NEWS TANGERANG– Sebuah kabar duka yang mengguncang warga Kedoya Selatan, Jakarta Barat, mencuat pada Selasa (23/9) lalu. Seorang ibu rumah tangga berinisial S, yang berusia 49 tahun, ditemukan tak bernyawa di kediamannya di Jalan Pandan II. Dugaan awal mengarah pada tindakan keji yang dilakukan oleh suaminya sendiri, W (55), dengan motif yang bikin geleng-geleng kepala.
Tragedi yang Mengguncang Kedoya Selatan
Suasana siang itu berubah mencekam saat KS, putra korban, pulang dari kerja. Ia mendapati rumahnya hening tak seperti biasa, dan kecurigaan mulai menyelimuti hatinya. Betapa terkejutnya KS ketika membuka pintu dan menemukan ibunya sudah terbujur kaku, tak bernyawa.
Penemuan pilu ini segera dilaporkan ke pihak berwajib, dan tak lama kemudian, tim dari Polsek Kebon Jeruk tiba di lokasi kejadian. Pemandangan di dalam rumah mengisyaratkan adanya tindak kekerasan yang baru saja terjadi, meninggalkan duka mendalam bagi keluarga dan tetangga.
Detik-detik Penemuan Jasad dan Pengakuan Pelaku
Kanit Reskrim Polsek Kebon Jeruk, AKP Ganda Jaya Sibarani, menjelaskan bahwa jasad S pertama kali ditemukan oleh anaknya sendiri. "Korban ditemukan sama anaknya siang dia pulang kerja, pas dia buka pintu (ibunya meninggal)," ujar Ganda kepada wartawan, mengonfirmasi kronologi penemuan yang memilukan itu.
Tak butuh waktu lama, misteri di balik kematian S mulai terkuak. Pelaku utama, yang tak lain adalah suami korban, W, secara mengejutkan menyerahkan diri. Ia awalnya mendatangi Polsek Kembangan, sebelum akhirnya dijemput oleh anggota Polsek Kebon Jeruk untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut.
"Pelaku juga sudah menyerahkan diri, pelaku suami dari korban," tambah Ganda, menggarisbawahi fakta bahwa kasus ini adalah tragedi dalam rumah tangga yang melibatkan pasangan suami istri. Pengakuan W menjadi titik terang awal dalam mengungkap motif di balik pembunuhan ini.
Dugaan Motif di Balik Pembunuhan Sadis
Dari pemeriksaan awal yang dilakukan oleh pihak kepolisian, sebuah dugaan motif yang cukup mengejutkan muncul ke permukaan. Aksi pembunuhan ini diduga kuat dipicu oleh masalah perselingkuhan yang melibatkan korban. Emosi yang tak terkontrol tampaknya menjadi pemicu utama tindakan brutal tersebut.
Menurut keterangan sementara, W yang tersulut amarah kemudian nekat menjerat leher istrinya menggunakan tali tas. Tindakan spontan ini berujung pada kematian S, meninggalkan luka yang tak tersembuhkan bagi keluarga yang ditinggalkan. "Karena diduga korban ada perselingkuhan," kata Ganda, menjelaskan dugaan motif awal.
Pihak kepolisian masih terus mendalami informasi ini, melakukan kroscek dengan data-data penyelidikan yang ada. Mereka ingin memastikan kebenaran dari dugaan perselingkuhan tersebut, yang menjadi kunci penting dalam mengungkap seluruh rangkaian peristiwa tragis ini.
Penyelidikan Mendalam: Mencari Kebenaran di Balik Tali Tas
Kasus ini masih dalam tahap penyelidikan intensif oleh Polsek Kebon Jeruk. Berbagai bukti dikumpulkan, termasuk tali tas yang diduga digunakan sebagai alat untuk menghabisi nyawa korban. Tim penyidik bekerja keras untuk merangkai setiap kepingan puzzle agar bisa mendapatkan gambaran utuh tentang kejadian nahas ini.
"Kita ke TKP ditemukan tali, kita coba cek dengan dokter, nanti (menunggu) hasil pemeriksaan dokter," jelas Ganda. Hasil autopsi menjadi sangat krusial untuk memastikan penyebab pasti kematian S dan menguatkan dugaan bahwa ia memang dibunuh.
Penyelidikan tidak hanya berfokus pada bukti fisik, tetapi juga pada keterangan saksi dan latar belakang hubungan antara korban dan pelaku. Polisi akan menggali lebih dalam dinamika rumah tangga mereka, serta potensi konflik lain yang mungkin telah terpendam.
Dampak Sosial dan Harapan Keadilan
Tragedi ini tentu saja meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, terutama bagi KS yang harus kehilangan ibunya dengan cara yang begitu tragis. Peristiwa ini juga menjadi pengingat pahit tentang kompleksitas hubungan rumah tangga dan pentingnya komunikasi untuk menyelesaikan masalah.
Masyarakat Kedoya Selatan pun turut merasakan dampak dari kejadian ini, menciptakan suasana keprihatinan dan kewaspadaan. Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) seringkali terjadi di balik pintu tertutup, dan kejadian ini sekali lagi menyoroti pentingnya perhatian terhadap isu tersebut.
Pihak kepolisian berjanji akan menuntaskan kasus ini seadil-adilnya. Proses hukum akan berjalan sesuai prosedur, dan pelaku akan mempertanggungjawabkan perbuatannya di mata hukum. Harapan akan keadilan kini berada di tangan penyidik dan sistem peradilan, agar almarhumah S bisa beristirahat dengan tenang.
Kasus ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua, bahwa setiap permasalahan harus diselesaikan dengan kepala dingin, bukan dengan kekerasan. Semoga tidak ada lagi tragedi serupa yang menimpa keluarga lain.
[Gambas:Video CNN]
Penulis: Arya N
Editor: Santika Reja
Terakhir disunting: September 24, 2025