NEWS TANGERANG– Kupang, CNN Indonesia – Sebuah program yang seharusnya membawa gizi dan kesehatan, justru berujung petaka. Ratusan anak di Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT), diduga mengalami keracunan massal setelah menyantap ‘makanan bergizi gratis’ (MBG) yang didistribusikan.
Angka korban melonjak drastis hingga mencapai 331 orang per Jumat (3/10) malam. Situasi darurat ini memicu keprihatinan mendalam dan respons cepat dari berbagai pihak, termasuk kepolisian setempat.
Korban Melonjak Drastis, Polres TTS Buka Posko Darurat
Lonjakan kasus keracunan ini tak bisa diabaikan. Polres TTS segera mengambil langkah sigap dengan membuka posko layanan medis untuk membantu penanganan korban yang terus berdatangan. Ini menunjukkan keseriusan pihak berwenang dalam menghadapi krisis kesehatan ini.
Kapolres TTS, AKBP Hendra Dorizen, membenarkan inisiatif ini. "Iya, Polres TTS juga membuka posko layanan untuk membantu pelayanan medis korban keracunan," ujarnya kepada CNN Indonesia.com pada Jumat malam, menegaskan komitmen kepolisian.
Mengapa Polisi Turun Tangan?
Dorizen menjelaskan, keputusan membuka posko ini diambil mengingat tingginya jumlah korban yang mencapai ratusan. Situasi ini sudah masuk kategori Kejadian Luar Biasa (KLB), yang memerlukan penanganan ekstra.
"Alasannya kami melakukan pembukaan posko karena sudah sangat banyak korban keracunan yang mencapai 331 orang," ungkapnya. "Sehingga kami bantu membuka posko Kejadian Luar Biasa (KLB) untuk menangani para korban."
Kondisi Terkini di Posko Polres
Di Posko Kesehatan Polres TTS sendiri, setidaknya 15 orang masih menjalani perawatan intensif sejak dibuka pada Jumat sore. Mereka ditangani oleh tenaga medis profesional dari klinik Polres TTS.
Tim medis ini didampingi anggota Polres dan bantuan dari Dinas Kesehatan setempat. Kapolres memastikan semua korban yang dirawat di posko ini dalam kondisi stabil dan terus dipantau secara ketat.
Sebaran Korban di Empat Posko KLB
Total 331 korban keracunan massal kini ditangani di empat posko KLB yang tersebar di Kota Soe. Ini menunjukkan skala kejadian yang cukup besar dan membutuhkan koordinasi lintas sektor.
Posko-posko tersebut meliputi RSUD SoE, Posko Polres TTS, Posko SD GMIT Soe 2, dan Posko Puskesmas Kota SoE. Setiap posko bekerja keras menangani pasien dengan sumber daya yang ada.
Berapa yang Sudah Pulang?
Dari total korban, 273 orang telah diizinkan pulang ke rumah setelah mendapat penanganan medis yang memadai. Ini adalah kabar baik di tengah situasi darurat, menunjukkan banyak yang merespons cepat terhadap perawatan.
Namun, 58 orang lainnya masih harus menjalani perawatan intensif. Mereka tersebar di Posko RSUD (24 orang), Posko Polres TTS (15 orang), Posko SD GMIT Soe 2 (9 orang), dan Posko Puskesmas Kota (10 orang).
Asal Mula Makanan ‘Bergizi’ yang Berujung Petaka
Kapolres mengungkap bahwa 331 korban keracunan ini berasal dari 12 lokasi penerima jatah MBG. Makanan ini didistribusikan oleh Satuan Pelaksana Program Gizi (SPPG) Kota Soe 1.
SPPG Kota Soe 1 sendiri diketahui berada di bawah naungan Yayasan Peduli Timorana Mandiri. Mereka melayani total 3.026 penerima manfaat di 12 lokasi tersebut, menjangkau banyak pihak yang kini terdampak.
Siapa Saja Penerima Manfaat yang Terdampak?
Dua belas lokasi penerima manfaat yang terdampak terdiri dari empat Sekolah Dasar (SD), dua Taman Kanak-kanak (TK), satu PAUD, satu SMA, dan empat Posyandu. Ini menunjukkan bahwa program MBG menjangkau berbagai lapisan usia.
Dari anak-anak prasekolah hingga remaja, semua kini harus merasakan dampak dari makanan yang seharusnya menyehatkan. Kejadian ini menjadi sorotan serius bagi program-program serupa di masa depan.
Rincian Lokasi dan Jumlah Korban
Berikut adalah daftar lokasi dan jumlah penerima manfaat MBG yang mengalami dugaan keracunan, menunjukkan sebaran dampak yang luas:
- SD GMIT Soe 2 : 195 orang
- SD Oenasi : 44 orang
- SD Inpres SoE : 33 orang
- SD Advent : 14 orang
- Posyandu Kota Baru : 6 orang
- Posyandu Bhayangkari: 3 orang
- Pasyandu Nonohonis : 1 orang
- Posyandu Maleset : 12 orang
- SMA Karya : 1 orang
- Paud Cendana : 1 orang
- TK Et Labora : 1 orang
- TK Oenasi : 20 orang.
Penyelidikan Lanjut: Mencari Akar Masalah
Saat ini, fokus utama Polres TTS adalah penanganan korban dan memastikan semua mendapat perawatan terbaik. Namun, penyelidikan mendalam juga sedang berlangsung untuk mengungkap fakta di balik insiden ini.
Pihak berwenang tengah berupaya mengungkap penyebab pasti keracunan massal ini. Bagaimana makanan yang seharusnya bergizi malah membuat ratusan anak jatuh sakit? Pertanyaan ini harus segera terjawab demi kejelasan dan keadilan.
Masyarakat menanti transparansi dan akuntabilitas agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan. Kesehatan dan keselamatan anak-anak adalah prioritas utama yang tidak boleh ditawar.
Penulis: Arya N
Editor: Santika Reja
Terakhir disunting: Oktober 4, 2025