Seedbacklink affiliate

Sidoarjo Berduka: 15 Santri Terjebak Reruntuhan Pesantren, Basarnas Ungkap Kondisi Terkini yang Bikin Hati Berdebar!

Angka 15 berwarna merah terang, melambangkan 15 titik korban yang terdeteksi Basarnas.
Basarnas berhasil mendeteksi 15 titik lokasi korban di reruntuhan Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo. Operasi penyelamatan terus berlanjut.
banner 120x600

NEWS TANGERANGSidoarjo, Jawa Timur, masih diselimuti duka mendalam setelah musibah ambruknya gedung Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran. Tim penyelamat gabungan, dipimpin Basarnas, terus berjibaku di tengah puing-puing, mencari tanda-tanda kehidupan dan mengevakuasi korban. Kabar terbaru dari lokasi kejadian sungguh membuat hati berdebar, memadukan harapan tipis dengan kenyataan pahit.

Basarnas Deteksi 15 Titik Korban: Ada yang Masih Berjuang!

Kasubdit RPDO Bencana dan Kondisi Membahayakan Manusia (KMM) Basarnas, Emi Freezer, mengungkapkan perkembangan krusial dalam operasi pencarian dan penyelamatan. Timnya berhasil mendeteksi setidaknya 15 titik di mana korban masih terjebak di bawah reruntuhan musala. Ini adalah fokus utama dari seluruh upaya penyelamatan saat ini.

Dari 15 titik tersebut, delapan di antaranya berstatus "hitam", yang berarti tidak ada tanda-tanda kehidupan yang terdeteksi dari para korban. Namun, di tengah keputusasaan itu, ada secercah harapan: tujuh korban lainnya masih berstatus "merah". Status "merah" ini menandakan bahwa mereka masih bisa berkomunikasi atau menunjukkan respons, memberikan semangat baru bagi tim penyelamat.

"Kami sampaikan bahwa target dalam proses evakuasi yang sudah teridentifikasi ada 15 titik. Di mana 15 titik, 8 sementara sudah berstatus hitam, lalu 7 masih berstatus merah," kata Emi saat konferensi pers di Posko SAR Gabungan, Sidoarjo, pada Rabu (1/10). Pernyataan ini menjadi sorotan utama, menggambarkan situasi yang sangat genting.

Perjuangan Melawan Waktu: Golden Time untuk Korban "Merah"

Bagi tujuh korban berstatus "merah", setiap detik adalah pertaruhan hidup dan mati. Tim penyelamat berpacu dengan waktu, mengoptimalkan "golden time" atau 72 jam pasca-kejadian, yang merupakan periode paling kritis untuk penyelamatan. Dalam kondisi terjepit dan terbatas, tim hanya bisa menyalurkan bantuan suplai makanan dan minuman.

Bantuan vital ini disalurkan melalui celah-celah kecil yang ada di area runtuhan. Ini adalah upaya heroik untuk menjaga para korban tetap bertahan, memberikan nutrisi dan hidrasi minimal sembari tim mencari cara terbaik untuk mengeluarkan mereka. Keberanian dan ketekunan tim penyelamat patut diacungi jempol.

"Kami hanya bisa mendeliver suplemen melalui celah kecil yang ada di main kolom yang ada di tengah," tambah Emi. Kondisi ini menunjukkan betapa sulitnya medan evakuasi, di mana setiap gerakan harus diperhitungkan dengan cermat agar tidak menimbulkan risiko tambahan.

Tantangan Berat Evakuasi Korban "Hitam": Prioritas Setelah Penyelamatan

Sementara itu, nasib delapan korban berstatus "hitam" menjadi dilema tersendiri. Tubuh mereka terhimpit oleh kolom-kolom besar di lantai dasar bangunan yang ambruk. Kondisi ini membuat proses evakuasi mereka menjadi sangat rumit dan berisiko tinggi.

