Seedbacklink affiliate

Geger SPBU Shell: BBM Langka Bikin Karyawan Ketar-ketir PHK? Menteri ESDM Buka Kartu Rahasia!

Seorang pria berkemeja jas hitam diwawancarai oleh sejumlah jurnalis dengan ponsel.
Pejabat terkait memberikan keterangan soal isu kelangkaan BBM Shell.
banner 120x600

NEWS TANGERANG– Dunia perbensinan di Indonesia kembali memanas. Kabar tak sedap datang dari SPBU Shell yang disebut-sebut tengah menghadapi kelangkaan pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis bensin. Isu ini sontak memicu kegaduhan, terutama setelah muncul dugaan adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan imbas kondisi tersebut.

Situasi ini tentu saja menjadi sorotan publik, apalagi mengingat Shell adalah salah satu pemain besar di sektor ritel BBM swasta. Lantas, bagaimana sebenarnya duduk perkara kelangkaan BBM di SPBU Shell ini? Dan benarkah ada PHK massal yang membayangi para karyawannya?

Isu PHK Shell Memanas: Dari Medsos Hingga Meja Menteri

Kabar mengenai PHK di SPBU Shell pertama kali mencuat dan viral di berbagai platform media sosial. Mulai dari X (dulu Twitter) hingga Threads, netizen ramai membicarakan dugaan bahwa karyawan Shell terancam kehilangan pekerjaan. Penyebabnya tak lain adalah menipisnya stok bensin di beberapa SPBU Shell.

Salah satu unggahan yang paling banyak dibagikan datang dari akun X @ganissatanica. Akun tersebut memprediksi bahwa stok bensin akan habis pada minggu ketiga September, yang berpotensi menyebabkan banyak karyawan di-PHK. Shell disebut akan tetap beroperasi, namun hanya menjual oli dan diesel dengan jumlah staf yang sangat terbatas.

Curhatan Netizen di X dan Threads

"Minggu ketiga September stock diprediksi habis sehingga banyak yang akan kena PHK," tulis akun @ganissatanica, mengutip informasi yang beredar. Unggahan ini juga menyebutkan bahwa stok bensin Super & Power kemungkinan baru akan tersedia lagi pada bulan Oktober, antara minggu kedua atau ketiga. Tentu saja, kabar ini langsung bikin heboh.

Tak hanya di X, isu serupa juga beredar di Threads. Sebuah unggahan menyebutkan bahwa Shell tidak bisa lagi mendapatkan stok impor, yang berdampak serius pada operasional mereka. "Ini kita udah terakhir pak, yang lain udah pada di-layoff. Stock impor udah ga akan ada lagi sampe tahun depan. Kalo stock yang di terminal penyimpanan abis, selesai sudah," bunyi curhatan di Threads, menggambarkan situasi yang cukup genting.

Respons Shell Indonesia: Ada Penyesuaian Operasional?

Menanggapi isu yang beredar luas ini, President Director and Managing Director Mobility Shell Indonesia, Ingrid Siburian, akhirnya angkat bicara. Melalui pesan singkat kepada awak media, Ingrid menjelaskan bahwa pihaknya memang melakukan penyesuaian kegiatan operasional. Ini termasuk penyesuaian jam operasional dan jumlah tim yang bertugas melayani pelanggan.

Penyesuaian ini dilakukan selama produk BBM jenis bensin tidak tersedia secara lengkap di jaringan SPBU Shell. Pernyataan ini, meski tidak secara eksplisit mengonfirmasi PHK, namun mengindikasikan adanya perubahan signifikan pada kondisi kerja karyawan. Hal ini tentu saja menambah kecemasan di kalangan pekerja dan juga konsumen setia Shell.

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia Angkat Bicara: Solusi dari Pertamina?

Kegaduhan ini rupanya sampai ke telinga Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia. Bahlil memberikan respons yang cukup mengejutkan terkait masalah pasokan BBM yang dihadapi Shell. Menurutnya, perusahaan swasta seperti Shell sebenarnya memiliki opsi untuk mengatasi masalah gangguan stok ini.

Opsi tersebut adalah dengan membeli BBM dari PT Pertamina, perusahaan energi milik negara. Bahlil menegaskan bahwa kolaborasi semacam ini sangat mungkin dilakukan untuk menjaga ketersediaan pasokan. Pernyataan ini seolah membuka "kartu rahasia" atau jalan keluar yang mungkin belum banyak diketahui publik.

Kolaborasi dengan Pertamina: Jalan Keluar?

"Sebenarnya mereka bisa melakukan kolaborasi dengan Pertamina," kata Bahlil, dikutip dari video Sekretariat Presiden. Ia menambahkan bahwa dirinya sudah memimpin rapat dengan Pertamina terkait hal ini, dan Wakil Menteri ESDM juga telah melakukan rapat serupa. "Nanti saya cek perkembangan terakhir tim yang saya bentuk," lanjut Bahlil, menunjukkan keseriusan pemerintah dalam mencari solusi.

