Seedbacklink affiliate

Geger Cipongkor! Ratusan Siswa Keracunan Massal Lagi Usai Santap Menu Gratis, Stroberi Berlumut Biang Kerok?

Tim SAR mengevakuasi korban di area berlumpur setelah bencana alam terjadi.
Proses evakuasi korban bencana. Operasi pencarian terus dilakukan.
banner 120x600

NEWS TANGERANG– Bandung Barat kembali dilanda insiden keracunan massal yang menggemparkan. Kali ini, ratusan siswa SMK Karya Perjuangan di Kecamatan Cipongkor dilarikan ke posko kesehatan setelah menyantap hidangan "Makan Bergizi Gratis" (MBG) yang seharusnya menyehatkan. Peristiwa ini bukan yang pertama, menambah daftar panjang kekhawatiran publik terhadap program yang mulia ini.

Kronologi Horor di Meja Makan

Pagi itu, sekitar pukul 08.00 WIB, suasana di SMK Karya Perjuangan masih normal. Para siswa menerima jatah makanan bergizi gratis yang disediakan oleh dapur SPPG di Kampung Pasirsaji, Kecamatan Cipongkor. Banyak yang langsung menyantapnya, berharap asupan gizi untuk memulai hari.

Namun, bagi seorang siswi kelas 11 yang baru menyantap hidangan sekitar pukul 09.30 WIB, pengalaman itu berubah menjadi mimpi buruk. Ia menceritakan, awalnya makanan terasa enak, namun ada kejanggalan yang mulai tercium dan terlihat.

Menu Gratis yang Mencurigakan

"Kalau makanannya enak, tapi tahu gorengnya agak berair. Terus stroberinya agak berlumut," ungkap siswi tersebut saat ditemui di Posko Kecamatan Cipongkor. Detail kecil ini, yang mungkin terlewatkan oleh sebagian orang, ternyata menjadi petunjuk awal dari masalah besar yang akan datang.

Tak lama setelah menyantap hidangan tersebut, sekitar 20 menit kemudian, gejala aneh mulai muncul. Siswi itu merasakan sesak napas, tubuhnya mendadak lemas, mual tak tertahankan, dan kepala terasa sangat pusing. Ini adalah tanda-tanda awal dari keracunan yang serius.

Kepanikan di Sekolah, Ratusan Siswa Tumbang

Gejala yang dialami siswi tersebut bukan kasus tunggal. Dalam waktu singkat, banyak siswa lain mulai menunjukkan gejala serupa. Suasana di sekolah yang tadinya tenang berubah menjadi panik.

"Tadi aku lihat ada yang pingsan. Ada banyak juga," ujarnya, menggambarkan betapa cepatnya situasi memburuk. Petugas sekolah dan guru segera bertindak, berusaha menenangkan siswa dan memberikan pertolongan pertama.

Dengan cepat, siswi tersebut bersama seorang pendamping sekolah dilarikan ke posko kesehatan menggunakan mobil. Setibanya di lokasi, tim dokter langsung memberikan penanganan medis berupa obat-obatan dan pemasangan infus, mencoba menstabilkan kondisinya.

Status KLB dan Tragedi yang Berulang

Yang membuat insiden ini semakin memprihatinkan adalah kenyataan bahwa ini bukan kali pertama. Keracunan massal serupa di Cipongkor sudah terjadi sehari sebelumnya, dengan ratusan siswa menjadi korban pada Senin hingga Selasa.

Bahkan, Bupati Bandung Barat Jeje Ritchie Ismail telah menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) di Cipongkor akibat rentetan kasus keracunan ini. Penetapan status KLB seharusnya memicu respons cepat dan langkah pencegahan yang efektif, namun insiden hari ini menunjukkan bahwa upaya tersebut belum sepenuhnya berhasil.

Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat, Herman Suryatman, mengonfirmasi skala keracunan hari ini. Total ada sekitar 500 pelajar dari berbagai sekolah di Kecamatan Cipongkor yang terdata mengalami keluhan.

Respon Cepat Tim Medis dan Pemerintah

"Teridentifikasi 500 yang mengeluh (keracunan) dan langsung kami tangani," kata Herman Suryatman di posko Cipongkor. Dari jumlah tersebut, sekitar 400 pelajar dirawat di Posko Cipongkor, sementara 100 pelajar lainnya ditangani di Puskesmas Citalem.

Tim medis dan relawan bekerja keras tanpa henti untuk memberikan pertolongan kepada para korban. Mereka menghadapi tantangan besar dengan jumlah pasien yang membludak, namun tetap sigap dan profesional dalam menjalankan tugasnya.

"Kondisinya seperti itu, tentu sekali lagi tidak kita harapkan. Tapi, faktanya, ada musibah, keracunan. Keluhannya pada umumnya itu mual, sesak, pusing, lemas," tambah Herman, menjelaskan kondisi umum para korban. Pihak berwenang kini fokus pada penanganan medis dan penyelidikan penyebab pasti keracunan.

Pertanyaan Besar di Balik Program MBG

Insiden berulang ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai kualitas dan keamanan program Makan Bergizi Gratis (MBG). Program yang seharusnya menjadi solusi untuk meningkatkan gizi pelajar, kini justru menjadi sumber kekhawatiran dan petaka.

Bagaimana bisa makanan yang disajikan, terutama tahu goreng yang berair dan stroberi yang berlumut, lolos dari pengawasan? Apakah ada standar kebersihan dan kualitas yang tidak terpenuhi dalam proses pengolahan dan distribusi makanan dari dapur SPPG?

Orang tua siswa dan masyarakat umum kini menuntut penjelasan dan pertanggungjawaban. Kepercayaan terhadap program MBG, yang sangat vital bagi banyak keluarga, kini dipertaruhkan. Mereka berharap ada evaluasi menyeluruh dan tindakan tegas agar kejadian serupa tidak terulang lagi.

Langkah Pencegahan dan Harapan ke Depan

Pemerintah daerah dan provinsi harus segera mengambil langkah konkret untuk mengusut tuntas kasus ini. Penyelidikan mendalam terhadap sumber makanan, proses pengolahan, hingga rantai distribusinya mutlak diperlukan. Sampel makanan harus diuji di laboratorium untuk mengidentifikasi bakteri atau zat berbahaya yang mungkin menjadi penyebab keracunan.

Selain itu, perlu ada peningkatan standar kebersihan dan pengawasan yang lebih ketat terhadap semua pihak yang terlibat dalam program MBG. Edukasi tentang keamanan pangan juga penting bagi para pengelola dapur dan penyedia makanan.

Harapan terbesar adalah agar insiden ini menjadi pelajaran berharga. Program mulia seperti MBG harus diiringi dengan jaminan kualitas dan keamanan yang tak tergoyahkan. Para siswa berhak mendapatkan makanan yang benar-benar bergizi dan aman, bukan justru menjadi korban dari kelalaian yang bisa dihindari. Masyarakat menantikan solusi nyata agar Cipongkor bisa bangkit dari tragedi berulang ini dan program MBG kembali menjadi harapan, bukan lagi ketakutan.

Penulis: Arya N

Editor: Santika Reja

Terakhir disunting: September 24, 2025

Promo Akad Nikah Makeup