NEWS TANGERANG– Sidoarjo sedang berduka. Sebuah musala di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, ambruk, meninggalkan luka mendalam bagi banyak pihak. Di tengah upaya evakuasi, Kepolisian Daerah Jawa Timur (Polda Jatim) mengeluarkan imbauan penting: warga diminta untuk tidak mendekati atau merusak Tempat Kejadian Perkara (TKP).
Peringatan ini bukan sekadar larangan biasa, melainkan demi kelancaran proses identifikasi korban yang sangat krusial. Kombes Polisi M Khusnan, Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Jatim, menjelaskan detail di balik imbauan tersebut pada Jumat (3/10). Ia menekankan betapa sensitifnya penanganan TKP bencana seperti ini.
Kenapa Warga Dilarang Dekati TKP? Ini Penjelasannya!
Setiap detail di lokasi kejadian sangatlah berharga. Menurut Khusnan, setiap jenazah, barang pribadi, bahkan posisi puing-puing di sekitar lokasi harus didokumentasikan dengan cermat. Semuanya akan difoto, diberi label khusus, lalu dimasukkan ke dalam kantong bukti.
Prosedur ini adalah fase awal identifikasi sesuai standar internasional Disaster Victim Identification (DVI). Proses DVI ini sangat ketat dan tidak boleh terganggu sedikit pun. Sedikit saja pergeseran atau kerusakan pada bukti bisa menghambat identifikasi korban, terutama mereka yang mungkin sulit dikenali.
Khusnan menjelaskan bahwa kebiasaan warga yang ingin tahu atau bahkan berniat membantu, kadang justru bisa merusak TKP. Kerumunan atau masuk ke area reruntuhan berpotensi menghilangkan atau menggeser bukti penting. Ini bisa mempersulit tim forensik dalam menyusun puzzle tragedi dan mengidentifikasi setiap korban secara akurat.
"Kalau nanti teman-teman tidak siarkan gerudukan (datang bersama) ke sana kan rusak itu orang TKP," ujar Khusnan, menyoroti antusiasme warga yang terkadang justru kontraproduktif. Ia menambahkan, "Kan banyak itu, kalau di Indonesia itu luar biasa. Sosialisnya luar biasa, sosialis semuanya." Ini menunjukkan dilema antara niat baik dan kebutuhan akan prosedur standar.
Setiap sidik jari, jejak kaki, hingga posisi puing-puing, semuanya adalah petunjuk berharga. Sedikit saja pergeseran bisa mengubah skenario dan mempersulit proses identifikasi yang sangat bergantung pada detail. Oleh karena itu, menjaga keaslian TKP adalah prioritas utama.
Garis Polisi Sudah Terpasang, Akses Terbatas!
Untuk memastikan keutuhan TKP, garis polisi sudah terpasang kokoh di sekitar lokasi musala yang ambruk. Garis ini bukan cuma pajangan, tapi pembatas krusial yang harus dipatuhi semua pihak. Fungsinya adalah membatasi akses dan menjaga agar tidak ada bukti yang hilang atau rusak.
Khusnan menegaskan bahwa hanya pihak berwenang yang punya izin khusus yang boleh masuk area TKP. Ini termasuk tim SAR, petugas kepolisian, tim medis, dan ahli forensik. Aturan ini harus dipatuhi demi kelancaran investigasi dan evakuasi yang sedang berlangsung.
Memasuki area terlarang tidak hanya berisiko merusak TKP, tetapi juga membahayakan keselamatan individu. Struktur bangunan yang tidak stabil setelah ambruk bisa saja menimbulkan bahaya susulan. Keselamatan semua pihak adalah prioritas utama dalam situasi darurat seperti ini.
Update Evakuasi: Korban Terus Bertambah!
Di balik imbauan penting ini, tim SAR gabungan terus berjibaku di lapangan. Mereka tak kenal lelah mengevakuasi korban yang masih terjebak di bawah reruntuhan bangunan Ponpes Al Khoziny. Operasi pencarian dan penyelamatan ini adalah perlombaan melawan waktu.
Kepala Kantor SAR Kelas A Surabaya, Nanang Sigit, yang bertindak sebagai SAR Mission Coordinator (SMC), memberikan update terbaru pada Jumat sore. Hari ini, lima orang tambahan berhasil dievakuasi dari reruntuhan. Ini menunjukkan intensitas dan kesulitan operasi yang dihadapi tim.
Dengan tambahan ini, total korban meninggal dunia yang sudah ditemukan mencapai 10 orang. Sementara itu, kabar baiknya, 103 korban berhasil ditemukan dalam kondisi selamat sebelumnya. Mereka telah mendapatkan penanganan medis dan dukungan psikologis yang diperlukan.
Namun, duka masih menyelimuti. Diperkirakan, sekitar 53 orang masih terjebak di balik puing-puing bangunan. Tim SAR harus menghadapi tantangan berat, mulai dari material bangunan yang berat dan tidak stabil, hingga kemungkinan adanya ruang sempit di bawah reruntuhan. Proses evakuasi sangat rumit dan berbahaya, membutuhkan kehati-hatian ekstra.
Duka Mendalam untuk Ponpes Al Khoziny
Tragedi ini tentu menjadi pukulan berat bagi Ponpes Al Khoziny dan seluruh masyarakat Sidoarjo. Proses identifikasi dan evakuasi masih terus berjalan, penuh tantangan dan emosi. Seluruh elemen masyarakat, dari pemerintah hingga warga, diharapkan bisa bekerja sama.
Mari kita dukung kerja keras tim di lapangan dengan mematuhi imbauan yang ada. Setiap tindakan kecil kita, seperti tidak mendekati TKP, bisa sangat membantu kelancaran operasi. Semoga semua korban segera ditemukan dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dalam menghadapi cobaan berat ini.
Doa terbaik untuk Ponpes Al Khoziny dan seluruh korban serta keluarga yang terdampak. Solidaritas dan kepatuhan terhadap prosedur adalah kunci untuk melewati masa sulit ini.
(antara/kid)
Penulis: Arya N
Editor: Santika Reja
Terakhir disunting: Oktober 3, 2025