Seedbacklink affiliate

MIRIS! Musala Ponpes Sidoarjo Ambruk, 3 Santri Tewas, 7 Bertahan Hidup di Bawah Puing! Evakuasi Dramatis Berlanjut

Ikon merah 'NEW UPDATE' menandakan informasi terbaru tragedi musala ambruk di Pondok Pesantren Al Khoziny.
Dapatkan pembaruan terkini tragedi musala ambruk di Ponpes Al Khoziny Sidoarjo, termasuk perkembangan evakuasi dan kondisi terbaru.
banner 120x600

NEWS TANGERANG– Tragedi memilukan mengguncang Pondok Pesantren Al Khoziny di Desa Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur. Sebuah musala di asrama putra ambruk secara tak terduga, menelan korban jiwa dan menyisakan duka mendalam bagi banyak pihak. Hingga kini, proses evakuasi masih terus berlangsung, namun kepolisian belum akan menyelidiki dugaan pidana di balik insiden nahas yang merenggut nyawa santri ini.

Kronologi Singkat & Kondisi Terkini

Peristiwa mengerikan ini terjadi pada Senin, 29 September lalu, saat banyak santri mungkin sedang beraktivitas atau beristirahat di sekitar musala. Reruntuhan bangunan mendadak menimpa mereka, menciptakan kepanikan dan situasi darurat yang tak terbayangkan. Sejak saat itu, tim SAR gabungan tak henti-hentinya berjuang di lokasi kejadian, berusaha menyelamatkan setiap nyawa yang terjebak.

Jeritan Hati Wali Santri: Ratusan Laporan Kehilangan yang Memilukan

Bukan hanya korban di lokasi, ratusan wali santri juga dilanda kecemasan luar biasa, melaporkan kehilangan anak-anak mereka pasca-insiden. Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur, Adhy Karyono, menyebutkan ada 172 laporan masuk, meski sebagian besar sudah menemukan titik terang. Lebih dari 300 keluarga telah bertemu kembali dengan anaknya yang selamat dan kini kembali ke rumah, sebuah kabar yang sedikit melegakan di tengah duka.

Tim SAR gabungan tak hanya fokus pada evakuasi, tetapi juga menyalurkan bantuan vital. Makanan, minuman, dan oksigen terus dikirimkan kepada para korban yang masih terjebak, memastikan mereka memiliki kesempatan lebih besar untuk bertahan hidup hingga bisa dievakuasi. Solidaritas dan kecepatan respons menjadi kunci dalam situasi kritis ini.

Antara Hidup dan Mati: Update Korban Musala Ambruk Sidoarjo

Hingga Selasa malam, 30 September, kabar duka kembali datang: tiga korban dinyatakan meninggal dunia akibat tragedi ini. Mereka adalah Maulana Sefian Ibrahim dari Surabaya, Mochammad Mashudulhaq (14) juga dari Surabaya, serta Muhammad Soleh (22) asal Bangka Belitung. Semoga almarhum dan almarhumah diterima di sisi-Nya, dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan.

Di sisi lain, ada secercah harapan yang menguatkan semangat tim penyelamat. Tujuh korban lainnya terdeteksi masih hidup di bawah reruntuhan, sebuah mukjizat di tengah puing-puing yang mematikan. Tim SAR terus berupaya keras menjangkau mereka, menyalurkan oksigen, makanan, dan minuman agar bisa bertahan lebih lama dalam kondisi yang sangat sulit.

Kondisi Korban yang Dirawat

RSUD Notopuro Sidoarjo menjadi saksi bisu perjuangan para korban luka, dengan total 40 orang dirawat pasca-kejadian. Dari jumlah tersebut, 8 orang masih menjalani perawatan intensif, sementara sisanya sudah diizinkan pulang setelah mendapat penanganan medis yang memadai. Direktur Utama RSUD Notopuro, Atok Irawan, mengungkapkan bahwa satu pasien masih dalam kondisi kritis di IGD, masuk zona merah yang memerlukan perhatian ekstra.

