NEWS TANGERANG– Media sosial mendadak heboh dan riuh rendah. Sebuah video yang menampilkan sedan mewah Mercedes-Benz (Mercy) beraksi ugal-ugalan di jalan raya menjadi viral. Yang bikin mata melotot, mobil Mercy tersebut terlihat jelas menggunakan pelat nomor dinas TNI, seolah-olah pengemudinya adalah pejabat negara. Namun, jangan salah sangka, insiden ini justru mengungkap fakta mengejutkan yang bikin geram banyak pihak.
Viral di Medsos: Aksi Arogan Mercy Berpelat TNI
Dalam rekaman video yang tersebar luas, mobil Mercy berwarna hitam itu terlihat melaju dengan sangat arogan. Pengemudinya seolah tak peduli dengan pengguna jalan lain, bahkan sampai menghalangi laju kendaraan di belakangnya. Aksi "koboi" jalanan ini disebut terjadi di Jalan Antasari, Jakarta Selatan, salah satu ruas jalan padat ibu kota.
Nomor pelat dinas TNI yang terpasang pada Mercy tersebut adalah 6583-00. Sontak, kejadian ini memicu gelombang komentar negatif dari netizen. Banyak yang mengecam tindakan arogan tersebut, apalagi jika benar dilakukan oleh oknum yang seharusnya memberi contoh baik. Pertanyaan besar pun muncul: siapa sebenarnya di balik kemudi Mercy tersebut dan mengapa ia berani bertindak demikian?
TNI Angkat Bicara: Pelat Nomor Itu Palsu!
Tak butuh waktu lama, pihak Tentara Nasional Indonesia (TNI) langsung merespons insiden yang mencoreng nama baik institusi ini. Kapuspen TNI, Mayjen Freddy Ardianzah, dengan tegas menyatakan bahwa pelat nomor dinas yang digunakan oleh Mercy tersebut adalah palsu. Pernyataan ini sekaligus membantah spekulasi bahwa pengemudi adalah anggota TNI asli.
"Setelah dicek, nomor pelat 6583-00 tidak terdaftar dalam data resmi TNI, dan kendaraan jenis Mercy S300 tidak dimiliki (bukan mobil dinas pejabat TNI)," ujar Mayjen Freddy. Ia menambahkan, "Sehingga dapat dipastikan bahwa pelat tersebut palsu." Penjelasan ini sangat penting untuk meluruskan informasi dan mencegah kesalahpahaman di masyarakat.
Freddy juga mengungkapkan kekecewaannya yang mendalam. Ia sangat menyesalkan adanya pihak-pihak yang memalsukan dan menggunakan atribut TNI secara tidak sah. Apalagi, tindakan tersebut dilakukan untuk hal-hal yang tidak patut di jalanan, yang pada akhirnya merugikan citra dan nama baik institusi TNI di mata publik.
Motif di Balik Pemalsuan Pelat Dinas: Demi Keistimewaan?
Lalu, mengapa seseorang nekat memalsukan pelat dinas TNI? Menurut praktisi keselamatan berkendara sekaligus Director Training Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), Sony Susmana, penggunaan pelat dinas palsu kemungkinan besar dimanfaatkan untuk mendapatkan prioritas dan keistimewaan di jalan. Ini adalah "jalan pintas" yang sering dicari oknum tak bertanggung jawab.
"Ada beberapa jenis kendaraan yang digunakan oleh pihak TNI/Polri sebagai alat transportasi kedinasan dan beberapa dilengkapi alat bantu seperti strobo, pelat nomor dan warna khusus," jelas Sony. Oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab seringkali memanfaatkan kondisi ini untuk mendapatkan fasilitas kelancaran di jalan umum, misalnya agar tidak kena macet, bisa menerobos barikade, atau bahkan merasa "kebal" dari aturan lalu lintas.
