Seedbacklink affiliate

Heboh! SD Muhammadiyah Solo Tolak Program Makan Gratis Pemerintah? Ternyata Kantinnya Sudah ‘Level Dewa’ Sejak 10 Tahun Lalu!

Gambar ilustrasi 10 apel dalam lembar kerja mewarnai, mewakili konsep makanan bergizi.
Meskipun SD Muhammadiyah 1 Ketelan menolak, ilustrasi apel ini mengingatkan pentingnya makanan bergizi di sekolah.
banner 120x600

NEWS TANGERANGSolo lagi-lagi jadi sorotan, kali ini karena sebuah kabar yang bikin penasaran: SD Muhammadiyah 1 Ketelan, Surakarta, dikabarkan keberatan gabung program Makan Bergizi Gratis (MBG) atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) dari pemerintah. Eits, tapi jangan salah paham dulu, ada cerita menarik di balik keputusan ini yang bikin kita auto salut!

Berita ini pertama kali mencuat pada Selasa, 30 September 2025, dan langsung jadi perbincangan hangat. Banyak yang bertanya-tanya, kok bisa program sebaik MBG ditolak? Ternyata, SD Muhammadiyah 1 Ketelan punya alasan kuat yang bukan kaleng-kaleng.

Mengapa SD Muhammadiyah 1 Ketelan ‘Ogah’ Gabung?

Kepala SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta, Sri Sayekti, menjelaskan bahwa sekolahnya sudah punya program kantin sehat mandiri yang berjalan sejak tahun 2015. Bayangkan, sudah satu dekade mereka mengelola dapur sehat sendiri dengan standar yang terbukti berhasil! Ini bukan sekadar kantin biasa, lho.

Program kantin sehat ini sudah jadi bagian tak terpisahkan dari ekosistem sekolah. Mulai dari pemilihan bahan baku, proses memasak, hingga penyajian, semuanya dikelola secara internal dengan fokus pada gizi seimbang dan kebersihan. Jadi, wajar jika ada kekhawatiran besar jika program ini tiba-tiba diambil alih.

Salah satu dampak paling signifikan yang dikhawatirkan adalah nasib para pegawai dapur. Sri Sayekti mengungkapkan bahwa ada beberapa staf yang sudah bekerja selama 10 tahun di kantin sehat tersebut. Jika program MBG masuk dan mengambil alih, otomatis mereka akan kehilangan pekerjaan.

"Saya harus menata mbak-mbaknya yang ada di dapur, mempersiapkan diri secara mental karena pasti akan meninggalkan SD Muhammadiyah 1," kata Sri Sayekti saat ditemui di kantornya pada Senin (29/9). Ini menunjukkan betapa besar tanggung jawab dan perhatian sekolah terhadap kesejahteraan karyawannya.

Selain itu, pihak sekolah juga merasa perlu berkoordinasi lebih lanjut dengan para orang tua siswa. Program kantin sehat yang sudah berjalan lama ini tentu sudah mendapatkan kepercayaan penuh dari wali murid. Perubahan mendadak bisa menimbulkan pertanyaan dan kekhawatiran baru.

Awal Mula ‘Drama’ Makan Gratis

Cerita ini bermula ketika Pemerintah Kota (Pemkot) Solo menyampaikan bahwa SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta termasuk dalam wilayah kelolaan salah satu SPPG. Setelah itu, perwakilan dari SPPG langsung datang ke sekolah untuk mendata jumlah siswa yang akan menerima program MBG.

Pada awalnya, pihak sekolah tidak langsung menolak mentah-mentah tawaran tersebut. Sri Sayekti justru menyampaikan permohonan khusus. "Hanya saya menyampaikan izinkan saya berupaya terlebih dahulu untuk bisa mengelola dapur SD Muhammadiyah 1," ujarnya.

Permintaan ini bukan tanpa alasan. Mereka ingin menunjukkan bahwa sistem yang sudah berjalan selama ini sudah sangat baik dan mampu memenuhi kebutuhan gizi siswa. Ada semangat untuk mempertahankan kemandirian dan inovasi yang sudah dibangun bertahun-tahun.

Ditunda, Bukan Ditolak Permanen!

