NEWS TANGERANG– Sobat NewsTangerang, ada drama baru nih di dunia per-BBM-an Tanah Air! SPBU Shell di seluruh Indonesia mendadak sepi dari produk andalannya. Yup, Shell Super, Shell V-Power, hingga Shell V-Power Nitro+ kini raib dari pasaran. Dih, ngerinya! Konsumen jadi gigit jari, lantas bagaimana nasib Shell selanjutnya menghadapi kekosongan stok yang bikin geleng-geleng kepala ini? Pertanyaan besar pun muncul: akankah Shell akhirnya ‘menyerah’ dan membeli BBM dari Pertamina?
Shell Kehabisan Stok, Lalu Gimana Dong?
Situasi ini tentu bikin banyak pengguna setia Shell kebingungan. Bayangkan saja, SPBU yang biasanya ramai kini kosong melompong, tanpa setetes pun bensin premium dari Shell yang bisa dibeli. Kondisi ini bukan cuma bikin pusing konsumen, tapi juga menimbulkan tanda tanya besar soal strategi bisnis Shell ke depan. Pasalnya, kehabisan stok BBM seperti ini jelas bukan hal sepele, apalagi di tengah persaingan ketat industri migas.
Beli BBM dari Pertamina? Shell Bilang Gak Haram, Tapi…
Menanggapi situasi genting ini, Presiden Director & Managing Director Mobility Shell Indonesia, Ingrid Siburian, akhirnya buka suara. Ia menegaskan bahwa membeli BBM dari Pertamina itu sama sekali bukan "hal haram" atau tabu bagi Shell. Wah, mantap Bos! Pernyataan ini tentu saja mengejutkan banyak pihak, mengingat selama ini Shell dikenal sebagai pemain global yang punya rantai pasok sendiri.
Ingrid menjelaskan, pihaknya sangat terbuka untuk membeli BBM dari Pertamina. Namun, ada satu syarat penting yang harus dipenuhi, Sobat NewsTangerang. Spesifikasi BBM yang ditawarkan Pertamina harus sesuai dengan ketentuan yang disepakati kedua belah pihak. Ini bukan cuma soal harga, tapi juga kualitas dan standar teknis yang memang harus presisi. Gak bisa sembarangan, kan?
Dulu Pernah, Sekarang Kok Belum Deal?
Fakta menariknya, Shell ternyata sudah pernah melakukan hal ini di masa lalu. "Kami memberikan contoh bahwa mendapatkan barang dari lokal atau Pertamina itu bukan hal yang haram buat Shell atau hal yang tabu. Kami pernah melakukannya," ungkap Ingrid. Pengalaman masa lalu ini jadi bukti bahwa kolaborasi dengan Pertamina bukan hal baru bagi Shell. Ini juga menunjukkan fleksibilitas Shell dalam mencari sumber pasokan.
Meski begitu, hingga saat ini, Shell belum mencapai kesepakatan untuk membeli BBM dari Pertamina. Proses diskusi masih terus berjalan, dan Shell menyatakan masih sangat terbuka untuk bernegosiasi. Ini berarti, meski ada lampu hijau dari Shell, masih banyak detail teknis dan komersial yang perlu dibahas tuntas agar kesepakatan bisa tercapai.
Pertemuan Penting: ESDM Minta Pertamina Suplai Swasta
Situasi ini sebenarnya bermula dari sebuah pertemuan penting yang digelar pada 19 September lalu. Kala itu, sejumlah SPBU swasta, termasuk Shell, bertemu dengan Menteri ESDM. Dari pertemuan tersebut, Pertamina ditugaskan untuk menyuplai BBM ke SPBU swasta dalam bentuk base fuel, alias BBM murni tanpa tambahan aditif dan pewarna. Ini langkah strategis pemerintah untuk memastikan ketersediaan BBM.
Selain itu, disepakati juga adanya joint surveyor yang disetujui bersama antara Pertamina dan SPBU swasta. Surveyor ini bertugas mengecek kualitas dan kuantitas saat proses loading dan discharge cargo di terminal. Tujuannya jelas, untuk memastikan kualitas BBM yang disuplai benar-benar sesuai standar dan jumlahnya pas. Tak hanya itu, harga BBM juga akan disusun sedemikian rupa agar fair, tidak merugikan pihak mana pun, dan bersifat openbook bagi swasta maupun masyarakat. Transparansi harga, Sobat NewsTangerang!
Beda Nasib: BP & Vivo Malah Ogah Beli BBM Pertamina, Kenapa Tuh?
Nah, di tengah keterbukaan Shell, ada cerita berbeda dari dua pemain SPBU swasta lainnya, yaitu BP dan Vivo. Keduanya justru nyaris membeli BBM dari Pertamina, namun pada akhirnya batal. Gak habis pikir, kan? Padahal, kesempatan sudah di depan mata. Ternyata, ada alasan kuat di balik pembatalan ini.
Gara-gara Etanol, Deal Jadi Batal!
Direktur Vivo Energy Indonesia, Leonard Mamahit, menjelaskan bahwa mereka hampir saja mencapai kesepakatan. Namun, ada beberapa hal teknis, terutama spesifikasi BBM, yang belum disepakati. Masalah utamanya? Ditemukannya kandungan etanol sebesar 3,5 persen pada BBM yang ditawarkan Pertamina. Sementara itu, BP dan Vivo menginginkan BBM murni yang belum ada campuran sama sekali. "Hampir beli tapi ada beberapa hal teknis seperti speknya yang belum disepakati sehingga akhirnya dibatalkan," ujar Leonard.
Senada dengan Vivo, Presiden Direktur BP-AKR Vanda Laura juga menyebut batal membeli BBM Pertamina karena adanya kandungan etanol. BBM yang digunakan SPBU BP memang tidak menggunakan campuran etanol sama sekali. "Dari sisi mutu jawaban dari kami gini, mari kita ke proses yang sudah disepakati di tanggal 19 September, jadi kami mengirimkan spesifikasi kemudian itu ditender pada saat sebelum berangkat dari Singapura kami punya kesempatan untuk meng-assign independent surveyor supaya sama juga dengan Pertamina sama-sama memutuskan mutunya sesuai," jelas Vanda. Ini menunjukkan betapa ketatnya standar kualitas yang diterapkan oleh para pemain SPBU swasta ini.
Jadi, Sobat NewsTangerang, drama pasokan BBM ini masih terus bergulir. Shell yang kehabisan stok kini terbuka untuk berdiskusi dengan Pertamina, sementara BP dan Vivo justru menolak karena masalah spesifikasi. Kita tunggu saja kelanjutan ceritanya, apakah Shell akan segera mengisi kembali tangki-tangki kosongnya dengan BBM dari Pertamina, ataukah akan ada solusi lain yang muncul? Yang jelas, dinamika di industri migas ini memang selalu menarik untuk diikuti!
Penulis: Farah Novianti
Editor: Santika Reja
Terakhir disunting: Oktober 3, 2025