Seedbacklink affiliate

Tragedi Affan Kurniawan: Sebulan Berlalu, Keadilan Masih Jadi Misteri? Koalisi Sipil Menolak Lupa!

Massa aksi sipil berdemonstrasi di jalan, menyuarakan tuntutan keadilan dengan membawa spanduk.
Koalisi Masyarakat Sipil terus menyuarakan tuntutan keadilan, mengingatkan pemerintah akan perjuangan yang tak padam.
banner 120x600

NEWS TANGERANG– Satu bulan setelah tragedi memilukan yang merenggut nyawa Affan Kurniawan, Koalisi Masyarakat Sipil kembali turun ke jalan. Mereka menyalakan lilin, bukan hanya untuk mengenang, tapi juga untuk menuntut keadilan yang terasa masih jauh dan masih menjadi misteri. Aksi ini menjadi pengingat keras bagi pemerintah dan aparat penegak hukum.

Pada Selasa (30/9/2025), di Pejompongan, Jakarta Pusat—lokasi Affan dilindas mobil rantis Brimob Polda Metro Jaya—suara-suara lantang menuntut keadilan kembali menggema. Malam itu, ratusan lilin yang menyala seolah menjadi simbol harapan dan perjuangan yang tak akan padam.

Mengenang Tragedi di Pejompongan

Aksi peringatan satu bulan kematian Affan Kurniawan ini digelar dengan khidmat namun penuh semangat perlawanan. Para peserta berkumpul di titik Affan menghembuskan napas terakhir, mengubah lokasi kejadian menjadi panggung solidaritas dan perlawanan. Mereka membawa poster-poster berisi tuntutan dan pesan-pesan moral.

Suasana haru bercampur amarah tampak jelas di wajah para peserta aksi. Mereka berdiri teguh, menunjukkan bahwa insiden yang menimpa Affan bukanlah sekadar angka statistik, melainkan sebuah luka mendalam yang menuntut pertanggungjawaban dan perubahan nyata. Lilin-lilin kecil yang mereka pegang seolah memancarkan cahaya kebenaran di tengah kegelapan ketidakadilan.

Suara KontraS: Pemerintah Abai HAM dan Hukum?

Koordinator KontraS, Dimas Arya Bagus Saputra, dalam orasinya menegaskan bahwa aksi ini adalah bentuk peringatan. Ia menyoroti bahwa pemerintah masih abai dan belum serius dalam menegakkan hukum serta Hak Asasi Manusia (HAM) di negeri ini. Pernyataan ini sontak memicu sorakan setuju dari massa.

"Kita semua yang ada di sini adalah barisan yang menolak lupa bahwa pemerintah masih abai terhadap penegakan HAM, perlindungan HAM serta penegakan hukum yang sejati," ujar Dimas dengan nada tegas. Ia menambahkan bahwa keadilan sejati masih menjadi barang mahal bagi rakyat kecil.

Aksi simbolik ini juga digelar untuk mengingatkan publik dan pemerintah bahwa tindakan brutal aparat masih terus terjadi dan berulang. Mirisnya, insiden seperti yang menimpa Affan seolah menjadi siklus yang tak pernah putus, meninggalkan trauma dan ketidakpercayaan di tengah masyarakat. Ini adalah panggilan darurat bagi reformasi institusi keamanan.

Dimas melanjutkan, sampai saat ini pemerintah belum menunjukkan perubahan mendasar ataupun keberpihakannya kepada rakyat. Ia mengkritik bahwa banyak kebijakan negara yang justru diambil karena menguntungkan kelompok elit semata, mengabaikan kepentingan masyarakat luas. Ini menciptakan jurang ketidakpercayaan yang semakin dalam.

"Negara Cenderung Fasis dan Otoriter"

Lebih lanjut, Dimas Arya Bagus Saputra tak ragu melontarkan kritik pedas. "Tidak ada perubahan-perubahan mendasar dari perilaku negara. Bahkan cenderung kemudian mendorong pada negara yang fasis, otoriter," tuturnya, menggambarkan kondisi yang mengkhawatirkan. Pernyataan ini tentu saja memicu kekhawatiran serius tentang arah demokrasi di Indonesia.

