Seedbacklink affiliate

Ekspor Komponen Otomotif RI Makin Gacor! Target Rp 115 Triliun, Ini Rahasianya!

Grafik perkembangan ekspor dan impor Indonesia Juli 2021-Juli 2022 dari BPS.
Data BPS menunjukkan tren positif ekspor Indonesia, dukung optimisme GIAMM.
banner 120x600

NEWS TANGERANG– Industri komponen otomotif Indonesia lagi "gaspol" banget, Sobat NewsTangerang! Gabungan Industri Alat-alat Mobil dan Motor (GIAMM) optimis ekspor komponen kendaraan bermotor buatan lokal bisa tembus angka fantastis. Mereka memprediksi kinerja ekspor tahun ini mencapai US$ 7 miliar atau setara Rp 115 triliun.

Angka ini bukan kaleng-kaleng, lho. Meski penuh tantangan global seperti inflasi, ketidakpastian ekonomi, hingga isu geopolitik, GIAMM yakin target tersebut sangat realistis dan bisa dicapai dengan strategi jitu. Ini bukti nyata kalau industri kita punya taring di pasar dunia.

Ekspor Stabil, Tujuan Mendunia

Rachmat Basuki, Sekretaris Jenderal GIAMM, menjelaskan bahwa kinerja ekspor komponen kendaraan bermotor di Indonesia menunjukkan tren yang cenderung stabil. Bahkan, jika dibandingkan tahun sebelumnya, ada potensi kenaikan yang signifikan.

"Kalau proyeksi saya mirip tahun lalu, sekitar US$ 7 miliar (Rp 115 triliun). Mungkin kalau dilihat tren-nya bahkan naik sekitar 6 persen (year on year) kalau semua komponen kita ikutin dari tahun ke tahun," ujar Rachmat Basuki dalam sebuah forum diskusi di Tanah Abang, Jakarta Pusat. Angka 6 persen itu, bikin melongo, kan?

Destinasi ekspornya juga nggak main-main, Sobat NewsTangerang. Mulai dari negara tetangga seperti Malaysia, hingga raksasa ekonomi seperti Jepang dan Amerika Serikat (AS), semua jadi tujuan pasar komponen kita. Ini menunjukkan kualitas produk Indonesia sudah diakui secara global.

Setengah Tahun Sudah Tembus Rp 50 Triliun!

Kinerja ekspor komponen otomotif hingga semester pertama tahun ini sudah mencapai US$ 3 miliar atau sekitar Rp 50 triliun. Ini adalah pencapaian yang membanggakan dan menjadi fondasi kuat untuk mencapai target akhir tahun.

Basuki menambahkan, di tengah kondisi pasar otomotif nasional yang sedang lesu darah, sektor ekspor memang jadi penyelamat. Ibaratnya, industri ini "menggantungkan hidup" ke pasar luar negeri untuk tetap bernapas dan menjaga stabilitas.

"Di tengah kondisi sulit ini, untuk menjaga kapasitas produksi dan maintain tenaga kerja, akhirnya kami menggenjot ekspor," tuturnya. Strategi yang mantap bos, demi menjaga roda ekonomi tetap berputar dan mencegah PHK massal.

Jaringan Global Jadi Kunci Sukses

Namun, ada catatan penting nih, Sobat NewsTangerang. Rachmat Basuki mengungkapkan bahwa perusahaan yang berhasil menggenjot ekspor kebanyakan adalah mereka yang punya jaringan kuat di kancah internasional.

"Cuma memang yang ekspor itu kebanyakan perusahaan yang punya network. Misalnya perusahaan komponen yang joint venture dengan Jepang atau China," jelasnya. Kemitraan strategis ini membuka pintu ke pasar global yang lebih luas dan stabil.

Sayangnya, perusahaan lokal murni masih agak kesulitan menembus pasar global tanpa jaringan yang kuat. Ini menjadi PR besar buat kita semua untuk memberdayakan dan membantu perusahaan lokal agar bisa bersaing di level internasional.

Indonesia Vs. Thailand: Ada Apa Gerangan?

Basuki juga membandingkan kondisi industri komponen Indonesia dengan Thailand, yang sering disebut sebagai "Detroit Asia Tenggara". Tahun lalu, produksi komponen di Indonesia hanya sekitar 1,1 jutaan unit, sedangkan Thailand sudah mencapai 1,4 jutaan unit. Gak habis pikir, kan?

Meskipun begitu, penjualan komponen di dalam negeri kita masih lebih baik. "Kalau sales, Thailand tahun lalu capai 572 ribuan, sedangkan Indonesia 865 ribuan," kata Basuki. Ini menunjukkan potensi pasar domestik kita yang besar dan masih bisa digarap lebih dalam.

Tapi, secara kapasitas produksi jangka panjang, Thailand memang unggul. Rata-rata produksi komponen kendaraan bermotor di Thailand selama 10 tahun terakhir bisa mencapai 2 jutaan unit, sementara Indonesia hanya di angka 1,2 juta unit. Ngerinya, Thailand punya 2.800 pemasok, sedangkan kita cuma ada 1.550 pemasok. Ini PR lagi, Sobat NewsTangerang, untuk meningkatkan ekosistem industri dan jumlah pemasok kita.

Mobil Listrik CBU Bikin Pusing Tujuh Keliling?

Situasi pasar otomotif Indonesia belakangan ini memang kurang "menguntungkan" bagi industri komponen kendaraan lokal. Pasalnya, kebijakan yang mempermudah masuknya mobil listrik CBU (completely built up) atau impor utuh ke Tanah Air, jadi tantangan tersendiri.

Kenapa begitu? Karena produsen mobil listrik impor tersebut otomatis tidak membutuhkan komponen dari dalam negeri. So sad, kan? Ini bisa jadi ancaman serius bagi keberlangsungan industri komponen lokal jika tidak ada strategi yang tepat dari pemerintah dan pelaku industri.

Dampak jangka panjangnya bisa mengurangi permintaan komponen lokal, menghambat investasi, dan bahkan mengancam lapangan kerja. Oleh karena itu, perlu ada keseimbangan antara mendorong adopsi mobil listrik dan melindungi industri dalam negeri.

Tantangan dan Harapan ke Depan

Meski ekspor komponen otomotif kita lagi "gacor", tantangan di depan mata juga nggak kalah berat. Selain serbuan mobil listrik CBU, persaingan global yang makin ketat, serta kebutuhan untuk terus berinovasi menjadi PR utama. Industri harus adaptif dan terus meningkatkan kualitas serta efisiensi.

GIAMM berharap pemerintah bisa memberikan dukungan lebih, terutama bagi perusahaan komponen lokal agar bisa bersaing di pasar global. Ini bisa berupa insentif, kemudahan akses pembiayaan, atau program peningkatan kapasitas.

Dengan begitu, target Rp 115 triliun bukan cuma angka di atas kertas, tapi jadi bukti nyata kekuatan dan resiliensi industri otomotif Indonesia. Mari kita doakan dan dukung terus, Sobat NewsTangerang, agar industri kita makin maju dan mendunia!

Penulis: Farah Novianti

Editor: Santika Reja

Terakhir disunting: September 29, 2025

Promo Akad Nikah Makeup