Seedbacklink affiliate

Bukan Rem Blong! Terungkap Alasan Sebenarnya Bus Listrik Transjakarta Tabrak Toko, Bikin Kaget!

Bus listrik Transjakarta berwarna oranye melintas di jalan dengan jalur sepeda hijau.
Bus listrik Transjakarta yang sempat alami insiden kecelakaan di Setiabudi.
banner 120x600

NEWS TANGERANG– Insiden kecelakaan bus listrik Transjakarta pada 6 September lalu sempat bikin geger warga Jakarta. Sebuah bus Damri 240177 yang beroperasi untuk Transjakarta menabrak toko di Jalan Minangkabau, Setiabudi, Jakarta Selatan. Kejadian ini langsung jadi perbincangan hangat, apalagi setelah satu orang dilaporkan mengalami luka-luka.

Awalnya, banyak spekulasi beredar di masyarakat, menyebutkan bahwa kecelakaan ini disebabkan oleh rem blong. Isu ini tentu saja memicu kekhawatiran publik tentang keamanan bus listrik yang mulai banyak digunakan di Ibu Kota. Namun, pihak Transjakarta segera memberikan klarifikasi yang mengejutkan banyak pihak.

Awal Mula Insiden yang Bikin Geger

Kecelakaan itu terjadi di pagi hari, saat bus listrik Transjakarta tengah melayani rute seperti biasa. Tiba-tiba, bus kehilangan kendali dan berakhir menabrak sebuah toko di pinggir jalan. Pemandangan bus yang ringsek di bagian depan dan kerusakan pada toko sontak menarik perhatian warga sekitar.

Informasi awal yang simpang siur membuat publik bertanya-tanya. Apakah teknologi bus listrik ini belum sepenuhnya aman? Atau ada masalah lain yang lebih serius? Pertanyaan-pertanyaan ini segera dijawab oleh manajemen Transjakarta untuk meluruskan kesalahpahaman yang beredar.

Bukan Rem Blong, Lalu Apa Dong?

Direktur Utama PT Transportasi Jakarta (Transjakarta), Welfizon Yuza, dengan tegas membantah rumor rem blong. Ia memastikan bahwa sistem pengereman bus berfungsi dengan sangat baik saat kejadian. "Informasi yang beredar ada rem blong dan segala macam, kami pastikan itu tidak terjadi," kata Welfizon.

Pernyataan ini tentu saja melegakan, karena menepis kekhawatiran tentang masalah teknis pada armada bus listrik. Namun, jika bukan rem blong, lalu apa sebenarnya penyebab kecelakaan fatal ini? Transjakarta berjanji akan memberikan penjelasan lengkap berdasarkan hasil investigasi internal.

Bus Laik Jalan, Pramudi Fit to Work

Welfizon Yuza juga menambahkan bahwa bus listrik yang terlibat kecelakaan itu dinyatakan laik operasi. Artinya, semua komponen dan sistem bus sudah melewati pemeriksaan standar dan dinyatakan aman untuk digunakan di jalan raya. Kondisi armada ini dipastikan prima sebelum berangkat.

Tak hanya itu, pramudi atau sopir bus juga telah dinyatakan lulus tes "fit to work" pada pagi hari sebelum bertugas. Ini menunjukkan bahwa secara fisik dan mental, sopir dianggap siap untuk mengemudi. Dengan semua kondisi prima ini, penyebab kecelakaan semakin misterius di mata publik.

Terkuak! Biang Kerok Sebenarnya: Microsleep

Setelah melakukan investigasi mendalam dan meninjau rekaman CCTV dari dalam bus, akhirnya terungkap penyebab sebenarnya kecelakaan tersebut. Bukan masalah teknis bus, melainkan faktor manusia yang tak terduga: pramudi mengalami microsleep. Ini adalah kondisi di mana seseorang tertidur singkat tanpa disadari.