Kabar baiknya, permintaan dari SD Muhammadiyah 1 Ketelan ini ternyata diterima oleh Dinas Pendidikan Kota Surakarta. Pelaksanaan program MBG di sekolah tersebut ditunda untuk sementara waktu. Ini artinya, dapur sehat mereka masih bisa terus beroperasi seperti biasa.

"Seharusnya hari ini kami sudah menerima MBG. Tapi alhamdulillah 3 atau 4 hari yang lalu kami di WA dari dinas bahwa pelaksanaan MBG di SD Muhammadiyah 1 ditunda. Artinya pelaksanaannya tidak hari ini," jelas Sri Sayekti dengan nada lega. Penundaan ini memberi ruang bagi sekolah untuk bernapas dan mencari solusi terbaik.

Keputusan penundaan ini menunjukkan adanya komunikasi yang baik antara pihak sekolah dan pemerintah kota. Ini bukan tentang penolakan, melainkan tentang mencari titik temu yang paling menguntungkan bagi semua pihak, terutama para siswa dan staf sekolah.

Wali Kota Solo Buka Suara: Bukan Diganti, Tapi Dijadikan Contoh!

Yang bikin adem dan lega adalah pernyataan dari Wali Kota Solo, Respati Ardi. Ditemui terpisah di Balai Kota Solo, Respati Ardi menegaskan bahwa dapur sehat SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta tidak akan diganti dengan program MBG. Justru sebaliknya, program kantin sehat mereka akan dijadikan percontohan!

"Tidak ada yang diganti. Justru itu akan kita jadikan percontohan karena termasuk salah satu yang berhasil," kata Respati. Pernyataan ini tentu membungkam spekulasi dan memberikan angin segar bagi SD Muhammadiyah 1 Ketelan. Ini adalah pengakuan atas kerja keras dan inovasi mereka selama satu dekade.

Respati juga menambahkan bahwa Pemkot Solo mendukung penuh kantin sehat lain yang sudah beroperasi di sekolah-sekolah maupun di lingkungan kelurahan. Ini menunjukkan komitmen pemerintah daerah untuk memberdayakan inisiatif lokal yang sudah terbukti efektif.

"Pemerintah sangat pro terhadap kantin sehat. Tidak mungkin diganti dan malah kita bisa komunikasi, belajar, dan saling tukar informasi yang lebih baik seperti apa," lanjut Respati. Jadi, program MBG ini sifatnya tidak wajib menggantikan yang sudah ada, melainkan melengkapi atau menjadi alternatif.

"Soal penerapan MBG, silakan, itu hak dari beliau-beliau. Jadi tidak wajib diganti," tegasnya. Ini adalah pesan penting yang menunjukkan fleksibilitas pemerintah dalam menjalankan program, dengan tetap menghargai dan mendukung inisiatif masyarakat yang sudah berjalan baik.

Pelajaran dari SD Muhammadiyah 1: Inovasi Lokal yang Berhasil

Kisah SD Muhammadiyah 1 Ketelan ini memberikan pelajaran berharga. Ini menunjukkan bahwa inovasi dan kemandirian lokal, jika dikelola dengan baik dan berkelanjutan, bisa menjadi solusi yang sangat efektif. Program kantin sehat mereka bukan hanya menyediakan makanan, tapi juga menciptakan lapangan kerja dan membangun ekosistem gizi yang sehat di lingkungan sekolah.

Keberhasilan mereka selama 10 tahun membuktikan bahwa dengan komitmen dan manajemen yang solid, sebuah sekolah bisa mandiri dalam menyediakan kebutuhan gizi siswanya. Ini juga menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah lain untuk mengembangkan program serupa, disesuaikan dengan kondisi dan sumber daya masing-masing.

Pada akhirnya, apa yang terjadi di Solo ini bukan tentang penolakan, melainkan tentang dialog, penghargaan terhadap inisiatif lokal, dan mencari jalan tengah terbaik. SD Muhammadiyah 1 Ketelan bukan menolak makan gratis, melainkan ingin mempertahankan ‘level dewa’ dapur sehat mereka yang sudah terbukti dan diakui. Salut!

Penulis: Arya N

Editor: Santika Reja

Terakhir disunting: September 30, 2025

Promo Akad Nikah Makeup