NEWS TANGERANG– Pernah lihat SUV bongsor seperti Toyota Fortuner atau Mitsubishi Pajero Sport melaju kencang di jalan tol? Pemandangan ini mungkin sering kita jumpai, seolah mobil-mobil gagah tersebut dirancang untuk kecepatan tinggi. Namun, para pakar keselamatan berkendara punya peringatan keras: jangan pernah kebut-kebutan dengan SUV ladder frame di jalan tol! Ada alasan ilmiah di baliknya yang bisa bikin kamu mikir dua kali.
Sering Lihat Fortuner & Pajero Sport Ngebut di Tol? Hati-hati, Bahayanya Nggak Main-Main!
Banyak pengemudi mungkin merasa aman memacu SUV mereka di atas batas kecepatan, apalagi dengan mesin bertenaga besar. Mereka berpikir, "Ah, mobil gede, pasti stabil!" Padahal, anggapan ini keliru dan bisa berakibat fatal. Memacu mobil SUV standar di jalan tol dengan kecepatan tinggi adalah tindakan berisiko tinggi yang mengancam nyawa, bukan cuma diri sendiri tapi juga pengguna jalan lain.
Sudah banyak kejadian tragis di jalan tol yang disebabkan oleh kecepatan tinggi, bahkan sampai merenggut nyawa. Kecelakaan ini bukan hanya soal pelanggaran lalu lintas, tapi juga tentang fisika kendaraan dan batas kemampuan desain mobil itu sendiri.
Kenapa SUV Ladder Frame Lebih Labil di Kecepatan Tinggi? Ini Kata Pakar!
Ada perbedaan fundamental antara SUV ladder frame dan mobil lain yang membuat mereka kurang cocok untuk kecepatan tinggi. Para ahli keselamatan berkendara menjelaskan bahwa karakteristik desain SUV ini justru menjadi bumerang saat dipacu di luar batas aman.
Penjelasan Jusri Pulubuhu: Pusat Gravitasi Jadi Kunci
Jusri Pulubuhu, seorang pakar keselamatan berkendara sekaligus instruktur dan founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), menegaskan bahwa dimensi kendaraan sangat berpengaruh pada kestabilan. Semakin tinggi ground clearance atau jarak bodi mobil ke tanah, semakin tinggi pula pusat gravitasi kendaraan tersebut.
Ketika kendaraan dengan pusat gravitasi tinggi dipacu pada kecepatan tinggi, ia akan menjadi lebih labil dan rentan kehilangan kendali. Ini seperti membandingkan menara tinggi dengan bangunan rendah; menara tinggi akan lebih mudah goyang saat ada guncangan. Prinsip yang sama berlaku untuk SUV tinggi di kecepatan tinggi.
Sony Susmana Ungkap Perbedaan Sasis Monokok vs. Ladder Frame
Senada dengan Jusri, Sony Susmana, praktisi keselamatan berkendara dari Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), juga menjelaskan mengapa SUV ladder frame seperti Fortuner dan Pajero Sport tidak disarankan untuk kebut-kebutan. Menurut Sony, kendaraan big SUV rata-rata menggunakan sasis ladder frame, di mana sasis dan bodi terpisah atau tidak menyatu.
Desain ini membuat bodi mobil diletakkan di atas sasis dan disambungkan, menghasilkan bentuk yang lebih jangkung atau tinggi. Akibatnya, gejala limbung atau bouncing yang terjadi saat mobil melaju kencang akan jauh lebih besar dibandingkan kendaraan dengan sasis monokok yang bodi dan sasisnya menyatu.
Kestabilan yang labil pada kecepatan tinggi akan sangat mempengaruhi handling atau kendali kemudi. Hal ini bisa berakibat fatal, terutama jika pengemudi tidak sigap atau tidak memiliki keterampilan mengemudi yang mumpuni. Selain itu, bentuk bodi yang tinggi dan bongsor pada SUV ladder frame juga cenderung lebih banyak menangkap angin, terutama saat melaju di kecepatan tinggi. Meskipun sudah didesain oleh para ahli, tetap ada batas toleransi fisika yang tidak bisa dilawan.
