NEWS TANGERANG– Kabar kurang mengenakkan datang bagi para pengguna setia BBM Shell Super di wilayah Jabodetabek. Pasalnya, stok bahan bakar jenis ini dilaporkan menipis drastis, bahkan nyaris habis di beberapa titik. Situasi ini tentu saja memicu kekhawatiran, terutama bagi mereka yang mengandalkan Shell Super untuk mobilitas sehari-hari.
Kelangkaan Shell Super: Sebuah Fenomena yang Mengkhawatirkan
Per 24 September lalu, kondisi ketersediaan Shell Super di Jakarta sangat memprihatinkan. Dari sekian banyak SPBU Shell, hanya tersisa tiga lokasi saja yang masih menyediakan BBM jenis ini. Bayangkan betapa sulitnya mencari bahan bakar favoritmu di tengah padatnya aktivitas ibu kota.
Tak hanya Jakarta, kelangkaan ini juga melanda daerah penyangga lainnya. Di Depok, stok Shell Super bahkan sudah kosong melompong selama beberapa hari terakhir. Sementara itu, di Bekasi, hanya ada satu SPBU Shell Mangunjaya-1 yang masih menjual Shell Super, membuat pengendara harus berburu ekstra keras.
Situasi serupa juga terjadi di Tangerang dan Bogor. Di Tangerang, hanya dua SPBU Shell yang masih memiliki stok, dan di Bogor, hanya tersisa dua SPBU yang menjual Shell Super pagi itu. Kondisi ini jelas membuat para pengendara, terutama anak muda yang aktif dengan kendaraan pribadi, pusing tujuh keliling.
Kelangkaan ini bukan sekadar isu kecil, melainkan masalah yang bisa mengganggu rutinitas harian. Dari berangkat kuliah, bekerja, hingga sekadar nongkrong bareng teman, semuanya butuh bahan bakar. Ketika stok menipis, perencanaan perjalanan jadi lebih rumit dan waktu terbuang percuma untuk mencari SPBU yang masih tersedia.
Mengapa Ini Terjadi? Menelisik Akar Masalah Pasokan
Meskipun artikel asli tidak merinci secara gamblang penyebab utama kelangkaan ini, namun indikasi masalah pasokan menjadi sangat kuat. Terkadang, kendala bisa muncul dari berbagai sisi, mulai dari proses impor, distribusi, hingga masalah internal perusahaan. Apapun alasannya, dampaknya langsung dirasakan oleh konsumen.
Dalam situasi seperti ini, peran pihak-pihak terkait menjadi sangat krusial untuk mencari solusi. Kelangkaan BBM, terutama di wilayah metropolitan seperti Jabodetabek, bisa memicu efek domino yang lebih luas jika tidak segera ditangani. Oleh karena itu, langkah cepat dan tepat sangat dibutuhkan untuk menormalkan kembali pasokan.
Solusi Jitu dari Pertamina: "Air Panas" Bukan "Teh"!
Di tengah kelangkaan yang bikin panik, secercah harapan muncul dari Pertamina. Kabarnya, Shell sudah setuju untuk membeli BBM murni atau "base fuel" dari Pertamina. Ini adalah langkah strategis yang diharapkan bisa mengatasi masalah pasokan yang ada.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menjelaskan analogi menarik terkait kesepakatan ini. Awalnya, Pertamina menawarkan untuk menjual BBM yang sudah jadi, seperti "teh" yang sudah diracik. Namun, Shell meminta "air panas" saja, yang berarti mereka ingin membeli produk dasar yang belum dicampur aditif. Nantinya, Shell akan mencampur aditif sendiri di tangki SPBU masing-masing.
Kesepakatan ini menjadi solusi yang cukup elegan. Dengan membeli base fuel dari Pertamina, Shell bisa memastikan ketersediaan pasokan dasar, sementara tetap mempertahankan formulasi aditif khas mereka. Ini menunjukkan adanya kolaborasi antar perusahaan untuk kepentingan konsumen, sebuah langkah positif di tengah persaingan pasar.
Kargo Base Fuel Tiba: Harapan Baru untuk Ketersediaan BBM
Kabar baik lainnya, Pertamina Patra Niaga telah memastikan bahwa kargo base fuel yang dibutuhkan sudah tiba di Jakarta. Bahan bakar ini telah memenuhi spesifikasi yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas), jadi kualitasnya terjamin.
Pertamina Patra Niaga juga telah mengadakan dua pertemuan penting dengan berbagai badan usaha (BU) swasta lainnya, termasuk Vivo, AKR, Exxon, BP, dan Shell. Pertemuan pertama pada 19 September lalu menghasilkan kesepakatan awal, di mana BU swasta menyatakan kesediaan mereka untuk membeli base fuel dari Pertamina.
Dalam pertemuan tersebut, disepakati pula mekanisme harga secara "open book" dan pelibatan pihak independen (join surveyor) untuk memastikan transparansi dan kualitas produk. Ini adalah langkah penting untuk membangun kepercayaan dan menjamin pasokan yang stabil. Pada pertemuan kedua, 23 September, semua BU swasta hadir dan berkomitmen untuk segera menyampaikan kebutuhan kuota tambahan mereka, meskipun beberapa masih perlu koordinasi dengan kantor pusat global.
Apa Artinya Bagi Pengendara di Jabodetabek?
Dengan adanya kesepakatan dan kedatangan kargo base fuel ini, ada harapan besar bahwa ketersediaan Shell Super akan segera membaik. Namun, perlu diingat bahwa proses distribusi dan pengisian ulang ke SPBU membutuhkan waktu. Jadi, jangan berharap semua SPBU langsung penuh dalam semalam.
Untuk saat ini, para pengendara disarankan untuk tetap memantau informasi terbaru dari sumber resmi, seperti aplikasi atau situs web Shell Indonesia. Ini akan membantu kamu mengetahui SPBU mana saja yang sudah terisi kembali. Selalu rencanakan perjalananmu dan siapkan alternatif jika stok di SPBU tujuan masih kosong.
Mungkin ini juga saatnya untuk mencoba jenis BBM lain jika memang terpaksa, atau mempertimbangkan SPBU lain yang masih memiliki stok. Fleksibilitas adalah kunci di tengah situasi yang masih dinamis ini.
Menanti Normalisasi Pasokan dan Masa Depan Kompetisi BBM
Normalisasi pasokan Shell Super di Jabodetabek tentu menjadi prioritas utama. Kedatangan kargo base fuel dan kesepakatan dengan Pertamina adalah langkah awal yang sangat positif. Kita semua berharap agar dalam waktu dekat, antrean panjang dan kekhawatiran mencari BBM bisa segera berakhir.
Situasi ini juga memberikan pelajaran penting tentang pentingnya diversifikasi sumber pasokan dan kolaborasi antar pelaku industri. Di masa depan, mungkin kita akan melihat model kerja sama yang lebih erat antara perusahaan migas swasta dan BUMN seperti Pertamina untuk menjaga stabilitas pasokan energi nasional. Ini demi kenyamanan dan kelancaran aktivitas seluruh masyarakat Indonesia, terutama generasi muda yang sangat bergantung pada mobilitas.
Penulis: Farah Novianti
Editor: Santika Reja
Terakhir disunting: September 25, 2025