Seedbacklink affiliate

Horor di Piring Sekolah: Ratusan Siswa Keracunan Massal Usai Santap ‘Makanan Bergizi Gratis’, Orang Tua Trauma Berat!

Ilustrasi wajah bendera Palestina sedih, pegang 'STOP', dengan siluet orang di atasnya.
Ilustrasi ini menggambarkan kepedihan Palestina, menyuarakan desakan agar kekerasan di sana segera dihentikan demi kemanusiaan.
banner 120x600

NEWS TANGERANG– Kupang, CNN Indonesia — Kabar mengejutkan datang dari Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT), di mana ratusan siswa mengalami keracunan massal pada Jumat lalu. Insiden miris ini diduga kuat berawal dari konsumsi program "makanan bergizi gratis" (MBG) yang dibagikan di sekolah.

Peristiwa nahas ini sontak menciptakan gelombang trauma mendalam di kalangan orang tua. Mereka kini tegas menyatakan tidak akan lagi mengizinkan anak-anak mereka menyantap makanan yang dibagikan melalui program tersebut di lingkungan sekolah. Kepercayaan publik terhadap program pemerintah ini pun kini dipertanyakan.

Trauma Mendalam Orang Tua: "Lebih Baik Makan Jagung daripada Keracunan"

Mardi Tahun, salah satu orang tua yang anaknya menjadi korban, mengungkapkan perasaannya dengan nada getir. Ia mengaku sangat trauma dan lebih memilih anaknya makan seadanya di rumah, seperti jagung atau ubi, daripada harus mengambil risiko keracunan lagi.

"Trauma Pak, lebih baik anak tidak makan, lebih baik anak makan jagung dan ubi di rumah daripada katanya makan gizi (tapi malah keracunan). Kami tidak bisa terima," kata Mardi Tahun, suaranya penuh kekhawatiran, saat dihubungi CNN Indonesia.com pada Jumat sore.

Kronologi Horor: Dari Sekolah ke UGD

Dua anak Mardi, Novita Tameon yang duduk di kelas 5 dan Michel Tameon di kelas 2 SD GMIT Soe 2, menjadi bagian dari ratusan korban keracunan massal ini. Kisah pilu mereka menggambarkan betapa cepatnya kebahagiaan di sekolah berubah menjadi kepanikan di rumah.

Mardi menceritakan, kedua anaknya mulai merasakan sakit perut, sakit kepala, pusing, mual, hingga muntah sesaat setelah tiba di rumah sekitar pukul 12.00 Wita. Kondisi mereka yang tiba-tiba lemas membuat Mardi dan suaminya panik dan segera bertindak.

Awalnya, Mardi hanya mengira anaknya masuk angin biasa. Ia langsung mengoleskan minyak pada perut kedua anaknya dan bergegas mengecek ke tetangga yang anaknya juga mengalami gejala serupa. Barulah kemudian ia menyadari bahwa ini bukan kasus biasa.

Kecurigaan semakin menguat ketika Mardi menghubungi grup WhatsApp sekolah. Di sana, ia mendapati laporan dari banyak orang tua lain yang anak-anaknya juga mengalami gejala serupa. Sebuah kepanikan kolektif mulai menyelimuti para orang tua di TTS.

Dugaan Sumber Masalah: Menu Mie ‘Soto Ayam’ yang Mencurigakan

Menurut pengakuan kedua anaknya, sebelum sakit, mereka menyantap MBG yang dibagikan di sekolah. Anak-anak tersebut menyebut menu yang disajikan adalah mie yang disebut sebagai soto ayam. Namun, ada detail mencurigakan yang mereka sampaikan.

Daging yang ada di dalam mie tersebut, kata anak-anak, telah mengeluarkan bau tidak sedap. Temuan ini menjadi petunjuk kuat yang mengarah pada dugaan bahwa makanan itulah biang keladi di balik keracunan massal yang menimpa ratusan siswa tersebut.

Melihat kondisi anak-anaknya yang semakin lemas dan memburuk, Mardi dan suaminya segera membawa keduanya ke Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD Soe. Saat tiba di sana pada pukul 13.00 Wita, mereka terkejut mendapati belasan siswa lain sudah dirawat dengan gejala keracunan yang sama.

Mardi menambahkan bahwa pihak sekolah biasanya membagikan MBG kepada para siswa setelah jam pelajaran berakhir, yakni sekitar pukul 12.00 Wita. Waktu konsumsi yang berdekatan dengan munculnya gejala semakin memperkuat dugaan terhadap program makanan gratis ini.

Keputusan Tegas Orang Tua: Bekal dari Rumah Jadi Pilihan

Akibat peristiwa mengerikan ini, Mardi dengan tegas melarang kedua anaknya mengonsumsi MBG di sekolah. Ia bahkan berencana untuk membekali makanan dari rumah demi memastikan keamanan dan kesehatan anak-anaknya.

"Saya nanti larang anak-anak tidak usah makan di sekolah, bila perlu kami kasih makan biar bawa ke sekolah dari rumah saja," tuturnya. Keputusan ini mencerminkan betapa besar kekhawatiran yang kini menghantui para orang tua.

"Biar di rumah makan nasi putih tapi anak-anak tidak apa-apa, anak-anak tidak sakit. Anak tidak mengalami hal-hal seperti ini bikin kami sebagai orang tua kami sangat khawatir, sangat takut. Anak kami dua orang ini buat kami rasa risau," imbuhnya dengan nada penuh kekhawatiran. Keselamatan anak kini menjadi prioritas utama, mengalahkan janji "gizi gratis" yang justru berujung petaka.

Seruan untuk Pemerintah: "Sekolah Gratis Lebih Penting!"

Mardi tidak hanya berhenti pada keputusan pribadi. Ia mendesak pemerintah untuk segera menghentikan program MBG ini. Baginya, pengalaman pahit ini telah membuka mata bahwa ada prioritas lain yang jauh lebih mendesak.

Ia menilai, lebih baik program sekolah gratis yang diutamakan daripada makanan gratis yang berujung pada keracunan dan trauma. "Harapan saya kalau pemerintah mau bantu, bantu anak-anak untuk sekolah gratis saja, biar bantu kami di uang sekolah daripada kasih makan tapi anak-anak sakit," tegasnya, menyuarakan aspirasi banyak orang tua korban.

Angka Korban Terus Meroket: 331 Siswa Terpaksa Dirawat

Jumlah korban yang diduga akibat menyantap MBG pada Jumat lalu terus meningkat drastis. Informasi terakhir yang diperoleh CNN Indonesia.com menyebutkan total korban keracunan mencapai angka 331 orang hingga Jumat sore pukul 18.00 Wita.

Skala insiden ini sungguh mengkhawatirkan. Para korban tersebar dan dirawat di tiga lokasi berbeda: RSUD Soe, Tenda Kantor Dinas PRKP TTS, dan SD GMIT Soe 2. Fasilitas kesehatan dan darurat harus bekerja ekstra keras untuk menangani ratusan pasien anak-anak ini.

Ratusan korban tersebut berasal dari sepuluh tempat penerima manfaat yang berbeda, mencakup SD, TK, PAUD, dan Posyandu. Ini menunjukkan bahwa masalah ini bukan insiden terisolasi, melainkan isu sistemik yang perlu diinvestigasi secara menyeluruh. Kejadian ini menjadi pengingat pahit akan pentingnya pengawasan ketat terhadap program-program yang melibatkan kesehatan dan keselamatan anak-anak.

[Gambas:Video CNN]

Penulis: Arya N

Editor: Santika Reja

Terakhir disunting: Oktober 4, 2025

Promo Akad Nikah Makeup