Bukan Cuma Mobilnya, Pengemudi Adalah Penentu Utama Keselamatan!
Meskipun karakteristik mobil sangat berpengaruh, kedua pakar sepakat bahwa faktor utama penyebab kecelakaan bukanlah jenis mobilnya, melainkan pengemudinya. Jusri Pulubuhu menekankan bahwa "the man behind the steering wheel" adalah kata kunci dari keselamatan sebuah perjalanan.
Artinya, jika pengemudi mampu mengendarai mobil sesuai dengan kondisi yang ada, risiko kecelakaan bisa diminimalisir. Kondisi yang dimaksud meliputi kondisi kendaraan itu sendiri, kondisi fisik dan mental pengemudi, kondisi cuaca, serta kondisi lingkungan jalan. Jika salah satu kondisi ini tidak ideal, maka cara mengemudi kita harus disesuaikan. Jangan paksakan mobil atau diri sendiri melampaui batas aman.
Batas Kecepatan di Tol Itu Ada Alasannya, Bukan Sekadar Aturan!
Penting untuk diingat bahwa batas kecepatan maksimal di jalan tol bukanlah sekadar angka tanpa makna. Batas kecepatan ini sudah diperhitungkan secara matang untuk memastikan keselamatan seluruh pengguna jalan. Di jalan tol luar kota, batas maksimal adalah 100 km/jam, sedangkan di jalan tol dalam kota adalah 80 km/jam.
Angka-angka ini bukan tanpa dasar. Batas kecepatan tersebut sudah dianggap aman, mempertimbangkan berbagai faktor seperti jarak pengereman, reaksi pengemudi, kondisi jalan, dan potensi bahaya lain. Melebihi batas ini berarti secara sengaja menempatkan diri dan orang lain dalam bahaya yang tidak perlu.
Mau Ngebut? Jangan di Tol Dong, Ada Tempatnya!
Memang, secara spesifikasi, mobil-mobil SUV bongsor seringkali dibekali mesin dengan tenaga dan torsi besar yang membuat akselerasinya terasa responsif. Tidak heran jika banyak yang tergoda untuk memacunya. Namun, perlu dicatat, jika kamu memang ingin merasakan sensasi kecepatan, jalan tol bukanlah tempatnya.
Jusri Pulubuhu mencontohkan bagaimana Pajero Sport bisa merajai balap reli Paris Dakar. Ini menunjukkan bahwa mobil-mobil tersebut memang punya potensi performa, tapi di lingkungan yang tepat. Kalaupun ingin kebut-kebutan dengan SUV seperti Fortuner atau Pajero Sport, lakukanlah di lingkungan tertutup seperti sirkuit balap. Itu pun biasanya perlu modifikasi komponen tertentu agar lebih stabil dan aman untuk performa tinggi.
Keselamatan Itu Pilihan, Jangan Sampai Nyesel Belakangan!
Jadi, jelas sudah. Mengemudi SUV ladder frame seperti Fortuner dan Pajero Sport dengan kecepatan tinggi di jalan tol adalah tindakan yang sangat berisiko. Bukan hanya karena melanggar aturan, tapi juga karena karakteristik fisik mobil yang kurang mendukung kestabilan pada kecepatan tinggi.
Ingatlah selalu, keselamatan adalah prioritas utama. Jangan biarkan adrenalin sesaat atau rasa percaya diri yang berlebihan mengalahkan logika dan membahayakan nyawa. Mengemudilah dengan bijak, patuhi batas kecepatan, dan selalu sesuaikan gaya mengemudi dengan kondisi yang ada. Lebih baik sampai tujuan dengan selamat daripada menyesal kemudian.
Penulis: Farah Novianti
Editor: Santika Reja
Terakhir disunting: September 26, 2025