapa DAS, seperti Citarum Harum, harus dievaluasi dan diperkuat. Tanpa tindakan serius, sungai-sungai ini bisa berubah menjadi "sungai mati" yang hanya membawa bencana.

Pencemaran di DAS-DAS ini seringkali disebabkan oleh limbah industri yang tidak diolah, sampah rumah tangga yang dibuang sembarangan, hingga penggunaan pestisida berlebihan di sektor pertanian. Semua aktivitas manusia di sepanjang aliran sungai berkontribusi pada kondisi memprihatinkan ini.

Apa yang Pemerintah Lakukan? (dan Kenapa Belum Cukup)

Pemerintah sebenarnya tidak tinggal diam. Ada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Aturan ini mewajibkan pemerintah pusat dan daerah untuk menyusun Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Mutu Air Sungai (RPPMA).

RPPMA ini seharusnya menjadi panduan strategis untuk menjaga dan memperbaiki kualitas air sungai di setiap daerah. Dokumen ini mencakup inventarisasi sumber pencemar, penentuan target mutu air, hingga program-program aksi yang konkret. Namun, ironisnya, sampai saat ini baru tiga RPPMA yang berhasil dibuat untuk DAS prioritas tersebut.

Ini menunjukkan ada gap besar antara regulasi dan implementasi di lapangan. Meskipun payung hukum sudah ada, komitmen dan kecepatan pemerintah daerah dalam menyusun dan melaksanakan RPPMA masih sangat kurang. Padahal, tanpa rencana yang jelas, upaya pembersihan sungai akan berjalan sporadis dan tidak efektif.

Menteri Hanif mendesak pemerintah daerah untuk serius menyusun dokumen RPPMA ini. Dokumen tersebut krusial sebagai panduan membersihkan dan melindungi sungai-sungai kita dari berbagai ancaman. Tanpa RPPMA, upaya pemulihan sungai akan seperti berjalan tanpa peta, mudah tersesat dan tidak mencapai tujuan.

Pemerintah daerah memiliki peran kunci dalam mengawasi dan menindak pelaku pencemaran, serta mengedukasi masyarakat. Kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, swasta, dan masyarakat sangat dibutuhkan untuk mengatasi masalah kompleks ini.

Hak Kita Atas Lingkungan Bersih, Masa Depan Sungai Indonesia

Ingat, lingkungan hidup yang bersih dan sehat itu adalah hak setiap warga negara, lho. Ini tertuang jelas dalam aturan perundang-undangan kita. Sungai bukan cuma aliran air, tapi juga penopang ekosistem, sumber air minum, irigasi pertanian, bahkan potensi pariwisata. Jika sungai-sungai ini sakit, dampaknya akan terasa di mana-mana.

Kondisi sungai yang tercemar ini bukan hanya masalah lingkungan, tapi juga masalah kesehatan, ekonomi, dan masa depan bangsa. Anak cucu kita berhak mendapatkan lingkungan yang lebih baik, dengan sungai-sungai yang jernih dan lestari. Kita punya tanggung jawab besar untuk mewariskan alam yang sehat.

Mari kita bersama-sama lebih peduli dan ikut menjaga aset berharga ini. Mulai dari tidak membuang sampah sembarangan, mengurangi penggunaan bahan kimia berbahaya, hingga mendukung program-program pelestarian lingkungan. Setiap tindakan kecil kita bisa membawa perubahan besar.

Pencemaran sungai adalah cerminan dari bagaimana kita memperlakukan alam. Sudah saatnya kita mengubah kebiasaan dan pola pikir, demi sungai-sungai Indonesia yang kembali bersih, sehat, dan menjadi sumber kehidupan yang berkelanjutan. Masa depan air bersih kita ada di tangan kita semua.

Penulis: Arya N

Editor: Santika Reja

Terakhir disunting: September 27, 2025

Promo Akad Nikah Makeup