NEWS TANGERANG– Kabar kurang mengenakkan datang dari salah satu raksasa energi global, Shell. Perusahaan ini tidak membantah adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan, atau setidaknya penyesuaian operasional yang membuat sebagian pekerja dirumahkan. Hal ini terjadi imbas dari kosongnya stok bahan bakar minyak (BBM) jenis bensin di beberapa SPBU mereka.
Situasi ini tentu saja memicu kekhawatiran, tidak hanya bagi karyawan Shell, tetapi juga bagi para pelanggan setia dan masyarakat luas. Bagaimana tidak, SPBU Shell yang biasanya ramai kini menghadapi tantangan serius terkait ketersediaan produk utama mereka. Ini bukan sekadar masalah antrean panjang, melainkan indikasi adanya masalah yang lebih dalam.
Shell Lakukan Penyesuaian Operasional: Dari Jam Kerja Hingga Karyawan
President Director and Managing Director Mobility Shell Indonesia, Ingrid Siburian, angkat bicara terkait isu ini. Ia mengonfirmasi bahwa Shell memang melakukan penyesuaian kegiatan operasional di jaringan SPBU mereka. Penyesuaian ini berlaku selama produk BBM jenis bensin tidak tersedia secara lengkap.
Penyesuaian tersebut meliputi perubahan jam operasional dan tim yang bertugas melayani pelanggan. Ini berarti, beberapa SPBU Shell mungkin tidak beroperasi seperti biasa, dan sejumlah karyawan terpaksa dirumahkan atau mengalami perubahan jadwal kerja yang signifikan. Sebuah langkah sulit yang harus diambil perusahaan di tengah kondisi sulit.
Meskipun demikian, Ingrid menegaskan bahwa SPBU Shell tetap berupaya melayani pelanggan dengan produk BBM yang masih tersedia. Selain itu, layanan non-BBM seperti Shell Select, Shell Recharge, bengkel, dan pelumas Shell tetap beroperasi normal. Jadi, bagi kamu yang butuh layanan lain di SPBU Shell, masih bisa datang.
Jenis BBM Apa Saja yang Hilang dari Peredaran?
Saat ini, beberapa jenis produk bahan bakar minyak (BBM) bensin Shell memang tidak tersedia di sejumlah SPBU Shell. Jenis BBM yang dimaksud adalah Shell Super, Shell V-Power, dan Shell V-Power Nitro+. Ketiga jenis BBM premium ini tidak dapat ditemukan hingga pemberitahuan lebih lanjut.
Kondisi ini tentu saja membuat banyak pengendara kebingungan dan harus mencari alternatif lain. Bayangkan saja, jika kamu sudah terbiasa mengisi BBM di Shell dengan kualitas tertentu, tiba-tiba produk favoritmu tidak ada. Ini jelas merepotkan dan mengganggu rutinitas harian.
Shell Indonesia sendiri menyatakan bahwa mereka senantiasa berupaya memastikan kelancaran pendistribusian dan penyediaan produk BBM. Mereka juga terus berkoordinasi dengan berbagai pemangku kepentingan terkait agar produk BBM jenis bensin dapat tersedia kembali secepatnya. Semoga saja upaya ini segera membuahkan hasil positif.
Kekosongan BBM di SPBU Swasta: Bukan Hanya Shell
Masalah kekosongan BBM ini ternyata tidak hanya menimpa Shell. Beberapa waktu belakangan, sejumlah SPBU swasta lainnya juga mengalami hal serupa. Ini mengindikasikan bahwa masalahnya lebih luas dari sekadar satu perusahaan saja, melainkan menyangkut pasokan BBM secara keseluruhan di sektor swasta.
Kekosongan ini disinyalir terjadi karena SPBU swasta sudah mulai kehabisan stok. Situasi ini tentu saja menimbulkan pertanyaan besar: mengapa bisa terjadi kekosongan stok di tengah kebutuhan masyarakat yang tinggi? Apakah ada masalah dalam rantai pasok atau regulasi?
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, turut buka suara menanggapi isu ini. Ia membantah keras tudingan bahwa pemerintah tidak memberikan izin impor BBM kepada operator SPBU swasta. Menurutnya, masalah ini bisa diselesaikan dengan kolaborasi.
Solusi dari Pemerintah: Kolaborasi dengan Pertamina
Bahlil menyarankan agar operator SPBU swasta yang mengalami kekurangan stok bisa berkolaborasi dengan Pertamina. Menurutnya, ini adalah langkah yang tepat mengingat BBM merupakan hajat hidup orang banyak dan menyangkut cabang-cabang industri vital. Kontrol negara tetap harus ada untuk menjaga stabilitas.
"Kalau masih ada kekurangan, kita minta untuk melakukan kolaborasi dengan Pertamina," kata Bahlil. Ia menambahkan bahwa rapat koordinasi dengan Pertamina dan jajarannya sudah dilakukan untuk membahas solusi ini. Tim khusus juga sudah dibentuk untuk memantau perkembangan terakhir.
Ide kolaborasi ini diharapkan dapat menjadi jalan keluar sementara bagi SPBU swasta yang kesulitan mendapatkan pasokan. Dengan begitu, ketersediaan BBM di pasaran bisa tetap terjaga dan masyarakat tidak terlalu terdampak oleh kelangkaan ini. Namun, apakah kolaborasi ini akan berjalan mulus? Waktu yang akan menjawab.
Kuota Impor Ditingkatkan, Bukan Dikurangi!
Menteri Bahlil juga menegaskan bahwa badan usaha penyedia bahan bakar swasta sudah diberikan alokasi impor yang lebih banyak dari tahun sebelumnya. Ini membantah spekulasi yang menyebutkan bahwa pemerintah membatasi kuota impor BBM bagi SPBU swasta. Justru sebaliknya, kuota impor malah ditingkatkan.
"SPBU swasta itu sudah diberikan kuota impor 110 persen dibandingkan 2024," ungkap Bahlil. Ini berarti, jika pada tahun sebelumnya sebuah perusahaan mendapat kuota 1 juta kiloliter, di tahun ini mereka mendapatkan 1,1 juta kiloliter. Angka ini menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan.
Dengan data ini, Bahlil menegaskan bahwa sangat tidak tepat jika dikatakan kuota impor tidak diberikan. Peningkatan kuota ini seharusnya cukup untuk memenuhi kebutuhan, sehingga kekosongan stok menjadi pertanyaan besar yang perlu diinvestigasi lebih lanjut. Apakah ada masalah di sisi distribusi atau penyerapan kuota?
Dampak pada Konsumen dan Perekonomian
Kekosongan BBM, apalagi di SPBU swasta yang menjadi pilihan banyak orang, tentu memiliki dampak berantai. Bagi konsumen, ini berarti harus mencari SPBU lain, mengantre lebih lama, atau bahkan terpaksa menggunakan transportasi alternatif. Ini jelas menambah beban dan waktu yang terbuang.
Secara lebih luas, kelangkaan BBM bisa menghambat aktivitas ekonomi. Sektor transportasi, logistik, hingga industri kecil yang bergantung pada pasokan BBM bisa terganggu. Jika masalah ini berlarut-larut, bukan tidak mungkin akan ada dampak negatif yang lebih besar pada perekonomian nasional.
Pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan perlu segera mencari solusi jangka panjang untuk memastikan pasokan BBM tetap stabil. Kolaborasi, transparansi, dan efisiensi dalam rantai pasok adalah kunci. Jangan sampai masyarakat terus-menerus dihadapkan pada situasi yang bikin pusing seperti ini.
Penulis: Farah Novianti
Editor: Santika Reja
Terakhir disunting: September 17, 2025