Untuk memindahkan mereka, tim harus mengangkat beban setara empat lantai bangunan ke atas, sebuah tugas yang membutuhkan peralatan berat dan perhitungan struktural yang sangat matang. Karena kompleksitas ini, evakuasi korban "hitam" akan diprioritaskan setelah fase penyelamatan korban yang masih hidup selesai.

"Delapan belum bisa kami pindahkan karena torso, batang tubuhnya itu terhimpit di kolom. Sehingga kalau kami mau pindahkan ini kami harus angkat beban empat lantai ke atas. Nah, sehingga fase yang hitam ini akan kami prioritaskan setelah fase rescue selesai," jelas Emi. Keputusan ini diambil demi keselamatan tim dan efektivitas operasi.

Kehati-hatian Ekstra: Menjaga Keutuhan Tubuh Korban

Tim Basarnas juga sangat berhati-hati dalam setiap langkah evakuasi, terutama untuk menghindari kerusakan lanjutan pada tubuh korban. Setelah 24 jam pasca-kejadian, elastisitas tubuh manusia akan jauh berkurang, membuat proses penarikan atau pemindahan menjadi sangat rentan.

"Kalau kita intervensi dengan dekomposisi setelah 24 jam, maka elastisitas tubuh akan jauh berkurang. Kami harus khawatir pada saat kami melakukan intervensi dengan penarikan dan sebagainya akan terjadi rupture atau putus anggota tubuh," ucap Emi. Ini menunjukkan betapa profesional dan manusiawinya pendekatan tim penyelamat. Mereka tidak hanya berjuang menyelamatkan nyawa, tetapi juga menghormati martabat para korban.

Mengenang Tragedi: Kronologi Singkat Ambruknya Pesantren

Musibah ini terjadi pada Senin (29/9) sore, ketika gedung tiga lantai, termasuk musala di asrama putra Pondok Pesantren Al Khoziny, ambruk secara tiba-tiba. Bangunan tersebut diketahui masih dalam tahap pembangunan, namun sudah digunakan untuk aktivitas santri.

Saat kejadian nahas itu, ratusan santri sedang melaksanakan Salat Ashar berjemaah di gedung tersebut. Suara gemuruh dan jeritan seketika memenuhi area, mengubah suasana khusyuk menjadi kepanikan dan kepedihan. Banyak santri yang berhasil menyelamatkan diri, namun tidak sedikit pula yang terjebak di bawah reruntuhan.

Berdasarkan data sementara Kantor SAR Surabaya hingga Selasa (30/9) malam, total 102 orang santri menjadi korban dalam peristiwa ini. Dari jumlah tersebut, tiga orang dilaporkan meninggal dunia. Awalnya, diperkirakan masih ada sekitar 91 orang yang terjebak di reruntuhan. Namun, dengan deteksi 15 titik korban oleh Basarnas, fokus penyelamatan menjadi lebih terarah pada lokasi-lokasi spesifik ini. Angka 91 adalah estimasi awal, sedangkan 15 adalah konfirmasi titik keberadaan korban yang terdeteksi secara fisik.

Solidaritas dan Doa Mengalir Deras untuk Santri Al Khoziny

Tragedi ini tidak hanya menyisakan duka bagi keluarga korban dan komunitas pesantren, tetapi juga menggugah rasa solidaritas dari seluruh penjuru negeri. Doa-doa terus dipanjatkan, harapan-harapan terbaik disematkan untuk keselamatan para santri yang masih terjebak. Berbagai elemen masyarakat, relawan, dan pemerintah bahu-membahu memberikan dukungan, baik berupa tenaga, logistik, maupun dukungan moral.

Momen ini menjadi pengingat betapa rapuhnya kehidupan dan betapa pentingnya keselamatan dalam setiap pembangunan. Semoga operasi penyelamatan ini berjalan lancar, dan para korban yang masih berjuang dapat segera ditemukan dalam keadaan selamat. Sidoarjo dan seluruh Indonesia menanti kabar baik dari balik puing-puing Pondok Pesantren Al Khoziny.

Penulis: Arya N

Editor: Santika Reja

Terakhir disunting: Oktober 1, 2025

Promo Akad Nikah Makeup