NEWS TANGERANG– Kabar mengejutkan datang dari Banyumas, Jawa Tengah. Sebanyak puluhan siswa sekolah dasar di Desa Pangebatan diduga kuat mengalami keracunan makanan setelah mengonsumsi menu dari Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dibagikan awal pekan ini. Insiden ini sontak membuat heboh dan memicu reaksi cepat dari Pemerintah Kabupaten Banyumas.
Baik Dinas Pendidikan maupun Dinas Kesehatan kabupaten tersebut langsung bergerak sigap, menunjukkan keseriusan dalam menangani masalah kesehatan yang melibatkan anak-anak sekolah. Mereka kini tengah berupaya keras untuk menyelidiki penyebab pasti di balik kejadian tak terduga ini.
Awal Mula Kejadian: Gejala Misterius Menyerang Siswa
Gejala keracunan mulai dirasakan para siswa sejak Selasa (23/9) dan Rabu (24/9). Sekitar 70 anak dilaporkan mengalami mual, muntah, hingga radang tenggorokan yang cukup mengkhawatirkan. Beberapa orang tua bahkan melaporkan anak-anak mereka mengalami pusing dan diare.
Kondisi ini membuat puluhan siswa terpaksa tidak masuk sekolah, memicu kekhawatiran serius di kalangan orang tua dan pihak sekolah. Suasana cemas menyelimuti Desa Pangebatan, dengan banyak yang bertanya-tanya apa sebenarnya yang terjadi pada makanan yang seharusnya bergizi itu.
Respon Cepat Pemkab Banyumas: Investigasi Dimulai
Kepala Bidang Pembinaan SD Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Banyumas, Taryono, langsung bergerak cepat menanggapi laporan ini. Pihaknya segera berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Banyumas, Badan Gizi Nasional (BGN), serta Koordinator Wilayah Kecamatan (Konwircam) Disdik Karanglewas.
Taryono menegaskan bahwa seluruh Korwilcam diinstruksikan untuk melaporkan setiap kegiatan MBG dan insiden sekecil apapun secara berjenjang. Hal ini bertujuan agar penanganan bisa dilakukan secepat mungkin dan lebih terstruktur, menghindari terulangnya kejadian serupa.
Laporan yang Tersendat: Klausul Kontroversial Jadi Sorotan
Menariknya, Taryono mengaku Disdik Banyumas belum menerima laporan resmi mengenai dugaan keracunan pada Selasa dan Rabu lalu, meskipun insiden ini sudah menjadi perbincangan hangat di lapangan. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai sistem pelaporan yang ada.
Usut punya usut, dugaan tersendatnya laporan ini ternyata berkaitan dengan klausul perjanjian kerja sama antara sekolah dan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Klausul tersebut mewajibkan pihak sekolah untuk menjaga kerahasiaan jika terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB).
Klausul kontroversial ini sontak menjadi sorotan tajam. Taryono mengungkapkan bahwa pihaknya sudah memprotes poin ini dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi IV DPRD Banyumas. Beruntungnya, pihak SPPG menyatakan kesediaannya untuk mengubah isi perjanjian tersebut demi transparansi.
Sekolah Ambil Langkah Tegas: MBG Dihentikan Sementara
Merespons situasi darurat ini, Kepala SD Negeri Pangebatan, Riyadi, tak mau ambil risiko sedikit pun. Ia memutuskan untuk menghentikan sementara penerimaan makanan Program MBG bagi siswanya, demi memastikan keamanan dan kesehatan anak didiknya.
"Mulai hari Rabu (24/9) sampai hari ini (Jumat, 26/9) tidak dikirim, sembari memantau kondisi anak-anak di sini," ujar Riyadi. Ia menambahkan bahwa informasi yang diterimanya, SDN 1 Kediri juga melakukan hal serupa, menunjukkan tingkat kekhawatiran yang meluas.
Riyadi menjelaskan, indikasi keracunan mulai terkuak setelah ia menerima telepon dari Kepala SD Negeri 2 Kediri yang menanyakan permasalahan terkait MBG. Setelah dikonfirmasi ke guru dan dilakukan pendataan, barulah diketahui banyak siswa yang tidak masuk sekolah dengan gejala serupa.
Penghentian sementara distribusi menu MBG ini semata-mata demi memastikan keamanan dan kesehatan para siswa. Pihak sekolah juga terus berkoordinasi intensif dengan guru, orang tua, dan tenaga kesehatan untuk memantau perkembangan kondisi anak-anak yang terdampak.
Bukan Kali Pertama: Rekam Jejak Program MBG yang Bermasalah
Insiden di Banyumas ini bukan kasus pertama yang menimpa Program Makan Bergizi Gratis. Sejak diluncurkan awal Januari lalu, MBG memang kerap menjadi sorotan publik dan menuai berbagai kritik.
Berbagai temuan telah mencuat, mulai dari menu yang diduga tidak sesuai standar gizi yang dijanjikan, penemuan hewan atau benda asing yang tidak seharusnya ada dalam makanan, hingga makanan yang busuk atau basi. Kasus keracunan pun bukan kali ini saja terjadi, menambah daftar panjang permasalahan program ini.
Rentetan masalah ini secara terang-terangan mendorong banyak pihak untuk menyetop dan mengevaluasi ulang Program MBG secara menyeluruh. Kualitas dan keamanan makanan yang diberikan kepada anak-anak sekolah harus menjadi prioritas utama yang tidak bisa ditawar.
Evaluasi Mendesak: Masa Depan Program Makan Gratis
Kejadian di Banyumas ini menjadi alarm keras bagi semua pihak terkait. Keamanan pangan bagi anak-anak sekolah adalah hal fundamental yang tidak bisa dikompromikan. Pemerintah diharapkan segera melakukan audit menyeluruh terhadap seluruh rantai pasok dan implementasi Program MBG.
Transparansi dan akuntabilitas harus ditegakkan di setiap tahapan, mulai dari pengadaan bahan baku, proses memasak, hingga distribusi makanan. Hal ini krusial demi memastikan program ini benar-benar memberikan gizi yang optimal, bukan malah petaka yang mengancam kesehatan siswa.
Masa depan Program Makan Bergizi Gratis kini berada di persimpangan jalan yang krusial. Akankah program ini diperbaiki secara fundamental dan ditingkatkan kualitasnya, ataukah harus dihentikan demi keselamatan dan kesehatan generasi penerus bangsa yang menjadi prioritas utama? Publik menanti jawaban dan tindakan nyata dari pemerintah.
Penulis: Arya N
Editor: Santika Reja
Terakhir disunting: September 27, 2025