NEWS TANGERANG– Kabar mengejutkan datang dari Kawasan Industri Modern Cikande, Serang, Banten. Pemerintah kini sedang berjibaku melakukan inventarisasi dan dekontaminasi di 10 titik yang diduga kuat tercemar zat radioaktif Cesium-137 (Cs-137). Situasi ini bukan main-main, karena kontaminasi radioaktif bisa berdampak serius bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat sekitar.
Awal Mula Terungkapnya Bahaya
Semua bermula pada Agustus lalu, ketika otoritas Amerika Serikat mengembalikan ekspor udang beku dari Indonesia. Alasannya? Ditemukan cemaran Cesium-137 pada produk tersebut. Temuan ini sontak memicu alarm bahaya, dan Satuan Tugas Penanganan Kerawanan Bahaya Radiasi Cs-137 langsung bergerak cepat.
Siapa Sumber Cemarannya?
Menteri Lingkungan Hidup (MenLH), Hanif Faisol Nurofiq, mengonfirmasi bahwa PT PMT diduga menjadi sumber utama cemaran radioaktif ini. Perusahaan yang memproduksi udang beku PT BMS untuk ekspor ke AS ini kini menjadi pusat perhatian investigasi. Berdasarkan keterangan ahli dan bukti saintifik dari laboratorium, PT PMT diyakini sebagai biang kerok di balik insiden ini.
Peta Bahaya yang Terus Meluas
Awalnya, hanya 6 titik yang teridentifikasi terkontaminasi di Kawasan Industri Modern Cikande. Namun, setelah pemetaan lebih serius dan detail oleh tim gabungan, angkanya melonjak menjadi 10 titik. Hanif Faisol Nurofiq menegaskan bahwa inventarisasi ini belum selesai dan akan terus dilakukan secara menyeluruh.
Pemerintah bertekad untuk memetakan secara detail setiap area yang terdampak. Tujuannya jelas, untuk menentukan langkah-langkah dekontaminasi, remediasi, dan pemulihan kesehatan masyarakat yang paling tepat dan efektif. Ini adalah tugas besar yang membutuhkan ketelitian ekstra.
Aksi Cepat Tanggap Pemerintah
Satgas yang diketuai oleh Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, tidak tinggal diam. Kawasan pabrik yang diduga menjadi sumber cemaran di Cikande langsung disegel oleh KLH/BPLH. Ini adalah langkah krusial untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.
Status "keadaan khusus" pun ditetapkan di Kawasan Industri Modern Cikande. Ini berarti, semua kegiatan keluar masuk barang diawasi super ketat. Tidak ada lagi barang yang bisa keluar atau masuk tanpa pemeriksaan ketat.
Detektor Canggih Dikerahkan
Untuk memastikan tidak ada barang terkontaminasi yang lolos, KLH dibantu Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan Tim Gegana Polri mengerahkan 9 detektor portabel. Alat-alat canggih ini digunakan untuk memantau setiap kendaraan dan barang yang melintas.
Bahkan, Radiation Portal Monitor (RPM) milik BRIN juga sedang disiapkan. Tujuannya jelas, agar setiap kendaraan atau barang yang keluar masuk bisa dipantau secara akurat dan real-time, memberikan lapisan keamanan tambahan. Sosialisasi bahaya radiasi Cesium-137 juga terus digencarkan.
Proses Dekontaminasi: Nggak Main-Main!
Dari 10 titik yang teridentifikasi, dua lokasi sudah mulai menjalani proses dekontaminasi. Sementara delapan titik lainnya masih dalam tahap inventarisasi detail sebelum penanganan lanjutan bisa dimulai. Ini menunjukkan bahwa prosesnya sangat hati-hati dan bertahap.
Barang-barang yang terkontaminasi kini disimpan sementara di gudang PT Peter Metal Technology (PMT). Ini dilakukan berdasarkan bukti saintifik bahwa sumbernya memang dari sana, dan untuk memudahkan proses penanganan awal.
Limbah Radioaktif: Disimpan di Mana?
Ini adalah tantangan besar. Pemerintah sedang menyiapkan gudang penyimpanan bahan radioaktif sementara yang memenuhi kaidah Badan Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA). Standar IAEA sangat ketat untuk menjamin keamanan.
Sambil menunggu gudang sementara ini jadi, material radioaktif akan disimpan dalam ribuan drum yang sudah didekontaminasi di PT PMT. Diperkirakan sekitar 7 kuintal bahan material akan ditampung di sana untuk sementara waktu.
Rencana Jangka Panjang: Penyimpanan Aman 30 Tahun
Pembangunan tempat penyimpanan sementara ini diperkirakan memakan waktu 1 hingga 2 tahun, karena harus memenuhi standar ketat IAEA. Hanif Faisol Nurofiq berharap bangunan ini bisa mulai dibangun dalam satu bulan ke depan.
Namun, itu baru solusi jangka pendek. Untuk jangka panjang, pemerintah berencana membangun tempat penyimpanan zat Cs-137 permanen pada tahun 2026. Fasilitas ini harus bisa bertahan hingga 30 tahun ke depan, dan akan dibangun di kawasan Industri Modern Cikande juga, tentunya dengan standar IAEA demi keselamatan masyarakat luas.
Apakah Sudah Aman?
Menko Pangan Zulkifli Hasan pada 30 September lalu memastikan bahwa kasus kontaminasi Cesium-137 ini hanya terjadi di Kawasan Industri Modern Cikande. Ia menegaskan bahwa cemaran ini tidak menyebar ke rantai pasok nasional maupun ekspor di luar area tersebut. Ini sedikit melegakan, tapi kewaspadaan tetap harus tinggi.
Pemerintah juga sudah melakukan upaya dekontaminasi di sejumlah titik, menyiapkan fasilitasi penyimpanan sementara limbah Cesium-137, dan penanganan kesehatan warga. Semua langkah ini diambil untuk meminimalkan risiko dan memastikan keamanan.
Pentingnya Edukasi dan Kewaspadaan
Selain penanganan teknis, sosialisasi bahaya radiasi Cesium-137 juga terus digencarkan. Masyarakat, khususnya anak muda, perlu memahami risiko dan pentingnya mengikuti arahan pemerintah agar terhindar dari dampak buruk zat radioaktif ini. Informasi yang akurat adalah kunci.
Langkah Selanjutnya
Pemerintah terus berkomitmen untuk melakukan dekontaminasi, menyiapkan fasilitas penyimpanan limbah, dan memberikan penanganan kesehatan bagi warga yang terdampak. Ini adalah upaya serius dan berkelanjutan untuk memastikan Cikande kembali aman dan bebas dari ancaman radioaktif, serta melindungi kesehatan dan lingkungan masyarakat.
Penulis: Arya N
Editor: Santika Reja
Terakhir disunting: Oktober 1, 2025