Menurutnya, kecenderungan ini bukan hanya mengancam kebebasan sipil, tetapi juga merusak fondasi negara hukum yang seharusnya melindungi setiap warganya. Ketika aparat bertindak di luar batas, dan pemerintah terkesan membiarkan, maka pertanyaan besar muncul: untuk siapa negara ini berdiri?

"Jadi kami berkumpul di sini mengingatkan bahwa kami membawa panji-panji nilai-nilai demokrasi untuk terus menjadi elemen penguat," imbuhnya. Aksi ini adalah bukti bahwa masyarakat sipil tidak akan tinggal diam dan akan terus berjuang untuk menjaga nilai-nilai demokrasi dan HAM. Mereka adalah benteng terakhir keadilan.

Tuntutan Tegas: Hentikan Kekerasan Aparat!

Selain menyalakan lilin, para peserta aksi juga memegang poster berisikan sejumlah tuntutan. Salah satu tuntutan utama yang terpampang jelas adalah permintaan agar aparat menghentikan kekerasan dan penculikan terhadap masyarakat sipil. Ini adalah seruan mendesak yang harus didengar oleh setiap pemangku kebijakan.

Poster-poster tersebut juga menyuarakan desakan untuk mengusut tuntas kasus Affan Kurniawan dan menghukum pelaku sesuai hukum yang berlaku. Tidak hanya itu, mereka juga menuntut reformasi institusi kepolisian dan militer agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang. Keadilan harus ditegakkan tanpa pandang bulu.

Massa juga menyerukan agar pemerintah memberikan jaminan keamanan dan perlindungan bagi setiap warga negara, terutama mereka yang rentan. Mereka percaya bahwa keamanan bukan hanya milik segelintir orang, melainkan hak fundamental yang harus dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.

Siapa Affan Kurniawan? Kisah Pilu Ojol yang Tak Bersalah

Affan Kurniawan adalah nama yang kini menjadi simbol perjuangan. Ia merupakan seorang pengemudi ojek online yang tewas secara tragis dilindas mobil rantis Brimob. Insiden memilukan itu terjadi saat aksi demonstrasi pada 28 Agustus lalu, tepat satu bulan sebelum peringatan ini digelar.

Yang lebih menyayat hati, Affan sendiri saat itu sama sekali tidak mengikuti aksi demonstrasi. Ia hanyalah seorang pekerja keras yang sedang menjalankan pekerjaannya sebagai ojek online, mencari nafkah untuk keluarganya. Kematiannya adalah pengingat pahit tentang betapa rentannya nyawa warga sipil di tengah gejolak.

Kisah Affan adalah cerminan dari banyak warga sipil tak bersalah yang menjadi korban kekerasan aparat. Ia adalah representasi dari rakyat kecil yang seringkali terpinggirkan dan tak berdaya di hadapan kekuatan negara. Kematiannya bukan hanya kehilangan bagi keluarga, tetapi juga tamparan keras bagi keadilan.

Mengapa Kita Tak Boleh Lupa?

Aksi peringatan ini bukan sekadar ritual, melainkan sebuah deklarasi bahwa masyarakat sipil tidak akan pernah lupa. Mereka akan terus menjadi pengawas dan penyeimbang kekuasaan, memastikan bahwa setiap tindakan aparat dan kebijakan pemerintah selalu berada di jalur yang benar.

Kisah Affan Kurniawan harus menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Bahwa keadilan tidak akan datang dengan sendirinya, melainkan harus diperjuangkan dan dijaga bersama. Mari kita terus menyuarakan kebenaran, menuntut pertanggungjawaban, dan memastikan bahwa tidak ada lagi Affan-Affan lain yang menjadi korban.

Dengan terus menolak lupa, kita berharap agar tragedi seperti ini tidak lagi terulang. Semoga lilin-lilin yang menyala di Pejompongan menjadi penerang jalan bagi keadilan sejati di Indonesia, dan suara-suara yang menggema menjadi alarm bagi mereka yang abai terhadap HAM dan hukum. Perjuangan belum usai.

Penulis: Arya N

Editor: Santika Reja

Terakhir disunting: September 30, 2025

Promo Akad Nikah Makeup