NEWS TANGERANG– Kupang kembali digegerkan oleh insiden keracunan massal yang menimpa siswa sekolah dasar. Sebanyak sebelas siswa SD Inpres Liliba dilarikan ke rumah sakit setelah diduga mengonsumsi Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang dibagikan sekolah. Kejadian ini menambah panjang daftar masalah program MBG yang terus menuai kontroversi.
Detik-detik Kejadian: Dari Meja Makan ke Ruang IGD
Rabu siang itu, suasana di SD Inpres Liliba berubah mencekam. Sekitar pukul 12.15 Wita, makanan dari program MBG didistribusikan kepada para murid. Hanya berselang lima menit, tepatnya pukul 12.20 Wita, para siswa mulai menyantap hidangan tersebut dengan riang.
Namun, kegembiraan itu tak bertahan lama. Pukul 12.30 Wita, tanda-tanda tak beres mulai muncul. Sebelas siswa dari kelas 5A dan 5D mengeluh pusing, perut melilit, mual, bahkan ada yang sampai muntah-muntah dan meriang. Kondisi mereka yang memburuk dengan cepat membuat pihak sekolah panik.
Kepala SD Inpres Liliba, John Tukan, menjelaskan bahwa ini adalah kali pertama siswanya mengalami kejadian serupa sejak program MBG berjalan Februari lalu. Melihat kondisi para murid yang semakin memprihatinkan, pihak sekolah segera mengambil tindakan cepat. Mereka langsung membawa kesebelas siswa tersebut ke Rumah Sakit Leona untuk mendapatkan penanganan medis darurat.
Wali Kota Kupang Buka Suara: Prioritaskan Medis, Belum Bisa Simpulkan
Menanggapi insiden yang bikin geger ini, Wali Kota Kupang, Christian Widodo, angkat bicara. Ia menyatakan bahwa prioritas utama saat ini adalah penanganan medis bagi kesebelas siswa yang sedang dirawat di RS Leona. "Penanganan di RS Leona sedang berlangsung," ujarnya melalui pesan tertulis.
Christian Widodo menegaskan bahwa pihaknya masih menunggu hasil pemeriksaan dan diagnosa lengkap dari dokter. Proses ini meliputi anamnesa, pemeriksaan fisik, hingga pemeriksaan penunjang seperti laboratorium. Tanpa hasil diagnosa yang pasti, Pemerintah Kota Kupang belum bisa mengambil sikap atau menyimpulkan penyebab pasti keracunan tersebut.
Wali Kota Kupang juga menambahkan bahwa terlalu dini untuk berkomentar atau menyimpulkan penyebab keracunan. Pasalnya, anak-anak lain yang mengonsumsi makanan yang sama dalam kondisi baik-baik saja. "Belum tahu apakah penyebab [keracunan] dari MBG atau tidak, sehingga belum bisa disimpulkan keracunan MBG," jelasnya, menekankan pentingnya menunggu data akurat.
Bukan Kali Pertama: Rekam Jejak Program MBG yang Bermasalah
Insiden di SD Inpres Liliba ini bukan kasus keracunan MBG pertama yang mengguncang publik. Program Makanan Bergizi Gratis yang digagas pemerintah ini memang sudah berkali-kali menjadi sorotan karena berbagai masalah. Sebelumnya, pada 22 Juli lalu, sebanyak 200 siswa SMPN 8 Kota Kupang juga mengalami keracunan massal setelah mengonsumsi MBG.
Sehari setelahnya, pada 23 Juli, giliran 77 siswa di Sumba Barat Daya yang menjadi korban keracunan MBG. Deretan panjang kasus ini jelas menimbulkan kekhawatiran serius di kalangan masyarakat dan orang tua siswa. Mereka mempertanyakan kualitas dan keamanan makanan yang diberikan dalam program ini.
Sejak diluncurkan awal Januari lalu, program MBG memang tak henti-hentinya diterpa masalah. Mulai dari dugaan gizi yang tidak sesuai standar, temuan hewan asing dalam makanan, hingga makanan yang basi atau busuk. Semua permasalahan ini seolah menjadi bom waktu yang siap meledak kapan saja, dan kini kembali terjadi di Kupang.
Masa Depan MBG di Ujung Tanduk?
Rentetan insiden keracunan dan berbagai masalah lainnya mendorong banyak pihak untuk mendesak pemerintah agar menyetop dan mengevaluasi total program MBG. Desakan ini semakin menguat setiap kali ada kasus baru yang muncul, seperti yang terjadi di SD Inpres Liliba ini. Publik bertanya-tanya, apakah program yang seharusnya menyehatkan ini justru membahayakan?
Merespons desakan tersebut, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, menyatakan pihaknya akan menunggu arahan langsung dari Presiden RI Prabowo Subianto. "Saya ikut arahan Presiden, tidak berani mendahului," ujar Dadan kepada wartawan. Ia mengaku belum bisa memastikan kapan pembahasan mengenai evaluasi MBG akan dilakukan bersama Presiden.
Ketidakpastian ini membuat masa depan program MBG semakin dipertanyakan. Apakah program ini akan dilanjutkan dengan perbaikan menyeluruh, atau justru akan dihentikan sementara demi keamanan dan kesehatan anak-anak? Yang jelas, insiden di Kupang ini menjadi pengingat keras bahwa evaluasi mendalam dan tindakan konkret sangat dibutuhkan untuk memastikan program pemerintah benar-benar memberikan manfaat, bukan malah menimbulkan petaka.
Saat ini, fokus utama tetap pada pemulihan kesebelas siswa SD Inpres Liliba. Semoga mereka lekas pulih dan bisa kembali beraktivitas seperti sedia kala. Sementara itu, publik menanti langkah tegas pemerintah untuk menjamin keamanan dan kualitas makanan yang diberikan kepada generasi penerus bangsa.
Penulis: Arya N
Editor: Santika Reja
Terakhir disunting: September 25, 2025