Seedbacklink affiliate

Geger! China Ciptakan Fitur ‘Eject’ Baterai Mobil Listrik Saat Kebakaran, Solusi Revolusioner atau Malah Bencana di Jalan?

Ilustrasi detail baterai mobil listrik, memperlihatkan susunan sel dan sistem pendingin.
Baterai mobil listrik: Inovasi untuk meminimalkan risiko kebakaran.
banner 120x600

NEWS TANGERANG– Kebakaran pada mobil listrik memang masih jadi mimpi buruk bagi pemilik dan produsen kendaraan berbasis baterai (BEV). Bayangkan saja, api yang muncul dari baterai ini sangat sulit dipadamkan dengan alat pemadam biasa. Belum lagi asap beracun yang bisa membahayakan siapa saja yang menghirupnya.

Makanya, banyak perusahaan di seluruh dunia mati-matian mengembangkan teknologi pengaman untuk meminimalkan risiko kebakaran ini. Mulai dari inovasi pada teknologi baterai itu sendiri hingga alat pemadam api khusus yang lebih canggih. Tapi, apa yang dilakukan sebuah badan riset di China ini benar-benar bikin geleng-geleng kepala dan langsung memicu kontroversi panas.

Ide "Gila" dari China: Baterai Bisa Dilontarkan!

Sebuah badan di China muncul dengan ide yang bisa dibilang "gila": mereka menciptakan sistem yang bisa melempar baterai mobil listrik ke salah satu sisi kendaraan. Mekanisme ini mirip banget sama fungsi kursi lontar pilot pesawat jet tempur, lho! Tujuannya jelas, untuk menyelamatkan penumpang dari kobaran api yang tak terkendali.

Namun, ide ini langsung jadi bahan perdebatan sengit. Memang sih, penumpang mobil bisa selamat, tapi bagaimana dengan pengguna jalan lain? Baterai mobil listrik itu berat dan ukurannya lumayan besar. Kalau sampai terlontar di jalan raya, bisa-bisa malah mencederai orang lain atau menyebabkan kecelakaan beruntun.

Ketika Inovasi Bertemu Dilema Etika

Video ujicoba sistem pelontar baterai ini langsung viral di media sosial X (dulu Twitter) dan memicu berbagai reaksi. Banyak netizen yang terheran-heran dan melontarkan kritik pedas. "Mereka mau membunuh pejalan kaki, dibanding membuat menghindari risiko mobilnya sendiri rusak (karena terbakar)," tulis seorang netizen, menyuarakan kekhawatiran yang sama.

Netizen lain bahkan lebih ekstrem. "Tak diragukan lagi, akan membunuh anak-anak yang berjalan di trotoar," komentarnya. Jelas sekali, kekhawatiran utama adalah potensi bahaya yang ditimbulkan baterai yang terlontar secara tiba-tiba ke lingkungan sekitar. Ini bukan sekadar masalah teknis, tapi sudah masuk ke ranah etika keselamatan publik.

Bagaimana Sistem "Eject" Baterai Ini Bekerja?

Dikutip dari News.com.au, ujicoba pelontar baterai ini dilakukan oleh China Vehicle Collision Repair Technical and Research Centre. Menurut salah seorang yang memposting video tersebut, sistem ini dirancang agar baterai terlempar keluar dari mobil hanya pada kondisi tertentu yang sangat kritis.

Lebih lanjut, Carscoop menjelaskan bahwa teknologi pelontar baterai ini bekerja mirip seperti airbag. Jika sensor mendeteksi adanya panas pada suhu tertentu dalam paket baterai, sistem akan secara otomatis memicu proses pelontaran baterai. Tujuannya adalah untuk memisahkan sumber api dari kabin penumpang secepat mungkin.

Jarak Lontaran dan Potensi Bahaya

Dalam ujicoba, baterai bisa terlempar sejauh 3 hingga 6 meter dari kendaraan. Jarak ini memang cukup jauh untuk melindungi penumpang mobil dari potensi kebakaran yang mematikan. Namun, di sisi lain, jarak lontaran ini juga berarti baterai bisa dengan mudah mengenai kendaraan lain, pejalan kaki, atau bahkan bangunan di sekitar lokasi kejadian.

