NEWS TANGERANG– Kabut asap tebal menyelimuti lereng Gunung Batur, Kintamani, Bangli, Bali, Kamis (2/10) lalu. Bukan kabut biasa, melainkan asap pekat dari kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang melahap area seluas 9,8 hektar. Kabar baiknya, api akhirnya berhasil dipadamkan, namun meninggalkan luka mendalam di salah satu ikon alam Bali ini.
Api Mengamuk di Lereng Batur: Kronologi Kejadian
Tragedi ini bermula saat masyarakat melaporkan adanya kepulan asap dan api di lereng Gunung Batur pada Kamis siang, sekitar pukul 11.50 WITA. Tanpa menunggu lama, tim gabungan langsung bergerak cepat menuju lokasi. Mereka tahu, setiap detik sangat berharga untuk menyelamatkan paru-paru Bali ini.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali, Ratna Hendratmoko, mengonfirmasi bahwa api berhasil dikendalikan pada Kamis malam, sekitar pukul 19.30 WITA. Ini adalah hasil kerja keras tanpa henti dari berbagai pihak yang bahu-membahu melawan amukan si jago merah.
9,8 Hektar Hutan Ludes: Apa Saja yang Terbakar?
Angka 9,8 hektar mungkin terdengar abstrak, tapi bayangkan saja luasnya hampir 10 lapangan sepak bola yang hangus terbakar. Area yang dilalap api adalah kawasan konservasi Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Batur Bukit Payang (GBBP), sebuah ekosistem penting yang menjadi rumah bagi berbagai flora dan fauna.
Kebakaran ini tidak hanya menghanguskan savanna atau vegetasi bawah yang kering, tapi juga merenggut sejumlah tumbuhan berkayu. Pohon-pohon seperti tusam (pinus merkusii), cemara gunung (casuarina junghuhniana), dan tiblun (dodonaea viscosa) ikut menjadi korban keganasan api. Asap tebal yang ditimbulkan bahkan sempat menurunkan kualitas udara di sekitar lokasi, mengancam kesehatan warga dan ekosistem.
Dugaan Kuat: Puntung Rokok Jadi Biang Kerok
Lalu, apa sebenarnya yang memicu bencana ini? Dugaan kuat mengarah pada kelalaian yang seringkali dianggap sepele: puntung rokok. Ya, sebatang puntung rokok yang dibuang sembarangan di jalur pendakian diperkirakan menjadi pemicu utama kebakaran hebat ini.
Ironisnya, di tengah keindahan alam yang memukau, sebuah tindakan kecil tanpa disadari bisa menimbulkan dampak yang begitu besar dan merusak. Insiden ini menjadi pengingat keras bagi kita semua tentang pentingnya menjaga etika dan kesadaran saat berinteraksi dengan alam, terutama di kawasan konservasi yang rentan.
Sinergi Heroik Padamkan Api: Peran Semua Pihak
Pemadaman api bukanlah tugas mudah, apalagi dengan kondisi vegetasi bawah yang kering kerontang dan tiupan angin kencang yang mempercepat penyebaran api. Namun, semangat gotong royong dan dedikasi tinggi dari tim gabungan berhasil menaklukkan tantangan ini. Mereka menggunakan berbagai teknik, mulai dari jet shooter untuk menyemprotkan air, teknik kepyokan api untuk memukul-mukul api kecil, hingga pembuatan sekat bakar untuk mengisolasi area yang terbakar.
Tim yang terlibat sangat beragam, menunjukkan betapa seriusnya penanganan bencana ini. Ada personel Resor KSDA TWA GBBP, KPHK Kintamani, Masyarakat Peduli Api (MPA) Batur yang merupakan garda terdepan dari warga lokal, Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Bangli, serta dukungan penuh dari TNI-Polri (Koramil dan Polsek Kintamani). Tidak ketinggalan, Kelompok Ojek Wisata GSM, Forum Pemandu Pendakian Gunung Batur (FP2GB), Kelompok Tani Eka Wana Merta, dan masyarakat setempat juga turut serta. Mereka semua adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang berjuang demi Gunung Batur.
Dampak Lingkungan dan Peringatan Keras untuk Kita
Kebakaran ini bukan hanya soal hilangnya 9,8 hektar hutan, tapi juga ancaman serius terhadap keseimbangan ekosistem. Gunung Batur adalah bagian dari UNESCO Global Geopark, sebuah pengakuan atas nilai geologi dan ekologi yang luar biasa. Kerusakan hutan di sini bisa memicu erosi tanah, hilangnya habitat satwa, hingga mengganggu siklus air yang vital bagi kehidupan di sekitarnya.
Setelah api padam, petugas masih terus melakukan pemantauan ketat hingga Jumat (3/10) untuk memastikan tidak ada lagi titik api yang menyala. Kapolsek Kintamani, Kompol Made Dwi Puja Rimbawa, juga mengonfirmasi bahwa api telah padam sepenuhnya. Lokasi kebakaran yang berada di koordinat S -8.242243°, E 115.378957° kini menjadi saksi bisu dari kelalaian yang berakibat fatal.
Pentingnya Kesadaran dan Pencegahan Karhutla
Pihak BKSDA mengimbau masyarakat, khususnya para pendaki dan pengunjung Gunung Batur, untuk lebih berhati-hati. Jangan lagi ada puntung rokok yang dibuang sembarangan, jangan menyalakan api unggun di area kering, dan selalu pastikan tidak ada potensi pemicu kebakaran sebelum meninggalkan lokasi. Setiap tindakan kecil kita memiliki dampak besar bagi kelestarian alam.
Ratna Hendratmoko juga menekankan pentingnya peran serta masyarakat dalam pencegahan Karhutla, terutama di kawasan konservasi yang memiliki nilai ekologi tinggi seperti Gunung Batur. "Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah bekerja sama secara sigap dan penuh dedikasi. Kerja sama lintas sektor ini membuktikan bahwa sinergi merupakan kunci utama dalam penanggulangan kebakaran hutan," tutup Ratna. Mari kita jadikan insiden ini sebagai pelajaran berharga agar keindahan Gunung Batur tetap lestari untuk generasi mendatang.
Penulis: Arya N
Editor: Santika Reja
Terakhir disunting: Oktober 4, 2025