"Penyebabnya pada saat melalui U-Turn, pramudi mengalami microsleep," jelas Welfizon. Informasi ini tentu saja mengejutkan, mengingat pramudi yang mengendarai bus tersebut bukanlah orang baru. Ia memiliki masa kerja yang cukup lama, sekitar 8 tahun 10 bulan, dan berusia 44 tahun.

Detik-detik Kecelakaan Versi CCTV

Rekaman CCTV menunjukkan kronologi yang cukup jelas. Kecelakaan terjadi saat bus melalui lintasan putar balik atau U-Turn yang cukup tajam. Lintasan ini sifatnya sementara karena adanya pembangunan infrastruktur di sekitar lokasi, yang menyebabkan rute mengalami peralihan.

Saat bus melintasi U-Turn yang tajam itu, pramudi tiba-tiba mengalami microsleep. Akibatnya, bagian kiri bus menyerempet trotoar. Pramudi yang kaget langsung membanting setir ke kanan. Dalam kondisi panik, ia bermaksud menginjak rem, namun sayangnya malah menabrak pertokoan di sisi jalan.

Mengenal Lebih Dekat ‘Microsleep’: Musuh Tersembunyi Pengemudi

Insiden ini menjadi pengingat serius tentang bahaya microsleep, terutama bagi para pengemudi. Praktisi keselamatan berkendara sekaligus Senior Instructor Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), Sony Susmana, menjelaskan lebih lanjut tentang fenomena ini. "Microsleep adalah sebuah kondisi di mana otak pengemudi blank karena terlalu lelah akibat tidak beristirahat untuk refresh secara berkala," jelas Sony.

Bayangkan saja, kamu sedang mengemudi, dan tiba-tiba otakmu "mati" selama beberapa detik. Dalam kecepatan tinggi, beberapa detik saja bisa sangat fatal. Microsleep bisa terjadi kapan saja dan di mana saja, bahkan saat mata kita terbuka. Ini adalah respons alami tubuh terhadap kelelahan ekstrem yang seringkali tidak disadari oleh pengemudi itu sendiri.

Tanda-tanda dan Cara Mencegah Microsleep

Penting untuk mengenali tanda-tanda microsleep agar bisa dicegah sebelum terlambat. Beberapa tanda umum meliputi mata terasa berat dan sering berkedip, sulit fokus pada jalan, sering menguap, kepala terasa pusing, atau bahkan melamun saat mengemudi. Jika kamu merasakan salah satu tanda ini, itu adalah sinyal bahaya.

Untuk mencegah microsleep, istirahat yang cukup adalah kunci utama. Pastikan kamu tidur 7-8 jam sebelum mengemudi jarak jauh. Jika perjalanan panjang, rencanakan untuk berhenti setiap 2-3 jam sekali untuk meregangkan badan, minum kopi, atau sekadar menghirup udara segar. Hindari mengemudi saat merasa sangat lelah atau setelah mengonsumsi obat yang menyebabkan kantuk. Mengajak teman ngobrol juga bisa membantu menjaga konsentrasi.

Pelajaran Penting dari Insiden Ini

Kecelakaan bus listrik Transjakarta ini memberikan pelajaran berharga bagi kita semua, terutama bagi para pengemudi profesional maupun pribadi. Meskipun kendaraan sudah canggih dan laik jalan, faktor manusia tetap menjadi penentu utama keselamatan di jalan raya. Kelelahan adalah musuh tersembunyi yang bisa berakibat fatal.

Manajemen Transjakarta sendiri diharapkan bisa lebih meningkatkan pengawasan terhadap jam kerja dan kondisi pramudi. Rotasi kerja yang sehat, waktu istirahat yang cukup, serta edukasi berkelanjutan tentang bahaya microsleep menjadi sangat krusial. Mari kita jadikan insiden ini sebagai pengingat untuk selalu memprioritaskan keselamatan, baik sebagai pengemudi maupun penumpang.

Penulis: Farah Novianti

Editor: Santika Reja

Terakhir disunting: September 24, 2025

Promo Akad Nikah Makeup