Evakuasi Penuh Tantangan: Reruntuhan Tak Stabil Jadi Kendala Utama

Proses evakuasi tidak semudah yang dibayangkan dan penuh dengan tantangan. Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak, mengakui adanya kendala besar yang dihadapi tim di lapangan. Konstruksi reruntuhan yang sangat tidak stabil menjadi ancaman serius bagi petugas penyelamat dan potensi membahayakan korban yang masih terjebak di dalamnya.

Area sekitar Ponpes Al Khoziny pun kini disterilisasi ketat, demi keselamatan semua pihak yang terlibat dalam operasi penyelamatan. Masyarakat dan keluarga korban diminta untuk tidak mendekat, agar tidak menghambat kerja tim SAR dan menjaga keamanan di lokasi kejadian yang rawan. Prioritas utama adalah keselamatan semua yang terlibat.

“Golden Time”: Batas Waktu Kritis Penentu Nasib Korban

Kepala Kantor SAR Kelas A Surabaya, Nanang Sigit, menjelaskan tentang "golden time" atau fase kritis bagi para korban yang terjebak. Secara umum, fase ini berlangsung selama tiga hari jika korban tidak mendapatkan asupan makanan dan minuman. Ini adalah periode krusial di mana peluang bertahan hidup sangat bergantung pada seberapa cepat bantuan bisa mencapai mereka.

Namun, berkat suplai oksigen, makanan, dan minuman yang berhasil disalurkan, harapan untuk bertahan hidup bisa lebih panjang. Hingga Selasa sore, ketujuh korban yang terdeteksi hidup masih terpantau, enam di antaranya hanya bisa minum air, dan satu lainnya bisa makan serta minum. Ini menunjukkan bahwa upaya penyaluran bantuan sangat vital dan berhasil memperpanjang "golden time" mereka.

Pemerintah Bergerak: Aturan Khusus Pesantren Demi Keselamatan Santri

Tragedi ini menjadi cambuk pahit sekaligus pembelajaran berharga bagi pemerintah. Menteri Agama Nasaruddin Umar menegaskan akan menyusun ketentuan khusus terkait pembangunan pondok pesantren dan madrasah. Aturan ini bertujuan untuk memperketat standar konstruksi, mengingat banyak pesantren dibangun secara swadaya dan mungkin belum memenuhi standar keamanan yang optimal.

Keselamatan santri harus menjadi prioritas utama, dan setiap proyek pembangunan harus mengikuti aturan yang berlaku secara ketat. Nasaruddin berharap insiden ini menjadi pembelajaran berharga agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang, memastikan lingkungan belajar yang aman bagi para santri di seluruh Indonesia. Ini adalah langkah proaktif untuk mencegah tragedi serupa di masa depan.

Operasi Pencarian Berlanjut: Target 7 Hari dan Opsi Alat Berat

Tim SAR tidak akan menyerah dalam upaya menemukan semua korban. Nanang Sigit menyatakan bahwa proses pencarian para korban tertimpa reruntuhan ini akan berlangsung hingga tujuh hari ke depan, dimulai sejak hari kejadian. Ini adalah komitmen penuh untuk memastikan tidak ada korban yang tertinggal.

Setelah fase golden time terlewati, tim akan melakukan asesmen lebih lanjut untuk menentukan langkah evakuasi lanjutan. Opsi penggunaan crane atau alat berat lainnya untuk mengangkat reruntuhan juga sudah dipertimbangkan jika diperlukan, terutama jika ada indikasi korban masih berada di bawah tumpukan material yang sulit dijangkau. Semoga setiap upaya yang dilakukan membuahkan hasil, dan semua korban bisa ditemukan, baik dalam keadaan selamat maupun tidak.

Tragedi musala ambruk di Sidoarjo ini adalah pengingat pahit tentang pentingnya keselamatan dan standar bangunan yang ketat. Mari kita doakan agar proses evakuasi berjalan lancar, para korban yang masih terjebak bisa segera diselamatkan, dan keluarga yang berduka diberikan kekuatan serta ketabahan. Dukungan moral dan doa dari seluruh masyarakat sangat berarti dalam menghadapi cobaan berat ini.

Penulis: Arya N

Editor: Santika Reja

Terakhir disunting: Oktober 1, 2025

Promo Akad Nikah Makeup