Sony menegaskan bahwa petugas resmi mendapatkan fasilitas tersebut bukan tanpa alasan, melainkan dalam rangka menjalankan tugas negara yang penting. Berbeda jauh dengan masyarakat sipil atau oknum yang hanya ingin mencari keuntungan pribadi. Jika diikuti oleh masyarakat sipil yang tidak memahami aturan dan tujuan sebenarnya, tindakan ini justru akan mencoreng institusi negara dan berpotensi membahayakan lalu lintas.
Bahaya dan Konsekuensi Hukum Memalsukan Atribut Negara
Memalsukan pelat dinas atau atribut negara bukanlah perkara sepele. Ini adalah tindakan serius yang memiliki konsekuensi hukum berat. Pelaku bisa dijerat dengan pasal pemalsuan dokumen, penipuan, hingga pelanggaran lalu lintas. Ancaman hukuman mulai dari denda besar hingga pidana penjara bisa menanti mereka yang terbukti bersalah.
Selain itu, penggunaan pelat palsu untuk bertindak arogan di jalan raya juga sangat membahayakan keselamatan pengguna jalan lain. Aksi ugal-ugalan bisa memicu kecelakaan, menimbulkan kemacetan parah, dan menciptakan suasana tidak tertib. Ini bukan hanya soal melanggar aturan, tapi juga mempertaruhkan nyawa orang lain demi ego pribadi.
Tindakan ini juga merusak tatanan hukum dan ketertiban masyarakat. Jika setiap orang bisa dengan mudah memalsukan atribut negara demi kepentingan pribadi, maka kepercayaan publik terhadap penegakan hukum akan luntur. Negara memiliki simbol dan atribut yang harus dihormati, dan penyalahgunaannya adalah bentuk penghinaan terhadap kedaulatan.
Dampak Buruk pada Citra Institusi dan Kepercayaan Publik
Insiden Mercy berpelat TNI palsu ini bukan hanya sekadar berita viral biasa, melainkan juga memiliki dampak yang lebih luas. Tindakan oknum tak bertanggung jawab ini secara langsung merugikan citra institusi TNI yang selama ini berusaha menjaga integritas dan profesionalisme. Masyarakat bisa saja salah paham dan menggeneralisasi bahwa oknum arogan tersebut adalah bagian dari TNI.
Hal ini tentu saja akan mengikis kepercayaan publik terhadap TNI. Padahal, TNI adalah salah satu pilar penting negara yang mengemban tugas berat menjaga kedaulatan dan keamanan. Ketika ada oknum yang menyalahgunakan atributnya, masyarakat bisa menjadi sinis dan meragukan kredibilitas institusi secara keseluruhan.
Dampak negatif ini juga bisa dirasakan oleh anggota TNI yang asli. Mereka yang sehari-hari bertugas dengan jujur dan penuh dedikasi, bisa saja dicurigai atau dipandang negatif karena ulah segelintir pemalsu. Oleh karena itu, penindakan tegas terhadap pelaku pemalsuan atribut negara sangat penting untuk menjaga marwah institusi.
Pentingnya Disiplin dan Tanggung Jawab di Jalan Raya
Sony Susmana mengingatkan, banyak masyarakat yang tidak paham dalam melihat dan memahami, sehingga mencontoh hal-hal yang tidak benar. Pesannya jelas, "mulailah disiplin dari diri sendiri, bukan mencontoh dari yang tidak baik." Ini adalah ajakan untuk semua pengguna jalan agar lebih bertanggung jawab dan disiplin.
Kita semua memiliki peran dalam menciptakan lalu lintas yang aman dan tertib. Tidak perlu mencari "jalan pintas" atau keistimewaan palsu yang justru bisa berujung pada masalah hukum dan membahayakan orang lain. Hormati aturan, hargai pengguna jalan lain, dan jadilah contoh baik di jalan raya. Integritas dan tanggung jawab adalah kunci untuk menciptakan lingkungan berkendara yang lebih baik bagi semua.
Penulis: Farah Novianti
Editor: Santika Reja
Terakhir disunting: September 28, 2025