NEWS TANGERANG– Jagad maya kembali dihebohkan dengan sebuah video viral yang menampilkan mobil listrik super futuristik, Tesla Cybertruck, melaju di jalan tol. Bukan cuma penampilannya yang mencolok, tapi mobil mewah berharga miliaran rupiah ini terlihat dikawal oleh petugas patwal dengan sirine khas "tot tot wuk wuk". Sontak, video ini memicu gelombang pertanyaan dan kritik dari warganet: siapa gerangan di balik kemudi Cybertruck itu dan mengapa harus menggunakan pengawalan khusus?
Fenomena Cybertruck dan ‘Tot Tot Wuk Wuk’ yang Bikin Geram
Video yang beredar luas di berbagai platform media sosial, mulai dari TikTok hingga Instagram, menunjukkan rombongan Cybertruck yang dikawal patwal membelah padatnya lalu lintas di jalan tol. Situasi ini langsung menjadi sorotan tajam, terutama di tengah maraknya gerakan "Setop Tot, Tot, Wuk, Wuk" yang menuntut kesetaraan di jalan dan penggunaan stiker "Stop Strobo & Sirene, Hidupmu dari Pajak Kami". Publik merasa gerah dengan pemandangan seperti ini, seolah ada perlakuan istimewa bagi segelintir orang.
Warganet pun ramai-ramai mempertanyakan urgensi pengawalan tersebut. Mereka penasaran siapa sosok penting yang berada di dalam Cybertruck berpelat nomor ZZH itu, sehingga perlu mendapat prioritas dan dibukakan jalan di tengah kemacetan. Kritik pedas pun tak terhindarkan, mengingat pengawalan semacam ini seringkali dianggap sebagai bentuk "flexing" atau pamer kekuasaan yang tidak pada tempatnya.
Respons Polri: Kakorlantas Sudah Bekukan Penggunaan Sirene
Merespons kegaduhan ini, Kepala Korps Lalu Lintas (Kakorlantas) Polri, Irjen Pol. Agus Suryonugroho, sebenarnya telah menegaskan sikap tegas institusinya. Jauh sebelum video Cybertruck ini viral, Kakorlantas telah membekukan penggunaan rotator dan sirene untuk pengawalan (patwal). Ini adalah langkah konkret Polri untuk menjawab keresahan masyarakat.
"Saya Kakorlantas, saya bekukan untuk pengawalan menggunakan suara-suara (sirene, red.), itu karena ini juga masyarakat terganggu, apalagi padat," ujar Irjen Pol. Agus. Pernyataan ini jelas menunjukkan komitmen Polri untuk menciptakan ketertiban dan mengurangi gangguan bagi pengguna jalan lain. Jadi, jika video Cybertruck ini baru, ada indikasi pelanggaran terhadap kebijakan yang sudah ditetapkan.
Kata Pakar: Video Lama atau Kurang Peka?
Praktisi keselamatan berkendara sekaligus Director Training Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), Sony Susmana, turut angkat bicara mengenai insiden ini. Menurutnya, ada kemungkinan video yang beredar adalah rekaman lama, mengingat kebijakan pembekuan penggunaan strobo dan sirene sudah diberlakukan oleh Korlantas Polri. Namun, jika memang video itu baru, ada masalah serius.
"Kalau itu (video) baru, pasti dia (yang dikawal saat menggunakan Tesla Cybertruck) nggak peka sama protes masyarakat yang viral," ucap Sony kepada detikOto. Ia menambahkan bahwa meskipun dianggap sepele, masalah ini menyangkut etika dan bisa mempermalukan diri sendiri serta identitas institusi yang terlibat. Ini menunjukkan betapa pentingnya kepekaan terhadap sentimen publik.
Pesan KSP: Pejabat Wajib Bijak, Jangan Pamer Kemewahan!
Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Muhammad Qodari juga tak ketinggalan memberikan peringatan keras kepada para pejabat publik. Ia menekankan pentingnya kebijaksanaan dalam menggunakan sirene dan strobo, serta meminta para pejabat untuk menjadi teladan di jalan, bukan justru menimbulkan keresahan. Pesan ini relevan banget dengan insiden Cybertruck ini.
Qodari bahkan mencontohkan Presiden Prabowo Subianto yang selalu hormat kepada pengguna jalan lain, serta Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto yang jarang menggunakan strobo karena merasa terganggu dan ingin memberikan contoh baik. "Pak Mensesneg, Mas Pras, sudah menegaskan bahwa pejabat publik harus bijak menggunakan pengawalan, dan mencontoh Presiden Prabowo yang hormat kepada pengguna jalan lain," kata Qodari. Ini adalah standar etika yang seharusnya diikuti oleh semua pejabat.
Gaya Hidup Pejabat: Jangan ‘Flexing’ dengan Uang Rakyat!
Selain urusan strobo dan pengawalan, Qodari juga menyinggung soal gaya hidup pejabat. Ia mengingatkan bahwa pejabat publik seharusnya hidup sederhana dan tidak pamer kemewahan di depan publik. Hal ini sangat berkaitan dengan persepsi masyarakat yang melihat pejabat menggunakan mobil miliaran rupiah dikawal patwal.
"Nggak boleh flexing. Jadi pejabat publik itu, masyarakat tahunya, maunya, nggak boleh mewah-mewah, karena anggarannya dari uang negara. Nah, uang negara dari pajak rakyat. Jangan sampai (kata rakyat, red.) gue susah-susah, lu seneng-seneng," tegas Qodari. Pesan ini adalah tamparan keras bagi siapa pun yang lupa bahwa fasilitas negara berasal dari keringat rakyat.
Mengenal Tesla Cybertruck: Pikap Futuristik Seharga Miliaran
Di balik kontroversi pengawalannya, mobil yang menjadi pusat perhatian ini adalah Tesla Cybertruck. Mobil listrik pikap ini memang punya desain yang sangat unik dan futuristik, membuatnya langsung jadi pusat perhatian di mana pun ia berada. Di Indonesia, Cybertruck tergolong sebagai mobil super mewah, dengan harga yang bisa tembus miliaran rupiah.
Beberapa unit Cybertruck memang sudah mulai beredar di Indonesia, dibawa oleh importir umum mobil mewah. Harganya? Mulai dari Rp 5 miliar, lho! Angka fantastis ini tentu saja membuat warganet makin bertanya-tanya, siapa yang sanggup membeli mobil semewah itu dan punya ‘privilege’ untuk dikawal di jalan tol.
Secara spesifikasi, Tesla Cybertruck ini bukan main-main. Bodi pikap kabin ganda ini menggunakan baja tahan karat ultra keras (ultra-hard 30X cold-rolled stainless steel) yang diklaim sangat kuat terhadap benturan. Kaca armornya juga membuatnya tak mudah pecah. Untuk performa, Cybertruck dibekali penggerak semua roda (all-wheel drive) yang bisa berakselerasi dari 0 hingga 60 mph hanya dalam 2,6 detik. Baterainya pun punya jangkauan impresif, sekitar 547 km dalam kondisi penuh.
Pelajaran dari Insiden Cybertruck Viral
Insiden Tesla Cybertruck yang dikawal patwal ini menjadi pengingat penting bagi kita semua. Di era media sosial, setiap gerak-gerik, terutama yang melibatkan pejabat atau orang berpengaruh, akan selalu menjadi sorotan publik. Kepekaan terhadap sentimen masyarakat, kepatuhan terhadap aturan, dan etika dalam berperilaku di ruang publik menjadi kunci untuk menjaga kepercayaan. Semoga insiden ini menjadi pelajaran berharga agar "tot tot wuk wuk" yang bikin risih tak lagi terdengar di jalanan kita.
Penulis: Farah Novianti
Editor: Santika Reja
Terakhir disunting: September 25, 2025