Bayangkan saja, sebuah benda berat dan panas meluncur dengan kecepatan tinggi di tengah keramaian. Potensi kerusakan dan cedera yang ditimbulkan tentu tidak main-main. Ini adalah sebuah pertaruhan besar antara keselamatan di dalam mobil dan keselamatan di luar mobil.

Mobil yang Digunakan dan Bantahan dari iCar

Mobil yang digunakan dalam ujicoba kontroversial ini adalah iCar 03T. iCar sendiri merupakan perusahaan yang berada di bawah payung raksasa otomotif Chery. Namun, setelah video ini viral, iCar buru-buru membantah keterlibatan mereka dalam rangkaian ujicoba tersebut.

Melalui akun media sosial resminya, iCar menegaskan, "Ini tidak ada hubungannya dengan iCar, tolong berpikir rasional." Bantahan ini menambah misteri di balik pengembangan teknologi ekstrem ini. Apakah ini proyek independen, atau ada alasan lain di balik penyangkalan tersebut?

Mengapa Kebakaran Baterai EV Sangat Berbahaya?

Untuk memahami mengapa inovasi ekstrem seperti ini muncul, kita perlu tahu lebih dalam tentang bahaya kebakaran baterai EV. Pertama, api yang berasal dari baterai lithium-ion sangat sulit dipadamkan karena proses yang disebut "thermal runaway." Ini adalah reaksi berantai di mana panas yang dihasilkan oleh satu sel baterai memicu sel lain untuk ikut terbakar, menciptakan api yang sangat intens dan sulit dikontrol.

Kedua, asap yang keluar dari pembakaran baterai EV sangat berbahaya. Asap ini mengandung berbagai zat kimia beracun yang bisa menyebabkan masalah pernapasan serius atau bahkan kematian jika terhirup dalam jumlah banyak. Oleh karena itu, memisahkan sumber api dari penumpang adalah prioritas utama dalam desain keselamatan EV.

Inovasi Lain untuk Keselamatan EV

Tentu saja, sistem pelontar baterai ini bukan satu-satunya inovasi untuk mengatasi masalah kebakaran EV. Banyak perusahaan lain fokus pada pencegahan dan penanganan yang lebih konvensional. Misalnya, pengembangan baterai solid-state yang diklaim lebih stabil dan tidak mudah terbakar. Ada juga sistem pendingin baterai yang lebih canggih untuk mencegah thermal runaway.

Selain itu, industri otomotif juga terus berinovasi dalam sistem pemadam kebakaran otomatis yang terintegrasi di dalam kendaraan. Tujuannya adalah mendeteksi dan memadamkan api sedini mungkin sebelum menyebar dan menjadi tak terkendali. Semua upaya ini menunjukkan betapa seriusnya industri dalam memastikan keselamatan kendaraan listrik.

Masa Depan Teknologi "Eject" Baterai: Akankah Diterima?

Meskipun sistem pelontar baterai ini menawarkan solusi cepat untuk menyelamatkan penumpang, tantangan etika dan regulasi yang dihadapinya sangat besar. Sulit membayangkan teknologi ini akan diterima secara luas tanpa adanya solusi konkret untuk melindungi pihak ketiga. Regulasi keselamatan jalan raya di banyak negara sangat ketat, dan fitur yang berpotensi membahayakan pejalan kaki atau pengendara lain pasti akan ditolak mentah-mentah.

Mungkin, jika ada mekanisme yang bisa memastikan baterai terlontar ke area yang aman (misalnya, hanya di jalan tol yang sepi atau area khusus), ide ini bisa dipertimbangkan. Namun, dalam kondisi lalu lintas padat atau di perkotaan, risiko yang ditimbulkan terlalu besar. Inovasi memang penting, tapi keselamatan publik harus selalu jadi prioritas utama.

Jadi, apakah sistem pelontar baterai ini adalah solusi revolusioner atau malah bencana yang tertunda? Sepertinya, untuk saat ini, dilema etika dan potensi bahaya yang ditimbulkannya masih jauh lebih besar daripada manfaatnya. Kita tunggu saja, inovasi apa lagi yang akan muncul di dunia otomotif listrik yang penuh kejutan ini.

Penulis: Farah Novianti

Editor: Santika Reja

Terakhir disunting: September 24, 2025

Promo Akad Nikah Makeup