NEWS TANGERANG– Kabar duka kembali menyelimuti Sidoarjo. Tragedi ambruknya gedung Pondok Pesantren Al Khoziny kini telah merenggut 20 nyawa, setelah tim SAR gabungan menemukan lebih banyak korban pada Sabtu (4/10) malam. Salah satu temuan terbaru bahkan berupa potongan tubuh, menambah pilu suasana pencarian.
Operasi penyelamatan yang memasuki hari keenam ini masih terus berpacu dengan waktu. Diperkirakan, setidaknya 43 santri dan pekerja masih terjebak di bawah reruntuhan bangunan tiga lantai tersebut, memicu kekhawatiran yang mendalam bagi keluarga dan seluruh masyarakat.
Pencarian Intensif, Korban Jiwa Terus Bertambah
Malam Minggu yang seharusnya tenang justru diwarnai kabar duka dari lokasi kejadian. Tim SAR berhasil mengevakuasi tiga jenazah baru, yang menambah panjang daftar korban meninggal dunia. Satu korban ditemukan di sektor A1, sementara dua lainnya dievakuasi dari sektor A3, area depan reruntuhan di sisi kiri dan kanan.
"Pukul 21.10 WIB satu korban berhasil diekstrikasi di sektor A1, Pukul 21.56 WIB di sektor A3 dan korban berikutnya dievakuasi 22.01 di sektor A3," jelas Kasubdit RPDO (Pengarahan dan Pengendalian Operasi) Bencana dan Kondisi Membahayakan Manusia (KMM) Basarnas, Emi Freezer, pada Sabtu malam.
Freezer juga mengoreksi informasi sebelumnya mengenai tiga korban yang ditemukan lebih awal. Ketiganya dievakuasi dari sektor A4, yakni gedung sisi belakang. Salah satu temuan paling memilukan adalah potongan kaki kanan, dari batas panggul hingga telapak kaki, yang ditemukan pada pukul 17.33 WIB di sektor A4.
Dengan penemuan-penemuan ini, total ada enam korban, termasuk satu potongan tubuh, yang berhasil dievakuasi pada hari keenam pencarian. Upaya tanpa henti ini menunjukkan dedikasi luar biasa dari tim penyelamat yang terus bekerja keras di tengah kondisi yang sangat menantang.
Tantangan Berat Tim SAR di Lapangan
Proses evakuasi dan pencarian korban di lokasi kejadian bukanlah tugas yang mudah. Tim gabungan, yang terdiri dari Basarnas, TNI, Polri, relawan, dan berbagai pihak lainnya, harus menghadapi tumpukan material bangunan yang berat dan tidak stabil. Risiko ambruk susulan menjadi ancaman nyata yang harus diwaspadai setiap saat.
Pembersihan puing-puing kini difokuskan pada sisi utara bangunan, terutama pada bagian yang tidak terintegrasi dengan struktur utama. Strategi ini diharapkan dapat mempercepat akses ke area yang diduga masih menyimpan korban. Alat berat terus dikerahkan untuk mengangkat material, sementara tim penyelamat manual menyisir setiap celah.
Medan yang sulit dan kondisi reruntuhan yang kompleks membutuhkan kehati-hatian ekstra. Setiap langkah harus diperhitungkan matang untuk memastikan keselamatan tim penyelamat sekaligus memaksimalkan peluang menemukan korban yang masih hidup. Suasana tegang dan penuh harap menyelimuti area pencarian.
Update Jumlah Korban: 122 Ditemukan, 43 Masih Hilang
Hingga Sabtu (4/10) malam pukul 21.10 WIB, data terbaru menunjukkan bahwa 122 orang telah berhasil ditemukan dari reruntuhan Pondok Pesantren Al Khoziny. Dari jumlah tersebut, 104 orang ditemukan dalam kondisi selamat, memberikan sedikit kelegaan di tengah duka.
Namun, kabar pilu datang dari jumlah korban meninggal dunia yang kini mencapai 20 orang, termasuk satu yang masih berupa potongan tubuh. Angka ini menjadi pengingat betapa dahsyatnya dampak tragedi ini. Sementara itu, harapan tipis masih menyertai pencarian 43 korban lainnya yang diperkirakan masih hilang.
Keluarga korban yang menunggu di posko darurat terus memanjatkan doa. Setiap informasi baru yang datang, baik itu kabar baik maupun buruk, diterima dengan hati yang berdebar. Tragedi ini bukan hanya merenggut nyawa, tetapi juga meninggalkan luka mendalam bagi banyak pihak.
Kronologi Tragedi Pilu di Ponpes Al Khoziny
Peristiwa nahas ini terjadi pada Senin (29/9) sore, ketika gedung tiga lantai yang juga berfungsi sebagai musala di asrama putra Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, tiba-tiba ambruk. Saat itu, ratusan santri diketahui sedang melaksanakan Salat Asar berjemaah di dalam gedung.
Fakta bahwa bangunan tersebut masih dalam tahap pembangunan menambah keprihatinan. Banyak pertanyaan muncul mengenai standar keamanan dan pengawasan proyek pembangunan ini. Insiden ini menjadi pengingat keras akan pentingnya keselamatan konstruksi, terutama di fasilitas publik seperti pondok pesantren.
Detik-detik ambruknya bangunan itu menjadi momen tragis yang tak terlupakan. Suara gemuruh, teriakan panik, dan kepulan debu tebal seketika menyelimuti area pesantren. Santri-santri yang selamat bergegas mencari pertolongan, sementara sebagian lainnya terjebak di bawah material bangunan.
Harapan dan Doa untuk Para Korban
Meskipun harapan untuk menemukan korban selamat semakin menipis seiring berjalannya waktu, tim SAR dan masyarakat tidak menyerah. Setiap usaha dilakukan dengan maksimal, didorong oleh semangat kemanusiaan dan doa dari seluruh penjuru negeri. Solidaritas ditunjukkan melalui bantuan logistik, medis, dan dukungan moral.
Tragedi Ponpes Al Khoziny ini menjadi pengingat bagi kita semua akan kerapuhan hidup dan pentingnya kewaspadaan. Semoga para korban meninggal dunia mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya, dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan. Bagi mereka yang masih dalam pencarian, semoga mukjizat datang menghampiri.
Pemerintah dan pihak terkait diharapkan dapat segera melakukan investigasi menyeluruh untuk mengetahui penyebab pasti ambruknya gedung ini. Langkah-langkah preventif harus segera diambil agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang, demi keselamatan generasi penerus bangsa.
Penulis: Arya N
Editor: Santika Reja
Terakhir disunting: Oktober 5, 2025