Solusi dari Bahlil ini tentu menarik perhatian. Mengingat Shell dan Pertamina adalah dua kompetitor di pasar ritel BBM, gagasan kolaborasi ini bisa menjadi langkah strategis. Ini bukan hanya untuk mengatasi masalah pasokan Shell, tetapi juga untuk menjaga stabilitas pasar BBM secara keseluruhan di Indonesia.

Fakta Kuota Impor BBM Swasta: Benarkah Kurang?

Di tengah isu kelangkaan dan PHK, Bahlil juga menyoroti masalah kuota impor BBM untuk badan usaha penyedia bahan bakar swasta. Ia menegaskan bahwa pemerintah telah memberikan alokasi impor yang lebih besar dari tahun sebelumnya. Ini sekaligus membantah anggapan bahwa masalah pasokan Shell disebabkan oleh kurangnya jatah impor dari pemerintah.

"SPBU swasta itu sudah diberikan kuota impor 110 persen dibandingkan 2024," ungkap Bahlil. Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan, yang seharusnya cukup untuk memenuhi kebutuhan operasional. Namun, jika masalah pasokan masih terjadi, ada kemungkinan faktor lain yang berperan.

Jatah Impor Naik 110 Persen, Kok Masih Kurang?

Bahlil menjelaskan lebih lanjut, "Jadi sangatlah tidak tepat kalau dikatakan kuota impornya tidak diberikan. Contoh 2024 si perusahaan A mendapat 1 juta kilo liter, di 2025 kita memberikan kuota impor satu juta kilo liter plus 10 persen, berarti 1,1 juta kilo liter." Pernyataan ini jelas menunjukkan bahwa pemerintah sudah berupaya maksimal dalam menyediakan kuota impor.

Jika kuota impor sudah dinaikkan, mengapa Shell masih mengalami masalah pasokan? Pertanyaan ini memicu spekulasi lebih lanjut. Apakah ada kendala di sisi logistik, harga, atau bahkan strategi bisnis Shell sendiri yang membuat mereka enggan memanfaatkan kuota impor atau membeli dari Pertamina? Ini menjadi teka-teki yang perlu dipecahkan.

Dampak Kelangkaan BBM: Bukan Hanya Shell yang Terimbas?

Kelangkaan BBM, apalagi yang menimpa merek sebesar Shell, tentu memiliki dampak berantai. Pertama, bagi konsumen, ini berarti pilihan SPBU menjadi terbatas, dan mungkin harus beralih ke merek lain atau bahkan antre lebih panjang di SPBU Pertamina. Kedua, bagi karyawan, ancaman PHK adalah mimpi buruk yang bisa mengganggu stabilitas ekonomi keluarga.

Lebih jauh, isu ini juga bisa mencoreng citra investasi di sektor energi. Jika perusahaan asing sekelas Shell menghadapi kendala pasokan yang serius, ini bisa menimbulkan pertanyaan tentang iklim bisnis dan regulasi di Indonesia. Pemerintah perlu memastikan bahwa semua pemain memiliki akses yang adil dan stabil terhadap pasokan BBM.

Masa Depan SPBU Swasta dan Ketersediaan BBM

Situasi yang dialami Shell ini menjadi pengingat penting akan kompleksitas rantai pasokan BBM. Ketergantungan pada impor, dinamika harga minyak global, serta regulasi domestik, semuanya berperan dalam menentukan ketersediaan dan harga BBM di pasaran. Kolaborasi antara pemerintah, BUMN, dan swasta menjadi kunci untuk menjaga stabilitas.

Ke depan, langkah-langkah konkret dari tim yang dibentuk Menteri ESDM akan sangat dinantikan. Apakah Shell akan mengambil tawaran kolaborasi dengan Pertamina? Atau adakah solusi lain yang lebih permanen untuk mengatasi masalah pasokan ini? Yang jelas, ketersediaan BBM adalah kebutuhan vital masyarakat yang harus selalu terjamin.

Kesimpulan

Isu kelangkaan BBM di SPBU Shell dan dugaan PHK karyawan telah menciptakan kegaduhan yang signifikan. Meskipun Shell mengonfirmasi adanya "penyesuaian operasional," Menteri ESDM Bahlil Lahadalia telah menawarkan solusi berupa kolaborasi dengan Pertamina. Ia juga menegaskan bahwa kuota impor untuk SPBU swasta sudah dinaikkan secara substansial.

Situasi ini menyoroti tantangan dalam menjaga pasokan energi di Indonesia dan pentingnya sinergi antara berbagai pihak. Kita tunggu saja bagaimana "kartu rahasia" yang dibuka Bahlil ini akan dimainkan, dan semoga solusi terbaik dapat segera ditemukan demi kepentingan konsumen dan juga para pekerja.

Penulis: Farah Novianti

Editor: Santika Reja

Terakhir disunting: September 17, 2025

Promo Akad Nikah Makeup